Senin, 22 September 2014

Ini tentang kampung kita. Tentang Surga.


Ini tentang kampung kita. Tentang Surga.

Aku bertanya-tanya, mengapa ujian-ujian hidup harus datang silih berganti seperti tak memiliki cara untuk berhenti? Mengapa kita harus bersusah payah belajar, harus sabar melatih diri berbuat baik, berpeluh-peluh berusaha mengentaskan diri dari banyak peristiwa yang membuat frustasi lalu setelah selesai satu peristiwa, peristiwa berikutnya yang lebih menghadirkan depresi datang menyambut? Mengapa kita harus berjuang untuk banyak hal, mengapa harus memaksa diri menahan hawa nafsu? Mengapa kita harus telaten menenangkan diri dengan kata “Sabaaar.”, lalu berupaya mempercayai bahwa sabar memang tanpa batas. Mengapa? Kita harus melakukan semua itu? Atau pertanyaan yang pasti sering muncul di kepala banyak orang, “Mengapa yang enak-enak itu dilarang?”
Jawabnya “Ya memang inilah hidup.” sepertinya kurang memuaskan. Lalu aku sadar, mengapa kau dan aku harus terus berjuang seperti itu? Kawan, ternyata kita masih di dunia. Nanti, ketika kita pulang pada kampung halaman, akan beda lagi aturan mainnya.
Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan. (Yaasin :56-57)
Aku teringat suatu cerita, saat seorang murid bertanya kepada Imam Ahmad yang kira-kira seperti ini “Wahai guru, aku lelah. Kapan kita akan beristirahat?” Lalu sang Imam menjawab “Anakku bersabarlah, kita akan beristirahat ketika kaki kita menginjak pintu surga.”
Kau lelah, atau ingin mengenggam segala sesuatu yang kau inginkan, melakukan apa saja yang kau mau. Hanya satu kuncinya, bersabarlah. Kuatkan hati melalui segala proses, karena kita masih di dunia. Tapi sekarang aku ingin bertanya pada dariku dan dirimu. Apa yang sering kita mintakan pada Allah sambil menangis? Mimpi-mimpi dunia, atau kampung kita surga? Kemudahan mengejar kemauan atau keistiqomahan dalam kebaikan?
Sahabat, ingatlah aku. Jika nanti kau sudah di surga sedang tidak ada aku di sana. Mungkin tersandra Malaikat Malik di neraka. Tolong jemput aku, dan bawa aku bersama kalian, aku juga ingin ke surga.
Ya Allah jadikan kami telaten, sabar, dan berdamai dengan segala proses di dunia ini. Aamiin

Dalam kerinduan ukhuwah,
Blitar, 22 September 2014

2 komentar:

Danni Moring mengatakan...

"Ya Allah jadikan kami telaten, sabar, dan berdamai dengan segala proses di dunia ini" --> Aamiin Ya Robbal alamin

Futri Zakiyah Darojat mengatakan...

Terimakasih ya :')