Rabu, 30 Januari 2013

muhasabah T.T


sesekali ingatan kepada peristiwa lepas menyapa di benak
seringkali juga diri ini menepis sapaannya
mungkin karena sukar menerima sebuah hakikat kebenaran
Dikhianati…tercalar nilai kepercayaan pada sebuah persahabatan
Namun Tuhan maha mengetahui, apa yang terbaik buat hambaNya
mungkin jua karena itu Dia terus menerus mengingatkan
memori silam yang pedih dan pahit itu.
TujuanNya hanya satu…berfikir! seketika diri ini termangu
merenung maksud tersirat dibalik yang tersurat
apakah Ia sekedar mengingatkanku agar jangan mudah mempercayai orang lain?
itu ada benarnya, tapi bukan keseluruhan.
BIla tak berhasil menemui jawabannya,
maka ia biarkan berlalu begitu saja
Mungkin sekadar perasaan pada sebuah lamunan yang tak berkesudahan.
Dalam tak sadar, bayangan itu masih menyinggah
menarik diri, hati, dan pikiran ini untuk mencari rahasia yang tersembunyi
hikmah yang terselindung
Pasti ada pesan yang ingin disampaikan
padaMu ya Allah kuadukan segala
merintih, merayu, mengharap belas kasihNya
agar ditunjukkan jalan kebenaran dan keselamatan
agar dugaan ini Berjaya diharungi.
Karena menjadi mukmin taqwa itu matlamat hidupku
Menempa surga abadi ittu cita – citaku
Beri aku petunjuk ya Allah
agar jalanku terang disuluh cahaya melalui lorong berliku ini
Peliharalah daku ya Muhaimin
agar langkahku terhindar dari dosa dan noda
Tatkala hal yang sama diungkit oleh pihak lain
diri kembali terpaku lantaran mata dan hati jauh menghimbau
mengapa setiap kali dibicarakan hati ini akan sakit
bukan sakit yang biasa
tapi sakit karena pedihnya hati menanggung beban
bagaimana dapatku hapuskan beban ini ya Allah
Ya Allah apakah aku ada hasad atau dendam di balik kisah ini?
ya Aziz, seandainya ikhlas itu syaratnya
maka kini aku ikhlaskan seluruh jiwa ragaku menerima cobaan ini.
Ya Rahman jika ridho itu adalah solusinya,
maka bersksilah bahwa kini aku berlapang dada menerima takdirMu
cukuplah sakit ini mendera hati dan perasaanku
jangan biarkan ia berlarutan,
sebaliknya balutilah ia dengan pengampunanMu
agar terobat luka semalam dengan sentuh kasih sayangMu

*repost dari SEHB

untuk makhluk sialan berinisial R



Entah dari komposisi apa Tuhan menciptakanmu sedemikian menyebalkan. Datang pada saat yang tidak tepat, ya…kau datang saat aku ingin berkonsentrasi dengan hidupku. Kau, akhir – akhir ini datang lebih sering,  oke aku mengaku aku lebih sering kalah denganmu. Tapi itu karena kau datang dengan cara yang tidak adil, karena aku tidak siap.
Kau membuatku seperti nenek – nenek penderita dimensia ketika memarahimu. Bagimana bisa aku marah ketika kau selalu datang dengan siasat licikmu tanpa membentuk suatu  benda. Mana? kau hanya berani bermain di belakang. Mana? sini kalau berani, aku akan mengikat dan membuangmu jauh di kepulauan Karibia. Dengan satu misi, agar kau tak datang lagi menganggu hidupku.
Kau, aku ingin hidup tenang tanpamu. Setidaknya, datanglah dua atau setahun sekali, jangan sesering ini. Siapa? siapa ? katakan siapa dalang di belakangmu. Tentunya ia lebih menyebalkannya daripada kau pesuruhnya. Kau mungkin tidak tahu rasanya menjadi aku, aku ingin hidup tenang tapi kau selalu bermunculan di depan mataku, seperti butiran padi yang tumpah ruah dalam bak penjemuran, kau terlalu sulit kubersihkan.
Setidaknya aku ingin berdamai dengan keadaan, berteman denganmu dengan suatu perjanjian, hal itu jika saja kau bukan penderita ADHD, kau tidak bisa duduk tenang dan jauh dari sifat penurut. Dan aku berani bertaruh, jika kau anak – anak, kau adalah penderita F84.0 dalam buku gangguan jiwa. Tapi jika kau lanjut usia, kau adalah penderita F02.0 penyakit Pick. Dan berikutnya aku ternyata menderita skizofrenia tipe katatonik karena mengurusimu.

Sabtu, 19 Januari 2013

Marry?? ha ha ha


i want to just laugh much when watching this vids. It's the other side of ganttleman somehow. Saying love through the girl's dad. So brave. Casually, a man says his love for girls without permission of  girls's parents. Like like like

Life is a Movie, Mine is more then Alice's Story


Life is a movie (part 2), mine is more then Alice story

Hey..people, how great your life? I hope it was as great as mine.
I want to tell you about…emmmm… :D
that day was a sunny Sunday, I got up at 3.00 pm and prepared for my agenda as a committee of TQQ (Ta’limul Qiro’atil Qur’an). Actually, that day I was kinda confusing by any choice, first, I want to handle my responsibility. I have many duties from TQQ, those all was bought some meals for participant of TQQ, set up the beverage for many guest star, etc. and the second was attending my short story competition.
I felt wonder why, whether my story wins the competition or not. but I cant avoid my responsibity easily. that time I felt something pressing my heart. so, whether I like or not I must choose one of the both. finally, I chose to take my first choice.
11.30. I know that the time for attending competition has over. But suddenly, I got one message from my friend. I still keep that message till now. its content is “come here so fast, as fast as possible, bcos you won.” surprised? sure :D
I’m not guess that I will win the competition. so, you know what I did then. I took a fast run. and I lucky. I met a friend at the way to audit FBS (Faculty of language and arts). and huff… I was not late yet. but, the event almost gets closing.  several competition was announcing (calligraphy, movie maker, design cartoon, paint, etc). and then short story, I couldn’t see clearly what  writing on the LCD screen. but my friend saying congrats to me. the master of Ceremony mentioned my name. and for the second I faced many people staring at me. Ouh…it was my second… I like, really like, I like the I scratch my dreams list, although, the present is not much. but, the hiden value is cant be estimated.


with all the winner

Rabu, 16 Januari 2013

When You Believe



Ini buat kamu. Juga buat tulip - tulip merah.
emmm Blitar's eve is always nice, fresh and relaxing

Minggu, 13 Januari 2013

Musim Semi ke-2


Musim semi kedua
Aku masih terkejut akan hawa musim semi tahun lalu .Mama bilang musim semi ini akan berbeda, lebih mengejutkan. Ternyata benar, kejutan itu bahkan masih terasa hingga saat ini. Saat aku masih menjadi kuncup merah muda bersama tulip – tulip yang lain. Pada sepetak lahan di bawah pohon elm. Kata Mama, Cattleya bukan teman yang menyeramkan, tapi bagiku ia lebih menakutkan daripada Ravenna –imajiku selalu buruk-- . Bagimana aku bisa tumbuh membaik bersama mereka, aku belum memikirkannya.
Aku selalu begini jika suka sesuatu. Aku suka warnaku yang mulai memerah. Tapi musim semi tahun ini datang dengan aneh membawa warna aneh pula. Mereka membawa bayang entah hitam entah kuning, tak beitu jelas. Yang jelas, aku sulit menyukai apa yang belum ku kenal.
Aku ingin cerita padamu bagaimana aku berusaha beradaptasi melewati beberapa musim yang begitu asing tahun lalu. Musim - musim yang mengajariku arti berkeringat ketika musim panas dan benar – benar membeku demi musim dingin. Tapi diantaranya, aku beroleh banyak kekuatan, Kekuatan yang tak kudapat saat aku bersembunyi di dalam selimut kelopak Mama. Aku  suka tulip merah seperti warna kami. Aku suka ketika warna merah mudaku kian melegam. Mama bilang ini warna yang paling ditakuti dari semua warna.
Musim semi ini, aku dan beberapa tulip lain harus berusaha lebih keras. Menjaga warna kami agar tetap merona merah. Mengeraskan tangkai agar berdiri lebih kokoh. Bukan, bukan hawa musim semi yang patut kami salahkan. Hanya kami terkejut, musim semi kedua datang lebih awal dan menyentak.
Aku hanya berharap, aku dan beberapa tulip merah lainnya kian tumbuh mewarnai petakan lahan ini, tanah di bawah pohon elm. Menebar aroma untuk mengetuk jendela pagi –pagi buta. Mewarnai sepanjang Eaststreet dengan gerombolan tulip merah yang indah. Tulip merah selalu indah jika mereka bersama.  Aku dan beberapa tulip merah lainnya hanya sepotong episode musim semi. Kali ini musim semi kedua kami. Allah mungkin akan membuat warna kami lebih indah musim ini. Tapi caraNya, selalu mengejutkan kami.

*Salam Rindu untuk tulip – tulip merah. Aku pasti merindukan aroma kalian pagi – pagi mengetuk jendela kamarku. Jaga warna merah kalian. Selamat Musim Semi!

Sabtu, 12 Januari 2013

Snow White


Putri Salju? Hahaha tawanya hingga memegangi perut. Memang beginilah jika berbicara dengan orang yang tak punya daya imajinasi, batinku. Kau tak pernah mengerti posisiku teman. Kau tak pernah merasakan bagaimana menjadi Snow White. Bagimana disaat ia sangat ingin menemui William tapi ia justru tersesat di dalam Gua Peri bersama Quert, Gus, Coll dan para kurcaci lain. Bagimana rasanya menjadi satu – satunya orang yang dapat menyelamatkan negara sedang kau merasa tak bisa melakukan apa pun. Ahh perkara ini terlalu sulit untuk kuuraikan.
            “Kau harus belajar dari minus.” Katamu kemudian, yang kuiyakan dengan anggukan . Aku memang, ah aku gengsi untuk menyebut kondisi ini dengan ‘bodoh’, kurasa aku hanya belum belajar. Tapi aku akan mudah mengerti dalam sedikit pelajaran saja. “Kau tahu, Putri Salju pun tetap belajar meski ia terkurung di dalam menara utara.” Kau memang sahabat baik, batinku. Tapi bukan dengan engkau aku dapat belajar. Aku perlu belajar permainan pedang, teknik siasat perang dan hal yang sama sekali kau tak tahu.
            “Jika dapat memilih, mungkin aku tak mau terlahir sebagai putri salju. Biar aku menjadi gadis lain yang hidup normal.” Eluhku malas. “Tapi peran seringkali tak kompromi. Kau boleh mengelak tapi hanya sebatas itu.” Jawabanmu selalu ada benarnya. “Banyak yang iri padamu.” lanjutmu. “Karena mereka belum merasakan menjadi aku.” jawabku. Hahaha konyol, karena aku pun juga belum merasakan menjadi mereka. Kau bangkit dan memandangku sejenak. “Selamat berjuang putrid, selamatkan rakyatmu.” Kau berjalan tanpa menoleh bahkan untuk menjawab pertanyaan kemana kau akan pergi.

Jumat, 11 Januari 2013

Panglima !!!


