When
will my reflection show who I am inside
(Christine
Aguilera, Reflection)
Pagi
ini ku tatap cermin sedikit lebih lama. Biasanya juga lama, ini lebih lama
lagi. Kata Ibuk, Ayah, Embah, Budhe-Budhe atau orang-orang yang mengenalku
sejak kecil, aku suka bercermin. Aku suka bercermin sambil berbicara menirukan
gaya artist di televisi, ah masak aku secentil itu (dulu)? haha.
Tapi
sekarang tentu tidak seperti itu (kalo lagi sama orang :P ). Pagi ini aku tatap gadis
di dalam bayangan itu. Siapa gadis di dalam cermin yang menatapku penuh senyum
itu. Senyumnya,
tatapannya, sama (kekanakan, haha). Lalu kueja namaku sendiri, Futri Zakiyah Darojat,
S.Psi. Ada empat huruf tambahan di belakang yang membuat beda, yang sejujurnya
bukan itu yang memberi pengaruh apa-apa.
Kutatap
lagi gadis itu, lalu kukatakan “Kamu telah melalui banyak hal, Gadis. Kamu
hebat!” Kalau bisa, aku ingin memeluknya. Lalu kuberi saja dia senyum, dia
turut senyum. Gadis di dalam cermin telah melalui banyak hal. Hari ini aku
ingin berterimakasih padanya.
“Terimakasih
untuk pernah setegas itu akan hatimu. Terimakasih untuk percaya, patah hati
bukan masalah apa-apa, dan benar kamu melaluinya. Aku tahu, kemarin itu tidak
mudah, kemarin kalau bisa aku ingin datang padamu, memberi pelukan terhangat
dan senyum terlembut. Lalu meyakinkanmu, semua akan baik-baik saja. Tapi, aku
hanya bisa menatapmu dalam hati yang turut menangis dalam harap, Tuhan akan
membuat semua lebih mudah.
Aku tahu, kau
memiliki sifat keras kepala yang sering kau tekan. Tentang mengingini sesuatu,
dan kau sering menyerah karenanya bukan karena tak ingin lagi, tapi tak ingin
membuat seseorang yang kau cinta terluka. Kau berhasil membanting kemudi
berbalik, meski langkahmu terseok, tapi kau segera sadar, kesasar tidak boleh
jauh-jauh, tersesat jangan lama-lama. Tapi Gadis, itulah yang membuat hidupmu
penuh warna, itulah yang membuatmu memiliki tumpukan referensi dalam bertindak,
dan itulah yang membuatmu memiliki kenangan untuk ditertawakan setidaknya.
Gadis, kau
boleh berhati-hati, tapi jangan takut melangkah. Aku suka analogi hidup
tengtang dandelion milikmu. Aku tahu kau bukan apa atau siapa-siapa, atau harum
dan menawan seperti rangkaian bunga yang lain, aku tahu kau sedang memulai,
sedang belajar atas jauh ketertinggalan, sedang memaksakan diri untuk merekah
di bawah matahari dan belajar untuk terbang, meski kenyataannya tak satu pun
sayap kau punya. Bersabarlah gadis, sebatang pohon akan datang menemanimu,
melindungimu, dan kau akan memberinya keindahan.
Kau berbeda
sekarang, Gadis. Kau suka mempertimbangkan lama-lama ketika memutuskan, meminta
fatwa hatimu dan mencoba mendengar pertimbangan Tuhanmu. Teruslah melangkah.
Tak masalah wajah dan senyummu tetap kekanakan, tapi hati dan pikiran jangan.
Kau harus mendewasa. Seperti dandelion yang merekah lalu terbang, pergilah ke
atas, tujulah langit, kau akan lihat betapa Tuhan Mahasempurna.”
Ini
ucapan terimakasih untuk gadis dalam cermin, yang senantiasa memberiku
selengkung senyum ketika pagi, hingga aku lantas juga tersenyum. Ini ucapan
penyemangat untuknya, bahwa dia telah melalui banyak hal, dan itu bukan mudah
untuk dititi kembali. Ini ucapan sayang untuknya, dan terakhir ini aku ingin
berpesan padanya, “Jangan takut jatuh cinta.”
Blitar,
21 Agustus 2014
2 komentar:
Yeahh!! Keep fighting, gadis dalam cermin!! *gendong AK14*
ha ha terima kasih :')
Posting Komentar