Selasa, 04 Februari 2014

beautiful packages suddenly come


There was a romantic story to emerged as a beautiful answer from God, It occurred several days ago after I posted a story in my beloved blog titled “Ya Allaaah :’( “. Lol, it was like a hopeless posting. In that story I told that I was on unmood circumstances and wrote “ Oh Allah, What’s wrong with my dreams?  am I wrong with that? and the side of being mellow invasions me : crying.”
But, guess what?? what happens after that? several minutes (around five or ten minutes) leter  someone gave me a call. whom called me? Oh I shocked up. The editorial staff of annida magazine confirmed that my short story will publish on their magz. Oh God?? Speechless, I just kinda touched by that. It would be my first short story that will be read by thousands person. Oh God, Oh God. Huge Thanks for making one of my dreams being true.
Then I controlled my self to not much being happy. Hufff….i lied on my bed and still smiled, awaked and continued my surfing. Suddenly, I opened my siakad (Information Academic System) and what occurs???Tam Taraaam the second package from God had come. I stared at the monitor and shocked when found the result of my examination. There was nine characters ‘A’ among of my ten classes I took. Oh God, you answered my praying with a beautiful way.
God always gives us many romantic stories, so just be patient person who waits that. And look! one by one of your dreams become true. Just be patient and keep praying.

Senin, 03 Februari 2014

Mereka Istimewa dengan cara


Aku istimewa, kamu istimewa, mereka , dan kita semua istimewa. Ketika kita percaya bahwa Tuhan itu maha adil, seharusnya secara otomatis bahwa kita juga percaya bahwa setiap manusia itu istimewa. Karena Tuhan membagi keistimewaan pasti merata. Merata bukan sama atau serupa, tapi semua dapat. Ini alasan saya berkata demikian, jika manusia yang bermilyar-milyar ini diciptakan berbeda (sekalipun kembar), tentunya ada satu hal yang membuatnya unik atau berbeda dengan orang lain. Di situ istimewanya, kita menjadi istimewa ketika menjadi diri kita, karena manusia istimewa dengan cara mereka.
Namun, sungguh makhluk apa yang lebih bebal dari manusia, manusia sering kurang menghargai keunikan setiap manusia lain. Semestinya karena berbeda, manusia berbeda pula apa yang mereka pakai, namun kita, si manusia yang selalu sok benar ini kerap kali memaksakan manusia lain harus istimewa menurut cara pandang kita, entah mereka gemuk, entah kurus, tinggi, kecil, kita memaksa saja mereka memakai ukuran kita. entah kulit mereka hitam, coklat putih, kalau menurut kita merah adalah warna yang sempurna, jatuhnya jadi kedholiman ketika memaksa yang berkulit sehitam arang memakai baju semerah darah, jadi seperti kepik raksasa nantinya.
Standart kita denga standart orang lain berbeda, inilah kenapa di dunia ini dibutuhkan penghargaan terhadap orang lain. Orang lain membaca buku yang berbeda dengan kita, bergaul dengan orang berbeda, makan makanan yang berbeda, dan melihat hal-hal berbeda pula. Sehingga wajar bila mereka memiliki pikiran, prinsip, tingkah laku yang berbeda pula. Bagi kita mungkin salah, tapi bagi mereka itu benar. Sehingga dalam usaha mengajak kearah kebaikan tugas kita hanya sebatas mengajak, bukan merubah.
Dalam suatu kala, dalam dunia cerita mungkin kita perlu menempatkan diri menjadi orang ketiga pelaku utama. Meletakkan diri di posisi orang lain, melihat pertimbangan seseorang dan melihat bersama-sama, setiap orang memiliki sesuatu yang mereka perhitungkan. Semoga kita dapat bersama-sama belajar menjadi pribadi lebih baik.

Surabaya, 11:18 pm
Futri Zakiyah Darojat

Minggu, 02 Februari 2014

i want to love you humbly


I want to love you humbly
like the unspoken word by the wood
to the fire that burned it to ashes
I want to love you humbly
like the unspoken sign by the cloud
to the rain that dismissed it
(Sapardi Djoko Damono)

           Sapardi mengajarkan pada kita, cinta itu sederhana saja. Ada syarat tapi tak banyak, dan itu pun sederhana. Ada pertimbangan tapi tak sulit, itu pun juga sederhana. Katanya, seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Tiada? bukan tiada secara harfiah menghilang, tapi menurut hemat saya ketiadaan yang merujuk pada humbly (dengan kerendahan hati) dan unselfishly (tidak mementingkan diri sendiri) atau telah meniadakan ego pribadi.
            Kesederhanaan membuat kita berbahagia tanpa banyak syarat. Dan bukan berarti kesederhanaan adalah hal murahan yang tiada harganya, namun justru hal-hal sederhana yang menimbulkan kebahagiaan adalah banyak hal yang tak terbeli dengan uang. Berilah satu nama, kenyamanan. Adakah kenyamanan hanya dilabelkan untuk kendaraan mewah, apartemen bintang lima, atau perjalanan kelas eksekutif. Jika seperti itu, ilmuan akan segera merilis sebuah kesimpulan. Yang berhak berbahagia adalah mereka yang kaya raya. Oh it’s not fair, is it? Sedang justru secara ilmiah, The New Economic Foundation sebuah lembaga kajian ekonomi USA mempunyai sebuah temuan  tentang hidup bahagia. Dengan Menggunakan Indeks Planet Bahagia ditemukan sebuah hasil bahwa negara yang memiliki indeks planet bahagia justru negara kecil seperti Vanuatu, bukan negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Jerman.
            Setelah search di google, ternyata Vanuatu itu juga bagian dari benua Amerika yang masih belum terjaman westernitas dunia barat. Dimana seluruh aktivitas mereka adalah secara tradisional. Dan kajian ekonomi USA mengakui bahwa mereka orang paling bahagia, kemana kerennya gadget dan mobil mewah membawa para pemujanya kiranya?
            Ini pendapat saya pribadi, materi memang penting. Sepenting kesan pertama bertemu seseorang. Penting, namun belum utama. Banyak hal memang lebih mudah jika semua hal tercukupi. Namun, life is not that easy. Masalah justru bermunculan ketika kita mengutamakan materi. Karena itu, alangkah membahagiakan bila materi menjadi sarana untuk hidup, bukan menjadi tujuan hidup. Sehalnya dengan, ambil contoh pesawat. Pesawat adalah alat untuk ke luar kota (misalnya), sehingga gunakan pesawat sebagai sarana, bukan keluar kota harus memakai pesawat sehingga yang ada hanyalah bermunculan penyakit hati jika tak kesampaian naik pesawat.
            Banyak hal yang tentunya sulit membuat kita (terutama yang nulis) untuk mencoba hidup sederhana, tapi tidak pernah ada perjalanan berkilo meter tanpa tikungan pagar depan rumah, marilah keluar sedikit, untuk belajar bersama-sama tak memandang segalanya dari materi, untuk bersederhana dalam bersikap, untuk tak menjadikan materi sebagai tolok ukur segala sesuatu.

Surabaya, 020214

Sabtu, 01 Februari 2014

Kau : Alien berbentuk manusia


Kau itu sebenarnya apa?
Aku bertemu beribu jenis manusia, namun tidak ada yang seaneh kau, seunik, dan seajaib kau
Aku sempat berpikir, jangan-jangan kau alien tersesat dari Mars
Tapi wujudmu sama dengan yang lain, kulit, hidung, rambut, seperti orang pada umumnya. Tidak atau belum pernah kujumpai manusia mampu menimbulkan rasa semacam itu pada diriku, dan kau mampu..
sejengkel itu sebahagia itu, dalam rentang yang panjang dan waktu yang singkat
kemarin, saat baru saja bertemu denganmu aku memulai kesimpulan aneh
bahwa jumpa tak pernah menyelesaikan rindu
rasa apa ini ya Tuhan…
makhluk itu benar-benar aneh
aku mulai curiga, jangan-jangan
kamu alien berbentuk manusia…

parade kisah hikmah


selalu ada kisah yang Allah ingin ceritakan pada saya mengenai banyak hal. Seperti kemarin, lagi-lagi dalam perjalanan pulang ke kampong halaman tercinta. Kisah kemarin macam-macam, kalau saya jabarkan bisa panjang banget jadinya ini postingan, mulai dari lyn (angkot) yang saya tumpangi mogok kehabisan bensin, dimana saya dan satu embak-embak ada di dalamnya dan Abang sopir sama mas-mas dorong – dorong lyn nyari penjual bensin, bukan bermaksud jadi penumpang durhaka ya, awalnya saya berniat turun kok, Eeh main dorong aja dua orang laki-laki itu. Ya syudaaah. Di sini kyaknya Allah pengen bilang, Tuh Futri…nyari duit itu susah, pake dorong-dorong mobil lyn segala. Mungkin gitu ya, apalagi awalnya saya berniat nyari lyn lain, nggak susah senang seperjuangan banget sih saya.
Ada cerita lain, jadi pedagang asongan kemarin pada ngumpet jualannya, jualan secara sembunyi-sembunyi. Awalnya saya juga bingung kenapa, menurut kesimpulan saya pribadi, ada sidak dari para penggede PTKAI. Disini yang saya ingin soroti, adalah security PTKAI yang melindungi para pengasong, mereka memanggil beberapa pengasong lalu membisikkan entah apa, kemudian pengasong pada ngumpul di sambungan gerbong, dan baru muncul kalau kereta sudah berjalan. Ooh ngerti saya ngerti, ide mereka karena Pak atasan PTKAI biasanya turun ke stasiun (tempat berhenti), kan otomatis para pengasong kelihatan dari luar, oooh boleh-boleh idenya. Ini bukan masalah bantu membantu yang simbiosis mutualisme loh, apa untungnya pengasong bagi para satpam, kecuali kalau mereka juga beli jajan, tapi ini masalah kemanusiaan. Saling membantu yang lebih susah. (y) (y)
Tapi diantara ada kisah yang paling menyentak saya, kemarin itu saya duduk di dekat jendela, karena belum sempat buat sarapan, saya bawa bekal sariroti. Demi kesopanan dan kesungkanan, saya tawari juga bapak di depan saya. “Pak, silakan Pak, roti.” begitu dua kali, tapi kok si bapak lempeng-lempeng aja nggak ada reaksi, saya tawari sekali lagi karena bapaknya nggak dengar mungkin pikir saya. “Pak…Bapak…silakah Pak roti.” Saya lihat bapaknya benar-benar, Astagfirullah Bapaknya nggak bisa lihat saya, bapaknya ternyata tunanetra. Saya langsung diam.
Stasiun demi stasiun kami lalui. Udah bosan baca buku, akhirnya saya tertidur. Sampai Malang tiba-tiba bapaknya membangunkan saya;
“Mbak…mbak turun stasiun mana?” Tanya beliau.
“Blitar Pak.”
“Oooh maaf saya pikir Malang.”
Mulai dari itulah saya punya keberanian untuk bertanya banyak hal. Jadi ternyata belum bapak-bapak (masih mas-mas), umurnya sekitar 25. Bahkan mas itu bercerita bagaimana ia bisa jadi tunanetra gara-gara kecelakaan ketika SMA, lalu putus sekolah dan melanjutkan ke sekolah pijat tunanetra. Astagfirullah, ternyata mas itu awalnya normal seperti kita. Dan sekarang bis melihat namun sangat buram.
Banyak hal yang dia kemudian ceritakan, bagaimana mulai bekerja menjadi tukang pijat hingga tarif pijatnya, yang paling terakhir kemudian cerita bagaimana keluarganya menyuruhnya cepat menikah, “Laah nikah itu gampang, yang penting kerja dulu, Mbak.” Katanya. Saya bisa tanya sebanyak itu ya… pembangunan raport yang bagus hahaha *praktek psikolog gadungan.
Yang paling lucu di akhir-akhir ia kemudian tanya apakah saya sudah punya pacar *Diiieeewww. Saya jawab, “Saya seperti bapak, saya sekolah dulu, nggak pacar-pacaran, langsung menikah.” si Mas tertawa kemudian memberi argumennya panjang lebar.
Apa yang saya ceritakan di atas mungkin bisa jadi renungan, betapa di dunia ini banyak orang yang lebih susah dari kita, dari segi financial, fisik, atau keberuntungan lainnya. Hanya saja, apakah kita bisa lebih bersyukur dari mereka.