Ini adalah hari saat matahari hanya berani bersembunyi di balik teman gembulnya cumolo nimbus. Hari saat tubuhku menyusut lebih kecil dari Quert atau Coll kurcaci snow white. Saat Chrishalys malu untuk mengakuiku sebagai teman, atau saat aku benar – benar berharap lumut – lumut akan tumbuh tinggi menjulang menjadikan tempat ini mejadi hutan hujan tropis. Biar, biar aku tersesat di dalamnya saja. Daripada menanggung malu tak berkesudahan.
Semua di mulai ketika aku menjinjing tas vonex pinkku berjalan melalui air mancur pusat kota, berjalan dengan sepatu pink milik Austin, dengan rok panjang bunga seruni yang lebih terkesan berbentuk rumput liar, dengan potongan abu- abu favoritku, juga dengan poly sweet ukuran L yang awalnya akan kuberikan pada Nala. Yah aku lebih suka begini ketimbang berdesak – desakan dalam bemo G untuk sekedar mengunjungi perpustakaan kuning. Ufeb ada janji dengan temannya sehingga aku haru berangkat sendiri. Dan tiba pada lengkung Sembilan puluh derajat bujur barat, aku menangkap beberapa sosok tak biasa dari arah lapangan hoki. Berbaris beberapa banjar lalu terdengar teriakan komando. Oh, panglima…pikirku.
Dan sesaat kemudian aku berani mempertaruhkan harga diriku dengan melupakan rencanaku mengunjungi perpustakaan kuning dan memilih berdiri mengintip paukan kavaleri berlatih pedang.  Kau boleh mengejek, aku dalam bayanganmu mungkin seperti lelaki miskin yang kehabisan tiket orkes. Tapi, aku juga berani bertaruh dengan diriku sendiri bahwa jika hari itu ibarat pertunjukkan musik.  Maka artisnya adalah Selena Gomes.
Aku mencari sosok yang sekira aku kenal. Bodoh. Aku memang tidak mengenal siapa – siapa diantara mereka. Tapi apa yang menarik. Panglima pasukan itu, bernama Khalid. Ia memukau. Aku pernah sesekali mengintip seperti ini dan menemukannya berlatih gerakan merpati menyerang ayang, atau tupai menang arisan *plaakk itu hanya karanganku. Tapi mana sosok itu, tidak mungkin mereka berlatih tanpa panglimanya. Aku berusaha memicingkan mataku berharap tiba – tiba teropong jarak jauh jatuh dari langit, atau aku menjadi kasat mata sehingga taka pa jika aku mendekat, tak aka nada orang yang mengusir atau berpandangan aneh terhadapku. Ahh mana mana? apakah mataku bertambah minusnya hingga tak mengenali sosok panglima.
“Apa yang kau lakukan?” Suara dari arah belakang membuat tubuhku terhuyung kea rah depan. Saat itu posisiku mungkin seperti burung gereja yang salah satu kakinya terkena permen karet. Aku menolehkan kepalaku. Aku tiba – tiba sesak nafas, kakiku kaku, tubuhku bergetar, atau gejala cemas lainnya yang tak ku rasakan. “Maaf Tuan saya hanya ingin melihat anda sekalian berlatih pedang. Saya ingin pandai berpedang seperti Tuan.” Kataku terlalu cepat, entah sosok di hadapanku itu paham atau tidak yang jelas itulah yang keluar. Aku berani bertaruh, dia pasti berpikir aku gadis zaman sekarang yang sedang depresi karena tidak punya dana untuk operasi plastik. “Uhh maksudku..” Kemudian tanpa menunggu kalimatku berlanjut sosok itu berjalan meninggalkanku. Jika sosok itu adalah guru matematika atau penjual pempek atau paling tidak prajurit lain yang biasa saja mungkin aku tak merutuki diriku separah itu. Sosok itu adalah panglima Khalid. Panglima yang membawa negeri kami tidak pernah kalah melawan negeri manapun. Panglima yang membuatku bersemangat melihat berita di tivi. Panglima yang sosoknya jarang muncul tapi sangat diharapka. Aku hampir menangis karena menyesal. Aku harusnya bisa menata bahasa dengan apik hingga mampu meluluhkan hatinya dan membiarkanku berlatih pedang. Mungkin ia merasa aneh dengan rok panjangku, atau aku lebih akan terlihat seperti ballerina ketika memegang gagang pedang. Apa aku bahkan tdak kuat memegang salah satu pun diatara pedang mereka. Aku ingin hebat seperti panglima. Aku ingin menjaga tanah air kita Panglima. Aku ingin menjadi lebih berani menghadang maut dan tidak takut mati. Aku ingin tetap berperang namun tetap mengingat Tuhan. Ajari aku panglima. Aku terlalu bodoh untuk belajar hanya dari melihat. Ajari sehebatmu. Aku menangis, terus menangis hingga pasukan itu menghilang. Aku tidak ingin pergi. Karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk memenuhi keinginanku. Panglima, suatu saat aku akan berdiri lagi di sini untuk melihat kalian berlatih. Tak peduli apakah aku terlihat seperti sniper yang akan disoraki “Snyper jangan mencuri, sniper jangan mencuri.” Aku tak peduli. Aku ingin hebat sepertimu.

Kamis, 10 Januari 2013

Angka 6



Saya bisa merasakan malam ini indah. Ketika kepala tidak perlu nyut nyut untuk memikirkan tugas yang tak kunjung kelar. Ketika mala mini saya akan tidur nyenyak karena tak terpikir, bagaimana besuk saya tidak terlambat sampai ke ruang dosen. Dan yang paling penting, mala mini dapat meluruskan persendian sembari menulis apa pun yang ku mau. Bukan menulis latar belakang masalah yang sengaja dicari – cari atau hipotesis yang terkadang terlihat mekso, atau verbatim wawancara yang membuat tengkuk mengeras. Saya bisa perhatian sama blog semata wayang ini. Dan errrr….
Tugas psikodiag III menutup tahun ini, semester lima ini. Saya tidak menyangka, anak maba baru kemarin itu sudah tingkat tiga sekarang, sudah disuruh dosen buat mikir proposal sama cari – cari judul skripsi. waaaaa. Sudah sibuk ikut seminar proposal bareng kakak – kakak angkatan. Sudah punya adik kelas dua. Huffft. Semester lima, indah sekali. Saya benar – benar merasakan bagaimana berhari – hari di depan lappy. Print ini itu. Wawancara SMP, ambil video buat film, ke SMA 13 Surabaya buat penelitian, bolak – balik masuk kelasnya adik kelas buat ngerayu mereka biar mau dijadiin klien kita. Bukan hanya di kelas, tapi di MY (Muslim Youth) Club, di BEM, dan semuaaanya. Semester lima benar – benar sesuatu. Dimana seringkali saya membiarkan lappy nyala sampai pagi, atau dari pagi sampai malam tak keluar kamar. Atau melihat molly –miny mouse yang kepalanya guide lebih dari kepala saya—jungkir balik di dekat loker pakaian, atau gembul—beruang kutub pake syal--- dan Timmy –rilakuma—maen ke tetangga nggak pulang – pulang. Kasihan mereka, maafin mama nak --___--“
Saatnya holiday, yang perlu disiapkan adalah pinjam buku banyak – banyak, nyetok film, bikin planning liburan, ah ah ah. –Saya menulis ini sembari melihat list yang masih mengantri to do, seolah mereka terabaikan. Ah liburan bukan pelarian--- Bagiamana pun semoga semester 6 membaik dan terus membaik. amiin. Siap – siap melihat kejutan semester depan. Apa yaaa?

Sabtu, 05 Januari 2013

you


 sometimes, I call it, Love. sometimes I guess that it is the big sins I ever made, whatever  it called, It’ll be something which reflecting in my eyes just blossom overside. Beautiful, dazzling, charming. and many words cant be represented of it. just sweet surrounding.
Sometimes I want to write your name in my diary. Suddenly my fingers get stiff, and oh…I was  totally afraid. I just have a little daring to mention your name in heart slowly. and I even sure,  my voice couldn’t touch your ears.
Sometimes I want to give you a message, hy I’m fine and how are you?. Over again, my hands too stiff to seize my phone. Or sometimes I want to tell about you to my friends but, I always have no doubt. I don’t know, how did you do your way perfectly. I don’t know, How did Allah make beautiful creature like you.
I wouldn’t give you a call to say that I like you. NEVER. It’s because I don’t want to carve sins in your heart. oh I was so naïve.
And I find what the summary all of it. I feel afraid if I think about you, I afraid because I am not sure that I have known you or are you the unknown people to me? hehe. beneath it all, I afraid to write your name because I don’t know what is your name appropriately. haha I don’t know who you are.

*sebuah posting aneh pasca UAS.