Selasa, 12 Maret 2013

air, beku, warna


Cinema Hujan
Hujan, kau mengingatkanku
tentang satu kata rindu
di saat setitik cinta datang dengan malu – malu ratusan hari yang lalu
mencetak memori remajaku
yang kurasa kemudian,
titik itu membesar  melebihi ruang hatiku
Hujan, siapa yang tau tentang perasaan
dalam dan tingginya tak terukurkan
Hujan, bukan karena apa aku mendamba
seperti takutku kehilangan isi dalam hatiku
belum puas aku menikmatinya
Hujan, salahkah aku mengatakan
suara yang tercekat dalam kerongkongan
aku tak inggin egois
Hujan, yang kurasa cinta menjaauhiku
tak dengan malu – malu tapi dengan tanpa ragu
Hujan, ingin aku membaur denganmu
agar terkubur wajah dan suaraku di dalammu
Hujan, aku ingin berlari dan memeluknya
bukan memintanya untuk tak pergi
tapi memintanya tak meninggalkanku.

 Beku
Dan dalam diam, hanya Tuhan dan aku yang tahu
Tentang apa yang bergejolak di dalam kebisuan
Namun sampai kapan mata sanggup terpejam
Dan sampai mana bibir akan terkatup rapat
Kecuali akan ada hal lain sebagai penawar
Bukan sinarnya yang kudamba
Karena aku akan tetap terbeku di bawah kilau hangatnya
Mungkin setarik senyum
Pelepas rindu seperti dahulu
(020711)


Turquoise
Indah hanya warnamu
sejenak memang kau muncul diantara kumulus nimbus
pagi itu
aku ingin membawa kapur
lalu menulis pada sisimu
bahwa aku cukup bahagia dengan semua ini
namun, kau terlalu sulit untuk kujangkau dengan usaha apa pun
setidaknya, lihatlah
seikat lilac halaman belakang
yang haru kau ingat
menjadi sayap memang indah
tapi menjadi angin jauh lebih indah

Tidak ada komentar: