Tampilkan postingan dengan label it's about feeling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label it's about feeling. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 Februari 2015

Membahagiakan Perempuan



Write her a letter, send her a flower, love only gets old if you let it” William Chapman

Bahagia itu sederhana, apalagi bagi perempuan. Jika tahu seninya, cukup mudah membahagiakan makhluk yang katanya perasa itu. Several days ago, teman saya cerita yang intinya kira-kira seperti ini : Andai laki-laki tahu, hadiah paling mahal bagi perempuan adalah waktu. Menganggapnya ada dengan selalu memberi kabar adalah lebih menyentuh daripada sepatu atau baju mahal yang di bungkus tas tenteng kertas.
Ini membuat saya berpikir, sederhana dan nriman sekali sih perempuan, hahaha. Tapi tidak salah, kurang lebih memang seperti itu. Paling tidak bagi perempuan yang masih berhati perempuan. Hal itulah kemudian membuat saya berinisitif membocorkan beberapa hal lain yang sederhana namun berhasil membuat seorang perempuan bahagia. Sederhana, lebih sederhana dari sekedar sebuah surat atau seikat bouquet mawar seperti kutipan William Chapman di atas.

©      Waktu
Sudah saya gambarkan di atas, betapa pentingnya waktu bagi perempuan. Waktu itu = kamu penting buat aku = kamu baik-baik saja kan atau jangan khawatir aku baik-baik saja. Dan segala jenis perhatian bisa terangkum dengan memberi waktu. Jika memang tidak bisa memberi waktu banyak, usahakan merelakan sedikit waktu mu untuk memberi kabar. Itulah akhirnya saya tahu kenapa Ibuk saya sering uring-uringan ketika Ayah keluar pulang larut ndak bilang-bilang, padahal Ibuk tahu kemana Ayah setiap harinya (ke pengajian :D )

©      Ucapan Maaf
Barangkali memang benar jika perempuan adalah makhluk yang emosional. Bahagianya mudah tapi sedih atau marah  juga tidak kalah mudah dengan hal-hal sepele. Tapi cukup mudah membeli hati perempuan dengan penjelasan yang diawali dengan kata “maaf, aku yang salah.” “maaf, buat kamu menunggu.” “maaf, buat kamu khawatir.” Kalimat itu sepele tapi lumayan mampu membeli hati perempuan. Ia mungkin tak langsung bilang “Iya, aku maafin.” tapi akan membuat si yang kena marah lebih mudah menjelaskan perkara atau duduk masalahnya. Tentunya asal nggak sering-sering salah lagi dan lagi lalu minta maaf. Bisa nggak mempan kata di atas.

©      Diperjuangkan
Itulah mengapa saya setuju dengan kalimat novelis Tereliye “Jika harus memilih, sebaiknya perempuan menikah yang mencintainya daripada yang dicintainya.” Ingat pilihannya cuma dua (mencintai atau dicintai). Mengapa? Karena perempuan itu mudah tersentuh, mudah luluh, apalagi melihat seseorang  telah berkorban banyak hal untuk dia. Itulah mengapa, ada cerita awalnya perempuan enggak mau sama si laki-laki. Tapi karena si laki-laki gigih deketi dia, akhirnya klepek-klepek ahaha. Cerita itu adalah kisah Raffi dan Gigi.

©      Perhatian
Perempuan adalah ahli sejarah, ia pengingat yang baik. Terutama untuk hal yang berkaitan dengan emosinya. Mengingat sedikit hal kecil tentangnya akan membuat perempuan bahagia. “Aku bawakan martabak, acarnya nggak pake wortel, seperti kesukaanmu, kan?” Hmm bagi perempuan, meskipun martabaknya beli di depan gang, udah berasa belinya di Prancis. Ingat hal-hal kecil tentangnya, maka hatinya akan sepenuhnya milikmu.

Mungkin itulah hal-hal yang bisa saya simpulkan tentang hal kecil yang bisa membuat perempuan bahagia. Lepas benar atau salah, hanya pendapat. Manusia adalah makhluk yang relative dan banyak hal sering lebih beragam. Itulah pendapat saya, kalian boleh beda (boleh banget J)

Blitar, 11 Januari 2015

Rabu, 26 November 2014

More than word


Ada beberapa orang yang ketika kita berbicara dengan sejuta kata pun, dia tak akan pernah mengerti. Namun di sudut lain, akan ada orang yang mengerti kamu dengan sangat baik, bahkan ketika kamu hanya diam.” Yasmin Mogahed

Ada orang yang sepandai apa pun saya berusaha menyembunyikan sesuatu saya tidak pernah bisa membohongi mereka, yaitu Abik. Ibuk dan Teteh. Sejauh duapuluh dua tahun saya hidup, mereka adalah orang yang tahu sesuatu bahkan yang tidak pernah saya ceritakan pada siapa pun. Bagaimana bisa?
Sese orang memang terkadang tidak mengatakan sesuatu dengan verbal, tapi kita cukup mudah membaca non-verbalnya. Tidak perlu membaca buku materi psikologi yang tebalnya seperut gajah, kalau kita mengenal dengan baik seseorang, kita akan mudah memahami apa yang tidak mereka katakan.
Kau ada sesuatu?
Tidak.
Siapa yang coba kau bohongi?
“Wkwkwkwk.”
Ini percakapan suatu hari via whatsapp dengan sepupu perempuan saya. Mau enggak cerita sesuatu, akhirnya cerita juga. Mungkin inilah yang dinamakan nyaman. Betapa indahnya dimengerti seseorang, meskipun kita hanya diam. Dan mereka, adalah orang-orang yang tanpa minta pun akan mendapat bagian di dalam hati kita.
Kalian sudah memilikinya? kalau belum, carilah. Indah sekali memiliki orang yang seperti itu.

Blitar, 6 November 2014

Sabtu, 20 September 2014

Logika Menyembuhkan Sakit Hati


Logikanya, saat kau sakit hati karena orang yang kau cintai menyakitimu atau tak membalas cintamu. Mungkin Allah ingin kau berpikir, betapa selama ini Allah mencintaimu dan kau sering mengabaikan dan mengecewakan-Nya.

Seminggu ini empat orang curhat kepada saya tentang masalah yang sama, cinta. Dua diantaranya teman dekat saya, dua yang lain saya tidak terlalu kenal. Tapi masalah mereka semua sebelas dua belas, gagal move on pasca putus dengan pacar. Dan pertanyaan yang saya terima rata-rata sama “Aku harus bagaimana biar hati tidak sesakit ini?” saya sebenarnya ingin menjawab  “Kalau enggak mau sakit hati nggak usah pacaran.”, “Seratus dua puluh lima juta penduduk Indonesia dan elo masih ngarepin dia, Oemji Heloooww.” atau lebih jahat lagi “Kamu yang pacaran, kenapa aku yang harus kebingungan.” Tapi sepertinya saya terlalu baik untuk menjawab demikian.
Cinta memang sederhana, tapi manusianya tidak. Apa-apa yang dialami orang lain dalam permasalahan cinta sepertinya tidak pernah menjadi pelajaran bagi orang lainnya lagi. Mungkin karena saya tipe orang yang enggak mau jadi lilin alias lebih mencintai diri sendiri dan enggak mau termehek-mehek sakit hati. Bisa saja kita patah hati, tapi kita bisa balas dendam kan secara elegan. Kalau menurut Om MarTe “Menjadi pribadi yang lebih baik adalah balas dendam paling elegan.” saya sangat setuju ini. Kita tidak perlu sedih lama-lama, apalagi menggalau di sosmed. Duh, bisa turun pamor kita nanti. Tapi jadilah orang lebih baik, bikin dia menyesal menyakiti dan mencampakan kita, semangati diri sambil dalam hati mengatakan “Kau boleh menyakitiku sekarang, mencampakanku, aku mungkin bukan tipe-mu sekarang. TAPI LIHAT! KETIKA NANTI AKU SUKSES, mungkin gantian kau yang bukan tipeku, muahahahaha-muahahaha.”
Tidak perlu bingung-bingung sebenarnya mencari cara biar bisa move-on, biar segera sembuh sakit hati, Allah hanya menyuruh kita sholat dan sabar. Udah gitu doang. Dan saya ulangi lagi, jangan biarkan orang lain menyakiti kita. Lindungi diri kita dari hal-hal yang menyakitkan. Kalau kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri, minta selalu pada Allah buat melindungi dari apa-apa yang membuat luka dan kecewa.
Tentang move-on, pribadi-pribadi yang sulit move-on sebenarnya adalah mereka yang tulus dan setia, kata Om MarTe lagi, sulit move-on itu seperti mengatakan “Kemarin aku serius, dan kau khianati.” seharusnya kemudian kita berdiri tegak sambil mengangkat dagu “Kasian sekali kamu melewatkan orang setulus dan sesetia aku.” Hehehe, ngomong memang mudah begini gaes, tapi memang kenapa kita harus bikin sukar. Jangan sedih lama-lama ya, Allah bersama kita :’)

Blitar, 20 September 2014

Sabtu, 13 September 2014

Laki-laki adalah Pengembara


“Kau tahu, Puteriku sayang. Laki-laki adalah layang-layang dan perempuan adalah benang. Tanpa perempuan, laki-laki tidak akan menjadi apa-apa. Di balik ketinggian (kesuksesan) laki-laki, ada kita dibaliknya. Puteriku, jadilah benang yang berkualitas terbaik. Buatlah layang-layangmu kelak terbang setinggi-tingginya. Karena setinggi apapun ia terbang, ia selalu terikat olehmu dan bergantung denganmu. Jagalah, agar ia tak putus dan hilang arah. Ingatlah bahwa layang-layang selalu ingin terbang tinggi.”

Saya mendapat quote di atas dari sebuah blog beralamat kurniawangunadi.tumblr.com, pertama baca saya langsung kesengsem dibuatnya, tentunya kesengsem sama tulisannya, bukan sama orangnya. Sama bukan tipe cewek yang bisa mudah kesengsem sama orang hanya dengan baca tulisannya #ngoooook.
Saya suka analogi di atas. Laki-laki ibarat layang-layang dan perempuan adalah benang, saling bergantung. Dan tentunya, laki-laki dan perempuan dalam konteks  ini adalah suami istri yang telah terikat pernikahan bukan pacar-pacaran, apalagi pacarannya di temlen twitter atau wall fb, idih. Bagi saya, laki-laki adalah musafir. Mereka pejalan jauh, mereka kadang kita temui sendiri, atau dalam barisan. Yang jelas mereka suka bersinggah, dalam artian mereka berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain sebelum akhirnya memutuskan menetap karena menemukan ruang tinggal yang nyaman.
Inilah mengapa banyak kasus pacaran, laki-laki sering di-cap playboy. Karena perlu kita tahu, berarti mereka belum menemukan tempat tinggal yang nyaman. Dan khasus ini, ruang tinggal yang nyaman adalah keluarga, dengan pengikatnya tentu saja pernikahan. Sebelum menemukan itu, saya percaya laki-laki adalah pengembara. Ia mungkin singgah sebentar ketika menemukan tempat yang nyaman, tapi tidak ada yang mengikatnya untuk berhenti kecuali pernikahan.
Saya percaya, mencintai laki-laki sebelum ada keterikatan adalah suatu hal yang semacam menjudi-kan perasaan. Jadi ketika itu terjadi, kita harus berhati-hati, berharap-harap cemas dan terus berdoa, agar ia tak mengembara ke tempat lain.  Kalau kita beruntung akan berujung pernikahan, dan jika tidak hanya akan berujung penyesalan atau peratapan.
Tulisan ini bukan saya kemudian men-judge laki-laki itu tidak setia, santai men santai! laki-laki bisa tetap saja setia (dalam pacaran), dia tidak selingkuh, tapi perhatikan, mungkin dia mempunyai hanya seorang kekasih, tapi berapa teman dekat yang ia suka untuk bercanda dan tertawa bersama? Apalagi kalau lagi ada masalah dengan sang kekasih, aaaiiihh jarang ada laki-laki galau cerita dengan teman cowok mereka.
Karena itu teman-teman perempuanku, mencintai laki-laki sebelum ia sah menjadi suami kita itu hal yang penuh resiko. Dan ini tentunya bukan sebuah nasehat, ini hanya apa kata saya. Ada banyak perempuan yang rela menantang hal yang banyak resiko sakit hati dengan mencintai laki-laki sebelum pernikahan, itu hak mereka dan saya menghormati. Jatuh cinta memang sesuatu yang tidak bisa dilarang, cinta memang datang bukan untuk dilarang, tapi bisa dikelola. Ingatlah, laki-laki adalah pengembara, hanya pernikahan yang membuat mereka berhenti.

Blitar, 1 September 2014

Kamis, 28 Agustus 2014

CEMBURU


Mampu menyembunyikan cintanya bertahun-tahun, tapi gagal menyembunyikan cemburu barang sesaat. Wanita.

Kalau cemburu itu salah. Maka, cinta bukanlah rasa ingin untuk memiliki. Karena jika berharap memiliki, cemburu maka akan hadir dalam banyak peristiwa. Entah itu cemburu pada sesuatu atau seseorang. Kalau cemburu itu salah, maka Baginda akan memarahi istri terkasihnya Aisyah yang jelas-jelas membanting nampan di depan tamu, Tapi apa yang dilakukan beliau? Menyuguhkan senyum termanis seraya berkata, “Ibu kalian sedang cemburu.”
Marilah kita mengambil pencil warna untuk mengagaris bawahi, cemburu adalah suatu kebolehan. Ini bukan pembenaran, ini kebenaran. Cemburu itu sepenuhnya tanda cinta yang seolah ingin mengatakan dengan lugas, “Aku tak suka kau dengan orang lain. Kau harusnya tahu, aku takut kehilanganmu.” Oh indahnya cemburu dan dicemburui.
Tapi mengapa banyak sekali bersilangan pendapat yang mengatakan bahwa cemburu itu adalah racun arsenic yang suatu saat dapat membunuh sebuah hubungan. Apakah benar? Tidak bisa juga dikatakan salah. Karena dalam porsi tertentu, cemburu adalah menyiratkan “Aku tidak yakin bahwa kau mencintaiku.” Ini masalah trust. Masalah kepercayaan satu sama lain.  Dan cemburu dalam porsi berlebih dapat menjadi perusak kepercayaan.
Perempuan apabila cemburu, senjata andalan mereka adalah “Kau tidak sayang aku ya?” atau “Pilih dia atau aku. Pilih dia atau aku?” Dan kebanyakan yang ditanya begitu kebingungan. Salahku apa ditanya kayak begini? Inilah sifat perempuan yang harus disabar-sabari oleh laki-laki. Perempuan peka-nya heboh, lebai, hiperbola. Karena kalian tahu wahai laki-laki, ketika perempuan telah benar-benar mencintai seseorang, mereka akan setia sampai titik darah penghabisan, karena itu mereka takut kehilangan. Silakan dibold tulisan itu. He he.
Lalu bagaimana? Sepertinya tidak ada solusi. Saya tetap bersikukuh bahwa cemburu adalah benar. Karena yang salah adalah pengungkapannya. Bagaimana pengungkapan yang tepat? Duh, kok saya bagi-bagi tips yang begini he he. Tidak apa-apa sharing saja semoga bermanfaat.
1.      Jangan cemburu dengan marah, tapi dengan ngambek. Wkwkwkw. Apa bedanya? Beda! Bedanya kalau marah itu pakai emosi, kalau ngambek itu ada manja-manjanya gimana gitcu he he. Ngambek itu marahnya seperti tidak serius. Tidak mengolok-olok, tidak berteriak-teriak. Biasanya berupa wujud bibir yang lebih maju dan terkunci rapat alias manyun, ha ha.
2.      Cemburu lah tepat waktu. Eh gimana bisa ngatur-ngatur cemburu? Yaps. Dengan cara berpositif thinking. Jangan lah hanya masalah sepele lantas cemburu dan meledak-ledak, yang dicemburui akan gerah jika seperti itu. Cemburu lah ketika yang dicemburui tidak atau sedikit peluang untuk marah. Lah gimana? Jika yang dicemburui sedang bête, siap-siap lah akan diacuhkan. Mungkin Rasul bisa menghadapi Aisyah sedemikian manis, tapi belum tentu orang lain seperti itu.
3.      Jangan mengaku kalau cemburu. Oh ini so sweet sekali! perasaan-perasaan yang disembunyikan tapi sesuangguhnya kelihatan itu manis, bukan? Kalau yang dicemburui tetap tidak peka kalau kita sedang cemburu, kembali ke point satu, ngambek lah, ha ha.
Okay sekian, sekali lagi, cemburu itu adalah penyedap dalam suatu hubungan. Jika pas, akan menambah kenikmatan masakan, bukan? Jika berlebih hanya akan merusak lidah bahkan kalau terlalu sering akan merusak organ tubuh, hingga kelebihan yodium misalnya *emang iya, ngawur!. Tulisan ini seharusnya ditujukan pada mereka yang berrumah tangga, bukan konteks pacaran! BUKAN. Entah kenapa mala mini tergerak untuk menulis ini. Semoga bermanfaat J

Blitar, 27 Agustus 2014