Rabu, 11 Juni 2014

Upcoming Ramadhan : Must be much better



Andaikan saja Ramadhan semua
Bulan yang tiba bulan yang ada
Karena besarnya setiap pahala
Yang dijanjikan kepada kita
(Ramadhan tiba, Opick)

Marhaban Ya Ramadhan !
Lupakah kita kawan dalam setiap penghujung Ramadhan, ada rasa sesal yang tiba-tiba muncul, tentang Ramdhan yang waktunya kita sia-sia, tentang amalan kita yang begitu-begitu saja, selanjutnya nothing we can do but praying “Ya Allah, panjangkan usia kami hingga jumpa Ramadhan berikutnya”.
Tidak ada bulan dimana kita berpuasa, sholat, mengaji, berinfaq, dengan sangat bersemangat seperti yang kita lakukan di kala Ramadhan. Tidak ada bulan dimana tilawah sahut manyahut dari surau satu dengan yang lain, dari pagi hingga sore. Tidak ada bulan dimana toko-toko besar, department store, background music mereka yang terbiasa pop atau dangdut menjadi nasyid, menjadi irama rohani. Tidak ada bulan dimana manusia-manusia berubah menjadi sangat  baik dan dermawan, berbagi takjil di sepanjang jalan, atau menyiapkan kolak hangat untuk jamaah tarawih. Masha Allah istimewanya Ramadhan.
Luar biasa sekali barakah yang dilimpahkan Allah pada Ramadhan, setan dibelenggu olehNya, ampunan diberikanNya. Tapi, sayang sungguh sayang. Euforia Ramadhan terkadang salah kaprah di negeri kita tercinta Indonesia. Kita menjadi sibuk menyemaraknya tapi terlupa ibadah kita, kita sibuk membuat manisan tapi terlupa amalan. Padahal keistimewaan terlalu sayang kita lewatkan dengan seperti itu. Seharusnya kita bisa memaksimalkan tilawah yang sering terlupa pada bulan biasa, meningkatkan shalat sunah yang sering terabai pada bulan-bulan sebelumnya. Padahal Ramadhan adalah kesempatan kita menggenapi amalan yang tak kesampaian di bulan-bulan sebelumnya. Lalu akhirnya kita hanya akan berdoa lagi “Sampaikan kami pada Ramadhan berikutnya Ya Allah.
Aah tapi apakah minta memperlama Ramadhan, atau meminta Allah mempertemukan kita pada Ramadhan depan akan menjadi jaminan kita akan memaksimal seluruh kemampuan untuk memanfaatkan Ramadhan berikutnya. Adakah jaminan? sungguh, seharusnya kita malu meminta ini itu sedang Ramadhan kita hanya gini – gini saja. Apa guna berandai – andai ini Ramadhan terakhir tapi sebulan Ramdhan khatam satu kali pun tidak.
Karena itu, jika ini benar – benar Ramadhan mendatang adalah terakhir kita. Tidakkah kita rela membiarkannya berlalu dengan tanpa sebuah kenangan, kenangan sebagai Ramadhan terakhir dan terbaik sepanjang usia, khatam terbanyak, infaq termaksimal, sholat malam terutin, tidakkah ingin mengukir cerita itu, lalu memamerkan pada Munkar dan Nakir, esok saat kita mati.
Mari sama-sama menengadah kawan, “Ya Allah, jadikan Ramadhan ini sebagai jalan pembuka keistiqomahan kami dalam beramal karenaMu. Kami tidak meminta memperpanjang umur atau jumpakan kami pada Ramadhan berikutnya, tapi jadikan Ramadhan kami senantiasa menjadi lebih baik dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Dan jika ini yang terakhir, jadikanlah amalan di dalamnya menjadi amalan terbaik dan terindah dalam sejarah hidup kami, aamiin”

Futri Zakiyah Darojat,
(tulisan ini ada dalam bulletin At-Tarbiyah Mushola FIP UNESA edisi 1)


Tidak ada komentar: