Semakin
bertambahnya usia, saya semakin sadar, betapa rumitnya menjaga perasaan. Baik
perasaan sendiri atau pun perasaan orang.
Saya sutuju dengan keputusan Allah, bahwa hati menjadi sesuatu yang
sulit terbaca dengan mudah. Sungguh betapa repotnya kita ketika hati dapat
tertebak dengan mudah seperti teka teki silang seribuan, betapa repot menjaga
perasaan seseorang yang suka kita sedang kita tidak suka mereka, atau susahnya
menjaga perasaan sendiri ketika kita suka orang dan orang itu belum terbaca
kalau suka kita. Terimakasih untuk mekanisme kerja hati yang seprti ini, Ya
Allah J
Namun sisi
kanan selalu memunculkan sisi kiri, ketidakmampuan membaca perasaan ini membuat
kita kurang peka. Kita tidak tahu, seseorang yang terlihat tidak peduli dan
dingin jangan-jangan memiliki sesuatu yang ia simpan. Atau seseorang yang
terlalu ramah, memiliki maksud yang mereka sembunyikan. Oh, inilah letak
pelajarannya, agar kita tidak mudah jatuh dalam prasangka, agar pintar-pintar
menjaga emosi.
Dalam mekanisme
kerja hati yang seperti ini, perempuan lah yang sebenarnya banyak kesusahan.
Perempuan adalah makhluk yang paling ingin dilihat tapi mati-matian
menyembunyikan. Saya yang perempuan turut kasihan. Salah satu dampak dari sifat
yang penuh pura-pura ini, perempuan menjadi kena dampaknya, memiliki sifat
mudah ke-GeEr-an dan gampang menyimpul-nyimpulkan. Dan ketika apa yang
sebenarnya tidak sesuai perkiraan, hanya luka yang akan ada.
Tapi Tuhan
kita tak pernah menciptakan sesuatu tanpa tujuan, yang kita tahu selalu
vertikal dan horizontal. Dengan demikian semoga kita lebih peka untuk saling
menjaga, karena sekali kita menjaga perasaan orang lain, Allah akan juga
menjaga perasaan kita dari yang membuat terluka. Semoga ketika ada rasa, tak
pernah melampaui rasa padaNya, semoga tak berharap banyak-banyak pada manusia
yang tak pasti, hanya Dia Yang Maha Pasti, semoga meski mecintai atau tidak,
manusia harusnya bisa saling menjaga, memelihara sesama dari yang membuat
terluka.
Surabaya 24
Juni 2014