Entah
sudah berapa kali saya memposting tulisan pengalaman-pengalaman di kereta. Saya
bahkan lupa. Cukup sering. Karena bagi saya, kereta selalu menyajikan strangers
yang menarik untuk kita bahas bersama-sama. Mereka semua menarik, mulai dari
mas-mas tuna netra yang luar biasa optimisnya, bapak-bapak perkerja bermuka
preman berhati ustadz (hehe), bapak chinese yang mempermalukan saya dengan
mengajak saya bicara bahasa jawa dan saya nggak bisa, sampai mas-mas yang
tampangnya gaul abis, gaya anak muda Jakardah, udah kayak boyband
penampilannya, tapi membuat saya melongo kemudian karena dia ngaji di sebelah
saya (Ini cerita menarik sekali, kapan-kapan saya ceritakan). Banyak sekali hal
menarik, bisa saya buat buku sepertinya “Alien-alien baik kereta Api” -_- xoxoxoxo.
Banyak,
cukup untuk di sebut banyak. Perjalanan dengan kereta selalu menyeret
orang-orang asing yang menarik, ini yang membuat saya berpikir bahwa
jangan-jangan semua orang itu menarik bagi saya. Tapi bagaimana tidak, lima
sampai enam jam di dalam kereta yang puluhan kali saya naiki, pemandangan
itu-itu, penjual yang itu-itu, pengamen itu-itu dengan lagu itu-itu juga, hal
yang beda dan menarik tentulah seatmates (teman duduk).
Jadi
kemarin kereta saya telat luar biasa, sampai dua jam. Saya selalu membagi tiga
sesi perjalanan di kereta, sepertiga untuk membaca, sepertiga untuk tidur,
sisanya untuk ngobrol dengan orang asing korban ke-kepo-an saya. Hari
kemarin adalah pasangan sepuh yang baik hati. Bagaimana tidak, baru
duduk aja saya sudah dibelikan pia pathok, loh. Wajah saya mungkin
memang lovable ^,^. Saya awalnya mengira, mereka muslim. Tapi karena setelah
saya sempat izin mau sholat di depan mereka (biar nggak diajak ngobrol).
Setelah saya selesai mereka bilang bahwa mereka nasrani. Ooh saya baru
mangut-mangut.
Tapi
disini yang ingin saya ceritakan bukan tentang agama mereka. Tapi kisah
perjalanan hidup mereka. Yang menginspirasi saya. Jadi si bapak adalah
pensiunan angkatan laut, dan si ibu adalah istrinya pensiunan angkatan laut (Ya
Iyalaaaah -_-“). Mereka bercerita memiliki lima anak yang menurut bahasa saya,
Alhamdulillah sudah jadi orang semua. Kemarin itu mereka dalam perjalaanan
pulang dari mengunjungi salah satu anak mereka.
Bagi
orang lain mungkin ini tidak menarik, apa yang menarik dari pasangan berambut
putih yang kira-kira enampuluh sekianan tahunan. Tapi ini menarik sekali bagi
saya, melihat mereka backsound pikiran saya langsung lagunya weslife
yang I Wanna Grow Old with You. Mungkin di sekitar kita banyak pasangan
yang tetap suka nge-date berdua gitu, tapi uniknya mereka ini lucu alias
romantic. Sulit saya menjelaskan.
Si
bapak menawari si Ibu beberapa makanan yang lewat, si Ibu menolak menggeleng.
Si bapak tanya “Capek ya duduk terus?” si Ibu menggeleng lagi, si Ibu
kedinginan diambilin jaket. Kok saya
ngamatin segitunya. Ya Iya dong orang mereka duduk tepat di depan saya. Melihat
mereka bagi saya seperti melihat Carl dan Ellie dalam film Up.
Romantic surrounding.
Mereka
seperti mengatakan, bahwa cinta adalah memastikan orang yang kita cinta
baik-baik saja. Bahwa cinta adalah melindungi, bahwa cinta adalah memberi dan
bahwa cinta adalah membuat mereka yang kita cintai merasa dihargai. Terlepas
dari bagaimana jalan hidup pasangan sepuh di dalam kereta, saya menyimpulkan
bahwa cinta adalah membangun lalu mempersembahkan.
Betapa
indahnya masa aging menghabiskan sisa-sisa waktu dengan melakukan
perjalanan kemana pun bersama dia, sambil mendekatkan diri kepada Dia.
Surabaya,
Futri Zakiyah Darojat
200214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar