Gelombang,
apa yang kau cari hingga pergi ke tengah samudra. Mengabaikan guratan-guratan
wajah senja yang memesona, lambaian-lambaian nyiur dengan irama yang
menenangkan, dan anak beranak penyu yang nakal dan lucu. Gelombang, jika
sedikit saja kau merasa, ada pasir putih nan lembut yang menantimu di
garis-garis pantai. Membantah karang, dan tak merasa takut terseret arusmu ke
tengah –tengah.
Gelombang,
ada pesona yang dititipkan Tuhan padamu, untuk membuat sang pasir diam dan
setia, meski tak ada janji kau akan kembali atau tak pernah ada kata untuk
saling menjaga. Gelombang, saat mata-mata orang lain melihatmu sebagai sang
jahat yang menghanyutkan. Pasir putih selalu tahu, hadirmu membawa remah-remah makanan
penyu, ganggang-ganggang hijau untuk petani kolang kaling, dan membasahi tepian
pantai yang kerontak sejak siang. Gelombang, dalam sadar atau tidakmu, pasir
putih telah menyukaimu
Gelombang,
esok saat semua damai dan tenang, bawa ia ke tengah-tengah bersamamu. Melihat
pusaran angin yang menakjubkan, atau tepian pulau seberang. Gelombang, esok saat semua damai dan tenang, berjanjilah,
meski kau pergi saat pagi-pagi, datanglah kembali bersama senja yang indah.
Menemani sang pasir duduk menyambut malam, merasakan dingin dan menyenangkannya
angin laut selatan.
Gelombang,
pasir putih selalu tahu, kau terlalu kuat dan dia begitu lemah untuk denganmu.
Tapi, ia selalu yakin. Tuhan menciptakan beda demi tercipta harmoni, seperti
kutub magnet yang dalam beda tetap saling tertarik. Pasir putih ingin menjadi
petunjuk jalan pulang saat badai mengombang ambingkanmu, ingin menjadi tempatmu
melepas lelah dari perjalanan yang tak ada sudah.
Gelombang,
kau harus tahu. Pasir putih tak pernah memiliki kuasa menahanmu lama-lama.
Surabaya, 24
Juni 2014
n.b : semoga
gelombang dan pasir tetap saling mendoakan, meskipun tidak terlalu kenal, tidak
salah kan jika saling mendoakan J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar