Aku istimewa,
kamu istimewa, mereka , dan kita semua istimewa. Ketika kita percaya bahwa
Tuhan itu maha adil, seharusnya secara otomatis bahwa kita juga percaya bahwa
setiap manusia itu istimewa. Karena Tuhan membagi keistimewaan pasti merata.
Merata bukan sama atau serupa, tapi semua dapat. Ini alasan saya berkata
demikian, jika manusia yang bermilyar-milyar ini diciptakan berbeda (sekalipun
kembar), tentunya ada satu hal yang membuatnya unik atau berbeda dengan orang
lain. Di situ istimewanya, kita menjadi istimewa ketika menjadi diri kita,
karena manusia istimewa dengan cara mereka.
Namun, sungguh
makhluk apa yang lebih bebal dari manusia, manusia sering kurang menghargai
keunikan setiap manusia lain. Semestinya karena berbeda, manusia berbeda pula
apa yang mereka pakai, namun kita, si manusia yang selalu sok benar ini kerap
kali memaksakan manusia lain harus istimewa menurut cara pandang kita, entah
mereka gemuk, entah kurus, tinggi, kecil, kita memaksa saja mereka memakai
ukuran kita. entah kulit mereka hitam, coklat putih, kalau menurut kita merah
adalah warna yang sempurna, jatuhnya jadi kedholiman ketika memaksa yang
berkulit sehitam arang memakai baju semerah darah, jadi seperti kepik raksasa
nantinya.
Standart kita
denga standart orang lain berbeda, inilah kenapa di dunia ini dibutuhkan
penghargaan terhadap orang lain. Orang lain membaca buku yang berbeda dengan
kita, bergaul dengan orang berbeda, makan makanan yang berbeda, dan melihat
hal-hal berbeda pula. Sehingga wajar bila mereka memiliki pikiran, prinsip,
tingkah laku yang berbeda pula. Bagi kita mungkin salah, tapi bagi mereka itu
benar. Sehingga dalam usaha mengajak kearah kebaikan tugas kita hanya sebatas mengajak,
bukan merubah.
Dalam suatu
kala, dalam dunia cerita mungkin kita perlu menempatkan diri menjadi orang
ketiga pelaku utama. Meletakkan diri di posisi orang lain, melihat pertimbangan
seseorang dan melihat bersama-sama, setiap orang memiliki sesuatu yang mereka
perhitungkan. Semoga kita dapat bersama-sama belajar menjadi pribadi lebih
baik.
Surabaya,
11:18 pm
Futri Zakiyah
Darojat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar