Jumat, 26 September 2014

Perubahan memang kejam


Beberapa hari yang lalu, saya mendapat sms dari seseorang yang minta saran. Dia adalah orang yang sama sekali tidak saya kenal yang dapat dapat nomer saya dari temannya yang kebetulan teman saya namun beda jurusan. Teman saya itu mulia sekali hatinya, setelah sebelumnya dia mengajak teman-teman kostnya datang ke kontrakan saya buat curhat sama saya, sekarang dia saranin ke temannya yang lain untuk curhat juga sama saya. Mungkin besuk gentian tetangganya yang curhat sama saya.
Saya bukan apa-apa, saya belum Psikolog yang kompeten. Mungkin kalau asal dengerin dan kasih sarannya asal njeplak saya bisa. Tapi masalah terakhir ini sedikit rumit. Orang asing itu minta saran, bagaimana agar dia bisa berhenti jatuh cinta sama perempuan? sepertinya sepele, menjadi tidak sepele jika ternyata dia adalah perempuan juga TT__TT. Jadi dia minta saran ke saya bagaimana caranya berhenti jadi lesbi.
Awalnya saya kaget, harus saya apakan ini orang? saya selalu teringat kata dosen kelas konseling, jangan memberi solusi pada klien, tapi bantulah dia menemukan solusi. Saya pancing dia bercerita, dia terbuka sekali hingga sedetailnya diceritakan sama saya, tapi tetap saja ujungnya saya bingung harus bilang apa. Karena sungguh tidak mungkin saya balas sms “HENTIKAN PERBUATAN SESUNGGUHNYA LESBI ADALAH HAL YANG DILAKNAT ALLAH.” dia pasti bisa jawab, “MAKANYA KASIH SAYA SARAN, BUKAN MALAH DAKWAH.” daaan saya masih bingung.
Hingga terjadilah percakapan diantara kita,
dy        : Saya trauma disakiti laki-laki. Jadi biar aman, saya pacaran dengan teman cewek saya.
sy         : Jadi perempuan yang pacar kamu ngga pernah nyakitin kamu?
dy        : Pernah, Mbak.
sy         : Nah, buat apa kalau gitu kalau sama-sama pernah?
dy        : Lebih baik saya jadi player aja Mbak, biar tidak disakitin.
sy         : tidak apa-apa, jadilah apa yang kau suka, selama kamu tenang (saya sempat ragu mau kirim ini.)
Tapi aneh, sms saya yang terakhir itu ditanggapi dia luar biasa. Sedih katanya ingat orangtua, mau tobat aja, mau serius kuliah, mau macem-macem yang baik-baik lain, hufft dia sadar. Namun saya salah, besuknya dia sms lagi udah punya pacar lagi dan masih berupa perempuan, alamaaak. Saya biarkan saja. Dua hari setelah itu, dia sms dibikin patah hati karena ternyata pacar barunya udah punya pacar, wih riweuhnya ternyata dalam kalangan lesbi juga ada perselingkuhan. Terus dia bingung minta nasehat saya.
Huuuffffff banget kan? terus saya bilang, “Kalau kamu mau berubah, kamu harus serius, nurut apa kata saya, inshaAllah saya akan bantu kamu, tapi kalau kamu plin-plan seperti ini, saya nggak yakin bisa bantu.” Saya agak nyesel ngirim sms itu, selain karena antara saya bingung, kalau dia nurut pun juga mau saya apakan? dan merasa salah karena tidak memakai jalur kelembutan untuk mengambil hatinya, karena saya kemakan jengkel.
Ternyata dia memilih tidak melanujutkan curhatnya ke saya. Tidak apa-apa, dia minta solusi, saya memang belum pantas belum memberikan solusi, selain itu, terapi dimana pun atau proses modifikasi perilaku, bacalah buku apa pun, yang pertama adalah komitmen. Selama tidak ada komitmen, proses akan sia-sia.
Berubah memang berat, tapi tidak selama kita memiliki kesungguhan. Dalam tempat kerja saya yang peserta terapi-nya adalah anak-anak, Ibu mereka rela membiarkan anak-anak dibuat menangis berulangkali selama proses terapi, karena mereka tahu, ini cara terbaik untuk merubah sesuatu, yaitu dipaksa. Jika cara halus tidak bisa, paksa dengan kasar jika memang mau berubah.
Dua hari ini, saya ketiduran ketika membaca. Dulu ketika di Surabaya, tidur habis Isya adalah hal yang tidak pernah saya lakukan, secapek apa pun.  Akhirnya hari ini ketika saya mengantuk lagi ketika belajar, dengan merem saya berjalan ke kamar mandi, saya guyur muka saya. Saya tahu, kalau nggak dikejami gini bakalan keterusan. Berubah memang harus ada niat, jika memang cara yang harus kita lakukan adalah kejam, lakukanlah demi kebaikan.

Blitar 26 September 2014

3 komentar:

Danni Moring mengatakan...

menarik mba ceritanya.. iya memang terkadang ada hal-hal yang harus dipaksa untuk berubah ya..jika jalan pelan-pelan tidak bisa ditempuh jg..

Futri Zakiyah Darojat mengatakan...

Heu euh pemaksaan di awal ngga apalah, lama2 juga kebiasa :3

Futri Zakiyah Darojat mengatakan...

Heu euh pemaksaan di awal ngga apalah, lama2 juga kebiasa :3