Rabu, 24 Desember 2014

Tenang, Kau Punya Allah


Allah, dengan ini. Biarlah pelan-pelan kami lepaskan. Apa yang dipegang erat-erat oleh hati. Biar Engkau yang memelihara. Semoga segalanya selalu terjaga, dengan segenap definisi indah. Di dalam asuhan kekuatan iman.

Saya ingat kata-kata Ustadz Yusuf Mansur. Berapa pun kita punya uang, biasakan beli sesuatu dengan doa. Seberapa pun yakin kita, minta pertimbangan Allah dengan doa. Karena segala sesuatu bisa saja bermuara menuju tempat yang tak pernah kita kira-kira. Munkin inilah ilmu tauhid secara sederhana. Tentang ke-esa-an Allah, tentang ke-hamba-an manusia. Tiada daya dan kekuatan, selain daripada Allah yang menjagakan.
Saya menulis ini untuk seorang kawan. Semoga Allah memberinya kekuatan, lebih banyak dari yang pernah ia perkirakan. Memberinya hati yang semakin kokoh, iman yang semakin lurus, dan harapan yang senantiasa terbit. Semoga waktu berlipat-lipat dalam bekerja, membasuh luka subuh kemarin dengan segera.
Hakikat mencintai adalah merelakan. Baik, meskipun ini terdengar menyedihkan. Mari kita memakai kacamata Tuhan, memakai sisi pandang atau cara berpikir jitu seorang guru. Mengapa mereka? Saya tidak berupaya menyamakan mereka. Tidak sedang menyamakan Tuhan dengan guru. Tapi sering kali kepada mereka lah kita salah dalam berprasangka. Paling tidak, mereka seringkali melakukan hal terkadang sulit sekali kita mengerti. Apa mau mereka?
Kawan, mengapa Tuhan diam saja ketika semua hal menyakitkan itu terjadi? Mengapa tidak Dia keluarkan kekuatan Mahadaya milik-Nya untuk melindungi kita dari hal-hal yang menyedihkan. Mengapa tidak Dia jaga kita jika Dia sayang pada hamba-Nya? Bukan kah kita adalah hamba yang senantiasa berusaha taat? jungkir balik menjaga iman dan sekuat tenaga menahan godaan setan demi bukti kita cinta pada-Nya. Lalu?
Begini, kau pernah ikut ujian? entah kenaikan kelas atau perpindahan semester. Dimana guru kita saat soal-soal sulit di bagikan? dia diam di pojok ruangan. Dia tidak merecoki ujianmu dengan memberi tahu jawaban karena yakin. Kau cukup pintar untuk melaluinya. Karena membantumu hanya akan merecoki kemampuanmu menuntaskan jawaban. Ingat, guru yang baik tidak akan melakukan hal bodoh dengan membocorimu jawaban sebelum kau tau soal. Itu tidak mendidik, bukan?
Ahh apa aku terlalu muluk-muluk dan sok tahu menjelaskan ini. Sederhana saja, bisik kan pada telingamu sendiri. “Tenang, kau punya Allah.” Dia diam, seperti diamnya guru di pojok kelas. Semoga kau baik-baik dan lulus ujian. Naik ke kelas baru dengan harapan yang lebih bersinar. Yang perlu kau ingat: harapan itu kewajaran, mimpi itu keharusan, doa itu  kewajiban. Tapi yang paling utama dari semua itu adalah penerimaanmu, kerelaanmu, keikhlasanmu atas segala keputusan Allah.

Blitar, 21 Desember 2014