Selasa, 26 Agustus 2014

Pencil Down Syndrome



Kalian tahu tentang Down Syndrome? Yaitu salah satu dari jenis intellectual disabilities atau mereka yang memiliki Intelectual Quotion (IQ) jauh dibawah standart rata-rata normal (>45). DS memiliki perbedaan yang mencolok dengan jenis gangguan perkembangan yang lain yaitu dapat terlihat secara fisik. Penderita gangguan DS memiliki struktur fisik yang berbeda. Hal ini bisa diakibatkan banyak hal, mulai dari keadaan ketika masih dalam kandungan (kelainan kromosom, kekurangan nutrisi, ibu yang perokok atau peminum alcohol), pada saat kelahiran (kekurangan oksigen, premature), pasca kelahiran seperti kekerasan, keracunan, dan masih banyak yang lain.
Saya tidak bermaksud menjelaskan secara lebih mendalam mengenai DS. Selain karena saya belum ahli, juga kerana memang belum memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang hal tersebut sehingga takut menyesatkan. Namun ada karakteristik pada anak DS yang ingin saya bahas disini. Ahli Psikologi menamainya Pencil Down Syndrome.
Pencil Down Syndrome adalah semacam hambatan pada anak DS dalam hal motivasi belajar yang disebabkan karena terlalu sering mereka gagal dalam mempelajari sesuatu, sehingga sering lah mereka mengalami demotivasi. Saya tidak mengerti mengapa para ahli Psikologi menamainya demikian tapi saya kira, bukan anak DS saja yang mengalami Pencil Down Syndrome ini, manusia pada umumnya juga demikian. Mereka berpikir, jika sebelum-sebelumnya tidak bisa, ya akan terus tidak bisa.
Tapi kemudian saya membayangkan, bagaimana jadinya jika Edisson mengalami Pencil Down Syndrome lalu memilih untuk berhenti pada percobaan bola lampunya yang ke-999. Barangkali mungkin tetap ada bola lampu, tapi bukan dia penemunya.
Manusia seringkali mendapat ujian terdahsyat ketika ia hampir mencapai puncak usaha. Di sini saya kira, setan gencar-gencarnya menggoda dengan berbisik di telinga kita “Udahlah…kamu engga akan berhasil.” atau “Ngapain ngabisin waktu, nyoba yang lain aja yang lebih menarik.
Terapist dan ahli psikologi menyiasati Pencil Down Syndrome dengan cara memberikan stimulus yang berbeda agar anak DS merasa tertarik. Ini mungkin bisa kita tiru, yang biasanya malas belajar matematika karena dengar namanya saja sudah mual (curcol xoxo) bisa memberikan ragam berbeda dalam belajar, ubah nama matematika, tulis di buku matematika menjadi buku matemacinta mungkin (-__-“), itu hanya contoh.
Yang jelas, yang paling penting dari segala proses pembelajaran, pengejaran, atau dalam fokus menginginkan sesuatu adalah kesabaran dalam bertahan. Tidak peduli jatuh bangun aku mengejarmu --__-- kalau kita yakin dan fokus, usahakan sampai titik darah penghabisan. Mengutip kata-kata Coach Taylor dalam film Facing the Giants “Don’t quit till you got nothing left.” Jangan berhenti hingga tidak ada yang tersisa. Kalau kita mudah sekali demotivasi karena sering gagal, mungkin kita harus terapi sama-sama dengan anak-anak special Down Syndrome.

Blitar, 26 Agustus 2014

Tidak ada komentar: