Jumat, 01 Februari 2013

INI NEGERI YANG BAIK . TITIK



Apa pun yang terjadi, jangan bilang apa – apa tentang negeri ini. Kami masih hidup dan ingin hidup di sini, Pak Presiden. Aku tidak peduli berapa kali media masa memberi  makan pikiran kami dengan hal – hal beracun. Negeri kami negeri baik dan milik orang – orang baik. Persetan dengan kata -  kata mereka yang merendahkan negeri ini. Mereka hanya manusia korban kekecewaan yang tak punya harapan. Mereka hanya manusia penebar bibit penyakit hati agar kami turut membenci negeri kami sendiri. Ini negeri kami, siapa yang akan membela kalau bukan kami. Terserah apa kata mereka, terserah mereka membandingkan dengan sudut dunia mana pun. Ini negeri kami, negeri yang baik, TITIK.
Menghujat tiada guna, ini negeri kami. Jika kami menghujat apa yang kami miliki bagaimana orang lain akan menertawakan betapa bodohnya pemilik negeri ini. Sudah jangan bahas kebobrokan, itu urusan pemerintah dengan Tuhan. Toh apakah kalian  memberi dukungan atau olokan tak akan berpengaruh bagi mereka. Sudah, tutup saja telinga kita. Jangan jadi orang yang membabi buta karena kegalauan atas sakit hati dan krisis harapan. Jangan hanya menjadi Abu Jahal Modern, yang hanya berani menyumbang olokan lalu sembunyi ketika panggilan perang datang.
Ini negeri kami, negeri yang baik. Biar kami mencoba merawat ulang, luka – luka bekas sayatan penderitaan masa lalu. Harapan itu selalu ada, bagi jiwa yang diliput cinta, hanya pecinta ulung yang kembali berdiri sesaat setelah air mata patah hati itu mengering. Pecinta yang yang memberi bukan menuntut, yang selalu ada harap dan gairah tanpa mengenal dendam dan kekecewaan. Belajar menyusun kembali potongan – potongan hati yang terurai menjadi rangkaian kepercayaan. Setidaknya, percayailah bahwa kami akan membaik. Kami akan membaik, TITIK.
Biar kami menutup mata kami sekarang jika kilat – kilat selepas badai itu masih menyilaukan, biar kami menutup telinga kami jika gemuruh petir musim kemarin masih mendengung. Matikan racun itu, jangan sampai pada pembuluh darah cucu – cucu kami nanti. Matikan sekarang, hanya kita yang dapat matikan. Percayalah, semua akan membaik. Jika sulit kau percaya mereka yang duduk di sana, di atas kemudi bahtera negeri ini. Percayalah pada Tuhan. Setidaknya, percayalah.
Terserah, apakah kalian akan mengatakan bahwa kami hanya orang sok suci yang mau tertindas. Saya ulangi, setidak kami percaya, bahwa harapan itu masih ada.


Tidak ada komentar: