Kamis, 30 Mei 2013

Kepada Para Pemuda

Kepada para pemuda


Yang merindukan lahirnya kejayaan…

Kepada umat yang tengah

Kebingungan di persimpangan jalan…

Kepada pewaris peradaban yang kaya raya,

Yang telah menggoreskan catatan membanggakan

Di lembar sejarah manusia

Kepada setiap muslim

Yang yakin akan masa depan dirinya

Sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan

Di kampung akhirat

Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah…

Wahai semua yang turun ke medan,

Demi mempersembahkan nyawa di Hadapan Tuhannya…

Bersegeralah bergabung dengan parade bisu…

Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi…
(~ Hasan Al Banna )

My second Family. Garuda Merah. Muslims Youth Club

Minggu, 26 Mei 2013

Seseorang


Seseorang yang senantiasa tersenyum riang di hadapanmu
ketahuilah ia sering menyapu airmatanya tatkala sendirian

Seseorang yang senantiasa berguarau senda di hadapanmu
ketahuilah dialah seorang pemurung tatkala sendirian

Seseorang yang senantiasa menyuntik kata – kata semangat kepadamu
ketahuilah tatkala ia menyulam hatinya yang retak seribu

Seseorang yang senantiasa kuat di hadapanmu
Ketahuilah dialah yang senantiasa mengadu lemah di hadapan Tuhannya

Seseorang yang ketawanya menceriakan harimu
ketahuilah tatkala ia membalut luka di dadanya

Seseorang yang sering member hadiah kepadamu
Ketahuilah ialah insane yang tak pernah mendapatkannya

Seseorang yang bebas mengeluarkan cetusan pikirannya
ketahuilah dia seorang ‘pertapa setia’ yang tak mampu bersuara tatkala sendirian
-KhadimulQuran-

Rabu, 01 Mei 2013

Keadilan yang Tertukar


 





Maaf Ustadz …
Tahun 2003 sempat berkirim pesan
Menanyakan hal ihwal studi di Jerman
Ustadz merespon tanpa segan
Padahal kita belum sempat kenalan
 
Maaf ustadz …
Kini engkau mendekam di jeruji
Atas tuduhan yang tak pernah terbukti
Katanya suap kebijakan dagang sapi
Hingga sangkaan money laundry
Maaf ustadz …
Karena ustadz bukan Jenderal berbintang
Harkat-martabat ustadz ditendang-tendang
Difitnah, dibully, ditangkap di tengah malam
Tak sempat pamitan apalagi jalan-jalan
Maaf ustadz
Karena ustadz bukan anak mas seperti Mas Anas
Yang tahu rahasia orang-orang berjas
Ustadz dipenjara tanpa alasan yang jelas
Entah kapan ustadz bisa menghela bebas
Maaf ustadz …
Karena ustadz bukan tim sukses seperti Mas Andi Mallarangeng
Yang tahu sumber kampanye yang amat ngejreng
Ustadz dikerangkeng laksana Gepeng
Diblow up media begitu ngejreng
Maaf ustadz …
Saya orang desa hanya bisa memanjatkan doa
Agar Allah membuka 1001 hikmah yang pasti ada
Agar ketamakan yang zhalim segera sirna
Seiring malam yang berganti warna
Doa rabithah sahut menyahut terus bergetar
Dari Meulaboh hingga negeri Gibraltar
Mengetuk ‘Arasy memohon kepada Allah Maha Ghaffar
Agar di balik tabir terbuka jalan keluar
Kami tak ridha ustadz menjadi tumbal keadilan yang ditukar

Saya tidak tahu...entah kenapa pengen nangis bawaannya kalau tahu 'kasus' ustadz Luthfi...Karena sedikit banyak...Saya pernah merasakan bagaimana sakitnya terkena Fitnah. Mungkin tidak sehebat itu perihnya kalau saya yang terfitnah. Mereka berkata tentang hal yang tidak sebenarnya tentang ayah saya di atas mimbar masjid. Semua orang saya yakin tidak akan pernah rela ayah mereka di fitnah. Saat itu, rasanya hanya ingin lari ke arah abi, memeluk abi dan menangis dalam pelukannya. Dan kini, kasus Ustadz Luthfi ini hampir mirip dengan yang pernah saya alami. Saya yakin, kalau ustadz Lutfi mempunyai anak perempuan. Ia pasti jauh lebih merasakan rasa sakit seperti yang saya rasakan. Abi, ingin rasanya menjumpal mulut mereka. Mereka hanya manusia bermulut kotor yang gila penghormatan (astagfirullah).
#maaf sedikit kasar di ending. benar - benar ndak kuat Y.Y