Jumat, 08 Agustus 2014

SELALU ADA WAKTU


Sejak SD hingga saat ini, kisah tentang perempuan pezina yang masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kelaparan, atau kisah seorang pembunuh yang berhasil membunuh seratus orang yang kemudian Rokib dan Atid memperebutkan ruhnya untuk dibawa ke surge atau neraka, hingga kisah Kyai Barseso yang ahli ibada,h tangguh dan bisa terbang namun di akhir hayat justru meninggal dalam keadaan musrik karena menyembah setan. Kisah-kisah tersebut masih saja menjadi penggambaran yang baik perihal hidayah.
Jangan lah perempuan-perempuan menghina perempuan-perempuan lain karena mereka yang dihina bisa jadi lebih baik daripada yang menghina.” (Al-Hadits)
Sejauh kita masih diberi kesempatan menghirup oksigen, manusia selalu masih memiliki kesempatan, belum terlambat. Terlambat hanya untuk mereka yang nyawanya telah di kerongkongan, ketika pintu taubat telah tertutup. Maka, menilai seseorang itu bukan lah hak manusia, seburuk apa pun mereka, kita tidak berhak menilai, apalagi menghakimi.
Jaman sekarang, semakin tinggi ilmu seseorang justru kebanyakan, saya katakan kebanyakan (tidak semua), merasa memiliki hak untuk menilai orang lain, membandingkan apa yang ia ketahui dengan apa yang dilakukan orang lain. Padahal, manusia pengetahuannya terbatas, terkadang malah memberi penilaian hanya berdasar apa yang dilihat.
Selalu ada waktu, sebelum Izroil datang, sebelum gelap kubur menghimpit, bagi seseorang untuk memperbaiki diri, Allah pun memberi hidayah melalui pintu yang tak terduga. Untuk itu, nabi selalu mencontohkan ketawadhu’an. Tawadhu’ bahasa kitanya adalah ketika bertemu orang lain kita berpikir “pasti orang ini memilki suatu kelebihan yang aku tak punya”. Tawadhu’ lawan dari sombong, sombong adalah sifat iblis. Sifat iblis adalah selalu merasa lebih baik dan menilai orang lain lebih buruk.
Kalian ingat, yang menyebabkan Iblis dan anak turunnya dilaknat Allah dan terusir dari surge adalah kesombongan. Sombong karena merasa hebat dari Adam. Sehingga, seperti apa pun orang lain, alangkah baiknya kita menjaga lisan dan prasangka dari menilai yang buruk-buruk atau merasa diri lebih baik. Karena selalu ada waktu seseorang untuk berubah, selama ia masih memiliki kehidupan. Sedang kita, jika merasa baik, jangan-jangan Allah mencabut hidayah karena kesombongan kita, na’udzubillah.
Semoga Allah menjadikan kita manusia-manusia yang selalui baik prasangkanya. Yang tumbuh dalam kerendahan hati, karena di dunia ini yang tinggi hanyalah Allah. Semoga kita senantiasa dianugerahi keistiqomahan untuk memperbaiki diri. Karena selama nafas masih terhembus, masih selalu ada waktu.

Blitar, 8 Agustus 2014

2 komentar:

mhilal mengatakan...

Betul. ada sebagian org yg menggunakan cara stereotyping sebagai alat berdakwah. menurutku, cara ini perlu dievaluasi....

Futri Zakiyah Darojat mengatakan...

:)

terimakasih sudah berkunjung :)