Rabu, 26 Maret 2014

Sepotong Senja Sederhana #2


Ada yang berubah
Begitu saja, ketika kau datang
Buram jadi berwarna
Yang biasa mengistimewa
Sederhana menjadi luar biasa
Senja nampak cinta
Hanya satu yang tak berubah. Kau.
 Kau tetap memesona adanya
(130314)

Jangan Menyerah
Jangan menyerah, ada yang mendoakanmu diam-diam, menantimu di akhir perjuangan
Jangan menyerah, karena dimataku, kau terlalu kuat untuk berkata lelah
Jangan menyerah, lalukan bukan untuk ambisi, tapi menggenapi apa yang di hati
Jangan menyerah, bukan Tuhan tak mengabulkan, ketika melihatmu berpeluh Ia hanya memintamu bersabar sembari mengatakan ‘Sebentar’. Lalu membiarkanmu tumbuh sedikit lebih kuat
Jangan menyerah, yang diam bukan tak peduli, ia hanya ingin khusuk meminta pada malaikat agar membantumu.
Jangan menyerah,
(180314)

Kepada Ombak
Kiranya apakah yang ingin kau sampaikan
berkali-kali datang dalam debur yang diam
Kau tahu,
pasir-pasirku yang lembut terbawa sedikit demi sedikit olehmu setiap kau datang
Kau tahu,
Kerang-kerang yang kau hantar kemari selalu kujaga di balik cadas karang sebelah sana
Aku hanya sedang mencoba merangkai
Sketsa tak jelas yang coba kau gambarkan di atas pasirku
Aku hanya sedang menebak
abjad-abjad acak yang kau lempar tak peduli
Ombak. Diam-diam aku belajar darimu..
Bahwa hantaman keras sesiang tadi mampu menjelma kecipak lembut kala senja tiba
Ada sisi lembut yang kau sembunyikan agar terlihat tegar, begitu kan
Bahwa sesibuk apa pun matahari mempekerjakanmu, kau tak pernah lupa bersinggah
Mengirim remah makanan dari tengah samudera untuk anak-anak penyu
Kau lelah, tapi kau selalu singgah
Terimakasih Ombak, membiarkanku belajar diam-diam darimu
(260314)

Surabaya, 
Futri Zakiyah Darojat


Doa untuk Indonesia


-bahwa betapa pun hitamnya lembar sejarah, betapa pun merajalelanya kejahatan, namun kehidupan di dunia ini tidak kosong sama sekali dari manusia-manusia yang hidup digerakkan oleh nilai-nilai luhur, yang mendorong mereka berusaha menyelamatkan keadaan dan memulihkan kebajikan- Fiqhus Sirah

Dari dulu-dulu sejauh cerita-cerita yang pernah kubaca, dalam negeri antah berantah mana pun. Selalu menceritakan dua pemeran dalam sebuah kisah. Apa itu Nuh dengan kaumnya yang pembangkang, apa itu Muhammad saw dengan Abu jahal yang licik. Apa itu Roderick dengan si berani Tariq. Hingga kisah dunia modern. Apa itu Puteri Salju dengan perempuan sihir bernama Ravenna. Apa itu Mr Crab dengan Plankton yang selalu dengki, bahkan di negeri tak pernah tua Neverland pun, Peterpan harus berhadapan dengan bajak laut jahat bernama Hook.
Sepertinya, Allah memang menjadikan demikian menariknya hidup ini. Lalu ingatkah teman-teman dalam melihat segala cerita itu. bagaimana kita selalu ingin menjadi pembela kebenaran dari salah satu mereka, merasa ikut berdebar, menyalahkan si jahat, bahkan memberi jalan keluar dengan cara meneriaki televisi meskipun itu percuma. Kita selalu merasa perlu. Kejahatan tertumpas lalu semua penduduk berisi orang-orang baik semua. Tapi. Hey, inilah seninya hidup. Yang justru seharusnya dari sana kita banyak-banyak membaca makna.
Ketika membaca cerita atau melihat film, kita selalu ingin menjadi salah satu pemeran dalam andil melawan kejahatan, paling tidak, meski tak menjadi tokoh utama, kita akan membantu mereka sekuat tenaga. Melakukan hal sekecil apa pun, agar kita tak sekedar diam dan menonton tanpa ekspresi.
Hidup memang selalu seperti ini, tidak ada negeri jaya kaya raya gemah ripah loh jinawi semua penduduknya life happily ever after, selalu saja ada pihak-pihak yang membuat kecewa, ada saja sedikit rasa tak percaya pada para penguasa. Tapi sejauh cerita apa pun, tinggal diam tak peduli selalu bukan menjadi pilihan baik. Merutuki kebobrokan negeri hanya tindakan kekanakan yang bodoh. Karena itu, mari berbuat, sedikit saja sekecil apa pun, setidaknya ada yang kita lakukan. Agar kita menjadi pemeran yang tidak sekedar diam. Tidak, tidak harus selalu menjadi panglima berkuda. Hanya dukung mereka, dengan apa yang kita punya, atau paling sedikit dengan doa.
“Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan berkuasa atas kami, orang-orang yang tidak mengasihi kami.” –Doa Khatam

n.b : Selamat menyambut pemilu, jangan lupa nyoblos ya ^^

Minggu, 23 Maret 2014

Skripsi (jangan) Alihkan Duniaku


Karena Kesuksesan adalah kesabaran dalam bertahan, Keep going Skripsi, Don’t quit, Don’t quit –Tulisan di screen netbook

Yua, Yuanita teman kelas sebelah suatu hari heboh sendiri ketika pinjam netbook saya. “Hahaha segininya ya mahasiswa tingkat akhir.” Katanya seolah kalau dia itu maba. Dia barusan lihat desktop background Sammy (nama netbook saya) yang bertulis kalimat di atas. “Iye, mau gimana lagi, siapa yang menyemangati kalau nggak kita sendiri.” Jawab saya. “Hahaha sama kok, aku juga gitu di tempel di tembok-tembok, di notes bb, di laptop, ohh skripsi, skripsi, dan skripsi, bangun tidur lihat tulisan itu, mau merem juga, udah kayak teroris aja kita dikejar-kejar begini.” Lanjutnya kemudian, saya hanya bisa menjawab dengan senyum palsu.
Hidup mahasiswa tingkat akhir tapi imut emang kayak begitu. Kita dipaksa jatuh cinta dengan sesuatu yang kita nggak ngerti siapa ‘mereka’. Menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan ‘mereka’, dimana-mana tertulis tentang ‘mereka’. Dan orang-orang yang kita temui kompakan untuk senantiasa menanyakan bagaimana kemajuan hubungan kita dengan ‘mereka’ dengan mengatakan “Udah nyampe mana hubunganmu dengan skripsi?” atau pertanyaan tega banget lainnya seperti “Kapan lulus?” yang hanya kita jawab dengan permintaan doa.
Saya heran, sebegitunya ya pesona skripsi hingga nyaris mengalihkan dunia kita. Terkadang, ketika beberapa aktivitas kesukaan saya seperti baca novel atau blog walking terbengkalai demi ‘mereka’, saya merutuk sedikit dramatis “Ya Allah mengapa tercipta skripsi di dunia ini?” -_- *jangan ditiru di rumah
Skripsi sebenarnya tidak sulit, kita dan dosen yang bikin sulit. Saya menyimpulkan ini ketika bimbingan dengan seorang dosen penguji yang apabila namanya tidak disamarkan adalah Bu Damajanti. Fyi, saya revisi proposal skripsi empat kali kepada beliau, di revisi ke empat menjelang acc beliau bilang, “Sebenarnya saya bisa saja acc ini kemarin-kemarin, tapi kalau nggak gitu kamu nggak kesusahan, mahasiswa itu harus susah payah biar tahan banting, dan hobi saya adalah menyusahkan mahasiswa hihihihi *ketawaperi*” Lagi-lagi, saya hanya tertawa kecut.
Memang benar, kalau misalnya berjalan mulus-mulus mah bukan skripsi tapi jalan tol. Saya jadi ingat kata-kata Yosua, “Ya wajarlah kita kesulitan bikin skripsi, kita kan mahasiswa, kalau langsung bener dan mudah berarti kita bukan mahasiswa, tapi dosen.” xoxoxo bisa jadi bisa jadi.
Yang saya sayangkan ketika skripsi melanda adalah kita menjadi berpindah dunia, berpindah hati, atau parahnya berpindah kepribadian *lebai. Maksud saya, kita menjadi bukan menjadi diri kita ketika diserang skripsi, apa lagi kalau masuk gabungan PKS (Paksa Kebut Skripsi, red) kita menjadi menjadi amnesia, lupa teman, lupa tanggungjawab lain *jleb. Padahal dan padahal, okay skripsi penting, penting sekali bahkan. Salah satu bukti keseriusan, bukti kecintaan, dan bukti-bukti lainnya kita sebagai anak pintar dan baik yang cepat lulus.
 Tapi ! yang kita sering abaikan adalah skripsi menyedot semua waktu, mengalihkan dunia kita, merampas ruang-ruang orang yang biasa kita bersama mereka. Padahal lagi, skripsi lulus habis itu sudah, sedang banyak pengalaman yang seharusnya terjadi yang mungkin saja bisa menjadi bekal kita seumur hidup, bisa merubah kita menjadi mahasiswa lebih baik dengan sisa waktu di kampus. Tapi skripsi…hiks hiks…dia merampas semuanya.
Saya menulis ini di Pasuruan saat menjalankan tugas negera -biar-kedengeran-berat- yaitu melancarkan PKM (mengajar buta aksara), capek mikir dan mengerjakan skripsi, biasanya seperti ini yang saya lakukan, selain mengingatkan diri dan mengusir jenuh, bukan berarti saya menghimbau atau menginspirasi untuk mengabaikan skripsi, tapi jangan sampai skripsi justru menghalangi kita dari melakukan banyak hal yang bisa jadi bermanfaat bagi seumur hidup kita. Skripsi itu, dikerjakan saja, bukan kah skripsi yang baik adalah yang selesai (Anies Baswedan). Ingatlah perjalanan seribu batu dimulai dari satu langkah, maka skripsi kerjakanlah..kerjakanlah… *orasi ^^

Pasuruan, 23 Maret 2014

Kamis, 20 Maret 2014

life random lately


Kalian pernah naik roll coaster? kereta ukuran kecil dengan sabuk pengaman yang terkadang kurang meyakinkan, berlaju kencang meliuk, membuang tubuhmu ke bawah lalu cepat memungutnya kembali sebelum kau sempat terjatuh. Pernah? bila di dramatiskan, hidupku seperti itu sekarang.
Hantaman keras yang membuatku pada posisi terpuruk nyaris depresi, tapi Allah mengangkatku cepat-cepat lalu dengan beberapa kejutan yang tak pernah kubayangkan, Ia melambungkanku. And as a roller coaster, my life walks so so fastly.
Inilah mengapa aku menamai blog kesayangan ini ‘Dandelion’ yang sebelum ‘What a Great Allah’s Secret for Tomorrow’. Selain karena seelumnya terasa panjang susah dibaca dan sedikit alay. Dandelion adalah jelmaan gadis biasa saja yang sedang belajar terbang tanpa sayap.
Kembali ke hidupku beberapa tahun terakhir ini. Seolah Allah ingin mengatakan, sudah cukup aku bersembunyi di bawah ketiak Ibu. Aku harus terbang seperti dandelion. Matahari memaksa kelopak nyaman itu terkelupas dan butirku berhamburan mencari pegangan. Baik, Ayah adalah si Matahari di sini, sedang Ibu adalah pemilik kelopak yang nyaman.
“Terserah Mbak, sampean pilih kuliah tapi tinggal di asrama. atau ndak tinggal di asrama tapi juga ndak usah kuliah.” Sebagian hatiku mengatakan, Ayah tak mungkin tega tak menyekolahkanku. Tapi sebagian yang lain mengingatkan, aku tak pernah bisa menolak mau Ayah. Asrama? Kurungan yang menyedihkan. Namun benarkah berakhir seperti itu?

(bersambung)