Jumat, 21 Desember 2012

SEpeda Baru



Waktu itu masih belum seperti sekarang
saat gadis 7 tahunan itu sering merengek – rengek meminta dibelikan sepeda baru
“kalau sudah punya uang Mbak.”
“tapi pengen sekarang buk, pengen sepedahan seperti teman – teman.”
“Tapi ibuk belum punya uang.”
“Tapi pengen buk.”
lalu ibuk hanya diam, mungkin ibuk capek menanggapi rengekanku.
Ahh futri kecil saat itu masih sulit mengerti keadaan. Kalau abi sering diam, ibu akan sering mengomel jika ada suatu kesalahan sekecil apa pun kulakukan.
“Kalau ingin sepeda, nabung dulu. Kurangi jajan. Makanya sarapan kalau sebelum sekolah, ibu sudah capek capek bangun pagi masak malah nggak mau sarapan.”
“Kan takut telat.”
“Makanya dibangunin itu yang enak, kalau tidur jangan malam – malam.”
Seperti itulah, ibuk sering mengomeliku. Mengomentari semua yang salah padaku. Memberi nasehat ini, nasehat itu. Supaya aku, putri sulungnya ini mengerti. Tapi ternyata aku sangat sulit mengerti.
“Jangan pakai baju itu Mbak,  Pakai baju yang kemarin saja. Masih bisa dipakai kenapa ganti lagi.”
“Tapi nanti dikira teman – teman nggak punya baju lain.”
“JANGAN MALU KALAU NGGAK SALAH.”
Ini, pelajaran yang kerap ibu gaung – gaungkan. Jangan jadi anak pemalu hanya karena hal tidak penting.  Hidup bersahaja ya seperti ini, begitu mungkin maksud yang ingin ibuk sampaikan.
Pernah suatu ketika, saat nilai matematikaku kelas 4 SD saat itu mendapat nilai 44. Ibu tidak terima, ibu tahu jawaban yang tertera pada kertas jawaban itu banyak yang benar namun dicoret merah. Ibuk, ibukku yang tangguh langsung mendatangi kelas untuk mengkonfirmasi semuanya. Ibuk tidak akan membiarkan hatiku menciut atas perlakuan yang tidak adil.
Ibuk, seharusnya aku lebih sering menelfon ibuk. Tapi entah, aku tidak kuat mendengar suara ibuk menanyakan kapan pulang. Dan itu akan membuatku tak betah di Surabaya.
Orang – orang bilang hari ini hari ibuk. Puput suka cara ibuk menagih kado pada anggota keluarga kita. Puput suka mendengar ibuk dengan bangga memamerkan hadiah abik pada kami. Ibuk….Meski ibuk selalu keras kepada kami, kami selalu berebut siapa yang tidur siang dengan ibuk. Meski kami terkadang bawel, atau selalu bilang “sebentar.” saat ibuk menyuruh kami, tapi percayalah buk. Rasa bersalah terbesar kami adalah saat kami mengatakan sebentar sedang ibuk tidak sabar dan mengerjakan pekerjaan dengan tangan yang telah kelelahan.
Ibuk, doakan puput bisa membahagiakan ibuk, mewujudkan apa yang ibuk pengen dari puput.  Doakan kelak puput menjadi perempuan yang sukses dunia akhirat (amin): Dan kita akan bersama - sama membawa keluarga pada kesuksesan dunia akhirat pula. amin

Terima kasih Allah, untuk seorang ibu seperti ibuk kami
Yang tidak pernah berhenti mengarahkan kami
Yang terlalu disiplin hingga membeli jadwal tidur siang kami dengan tambahan uang saku.
Ibuk, terima kasih telah membiarkanku tidur Sembilan bulan lamanya dalam kandunganmu
Terima kasih telah mengenalkanku pada Tuhanku
Terima kasih ibuk untuk beribu sarapan pagi yang tidak pernah telat
Terima kasih untuk setia menjemputku di stasiun
Terima kasih untuk sambel pecel dan telur puyuh oleh – oleh untuk teman – teman asrama
Terima kasih untuk menyetrikakan dan mencucikan tumpukan baju kami
Terima kasih untuk bangun – bangun malam – malam karena anak sulungmu yang manja sedang masuk angin.
Terima kasih untuk  cakue setiap pulang belanja
Terima kasih buk untuk menjahitkan kancing seragam yang lepas
Terima kasih untuk semuanya yang tidak mungkin tertulis satu persatu.
Ibuk, sesungguhnya cita – cita terbesarku adalah membuat engkau dan abik bangga.

peluk dan cium dari jauh.
Selamat Hari Ibuk !!! Semoga Allah selalu membarokahimu ibuk.
Sayang ibuk :*
(sebuah posting kepagian, berhubung besuk dan lusa saya khawatir tidak bisa membuat sambungan internet, jadi tulisan buak ibuk ini saya posting sekarang. Saya tidak ingin telat buat ibuk, seperti ibuk tidak pernah telat membuatkan saya sarapan pagi)


Tidak ada komentar: