Minggu, 28 September 2014

Surabaya Setahun Terakhir

Apa yang harus kukatakan lagi pada orang melankolis ini, pekerjaannya mendramatisir sesuatu. Hanyut dalam kenangan, tenggelam dalam kerinduan #halah.

Ada sisi sensitive dalam diri saya memang, terutama ketika melibatkan sesuatu yang menyentuh perasaan. Dasarnya mudah terharu, yang menurut orang mungkin biasa saja, tapi saya tidak bisa menganggapnya biasa. Yah, inilah hidup versi saya.
Weekend di pagi hari, aktivitas terakhir saya akhir-akhir ini adalah telpon-telponan berjam-jam dengan sodara-sodara yang masih belum hengkang dari Surabaya. Bahas apa? Tentunya bahas yang enggak penting-penting. Sepertinya, mereka belum mau melepas saya #GeEr.
Surabaya setahun terakhir, puncak perubahan besar dalam diri saya. Masa-masa paling soro (sengsara), paling deket dengan teman-teman juga, masa paling jahat pada diri sendiri, masa berlatih sabar habis-habisan karena jadi mas’ul (penanggung jawab) asrama, masa dimana harus melalui peristiwa hampir depresi satu menuju hampir depresi yang lain, masa harus pintar-pintar membagi waktu antara PKM, skripsi, dan kampanye caleg wkwkwk. Intinya, setahun terakhir ini di Surabaya adalah unforgettable sangat.
Pelan-pelan saya baru sadar rencana-rencana Allah tentang jalan takdir yang harus saya lalui, atas banyak hal yang saya mau banget tapi belum dikabulkan. Mengapa saya tidak wisuda bulan Maret, mengapa saya harus tidak mendapat tempat PKL di Surabaya (meskipun sempat hampir depresi karena ditolak empat kali oleh lembaga terapi, haha), mengapa saya harus ‘diasingkan’ di asrama berbeda dari teman-teman angkatan 2010 dua tahun berturut-turut, mengapa saya yang masih sering manja dan ngga jelas ini dijadikan penanggungjawab asrama, dan mengapa-mengapa yang lain.
Iya, Surabaya telah menjadi monument kenangan bagi saya. Surabaya, kota yang dulu paling saya ogahi karena panas dan takut item (dasarnya padahal juga udah item :P ). Ini kota yang dimau-i Ayah saya, akhirnya bisa membuat saya jatuh hati. Sekarang membicarakan Surabaya bukan hanya sebatas sebuah kota, namun memasuki daerah perasaan, cieeeh.

Blitar, 27 September 2014

5 komentar:

Danni Moring mengatakan...

mungkin pas dengan pribahasa "cinta datang karena terbiasa"...gara2 terbiasa di surabaya jadi jatuh hati dengan surabaya ya mba..hehe

btw kok postingan ini di reader sy ga terdeteksi ya ?

Futri Zakiyah Darojat mengatakan...

Itulah tresna jalaran soko ngglibet (tau nggk artinya?) :D

Ke hiden brgkali (amg ada?) :D

Danni Moring mengatakan...

itu artinya apa ? hehe pernah denger tapi kayaknya ga pake "ngglibet"..

btw ini ga ada tombol reply ya ?

Futri Zakiyah Darojat mengatakan...

Biasanya 'kulina' sama aja artinya...
Klo aku buka di handphone ada...atw bisa di atur ya kek gini #katrok

Danni Moring mengatakan...

tapi yang biasa pun aku ga tahu artinya hehehe..

aku juga ga tahu hehe.. #gaptek