Minggu, 02 Februari 2014

i want to love you humbly


I want to love you humbly
like the unspoken word by the wood
to the fire that burned it to ashes
I want to love you humbly
like the unspoken sign by the cloud
to the rain that dismissed it
(Sapardi Djoko Damono)

           Sapardi mengajarkan pada kita, cinta itu sederhana saja. Ada syarat tapi tak banyak, dan itu pun sederhana. Ada pertimbangan tapi tak sulit, itu pun juga sederhana. Katanya, seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Tiada? bukan tiada secara harfiah menghilang, tapi menurut hemat saya ketiadaan yang merujuk pada humbly (dengan kerendahan hati) dan unselfishly (tidak mementingkan diri sendiri) atau telah meniadakan ego pribadi.
            Kesederhanaan membuat kita berbahagia tanpa banyak syarat. Dan bukan berarti kesederhanaan adalah hal murahan yang tiada harganya, namun justru hal-hal sederhana yang menimbulkan kebahagiaan adalah banyak hal yang tak terbeli dengan uang. Berilah satu nama, kenyamanan. Adakah kenyamanan hanya dilabelkan untuk kendaraan mewah, apartemen bintang lima, atau perjalanan kelas eksekutif. Jika seperti itu, ilmuan akan segera merilis sebuah kesimpulan. Yang berhak berbahagia adalah mereka yang kaya raya. Oh it’s not fair, is it? Sedang justru secara ilmiah, The New Economic Foundation sebuah lembaga kajian ekonomi USA mempunyai sebuah temuan  tentang hidup bahagia. Dengan Menggunakan Indeks Planet Bahagia ditemukan sebuah hasil bahwa negara yang memiliki indeks planet bahagia justru negara kecil seperti Vanuatu, bukan negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Jerman.
            Setelah search di google, ternyata Vanuatu itu juga bagian dari benua Amerika yang masih belum terjaman westernitas dunia barat. Dimana seluruh aktivitas mereka adalah secara tradisional. Dan kajian ekonomi USA mengakui bahwa mereka orang paling bahagia, kemana kerennya gadget dan mobil mewah membawa para pemujanya kiranya?
            Ini pendapat saya pribadi, materi memang penting. Sepenting kesan pertama bertemu seseorang. Penting, namun belum utama. Banyak hal memang lebih mudah jika semua hal tercukupi. Namun, life is not that easy. Masalah justru bermunculan ketika kita mengutamakan materi. Karena itu, alangkah membahagiakan bila materi menjadi sarana untuk hidup, bukan menjadi tujuan hidup. Sehalnya dengan, ambil contoh pesawat. Pesawat adalah alat untuk ke luar kota (misalnya), sehingga gunakan pesawat sebagai sarana, bukan keluar kota harus memakai pesawat sehingga yang ada hanyalah bermunculan penyakit hati jika tak kesampaian naik pesawat.
            Banyak hal yang tentunya sulit membuat kita (terutama yang nulis) untuk mencoba hidup sederhana, tapi tidak pernah ada perjalanan berkilo meter tanpa tikungan pagar depan rumah, marilah keluar sedikit, untuk belajar bersama-sama tak memandang segalanya dari materi, untuk bersederhana dalam bersikap, untuk tak menjadikan materi sebagai tolok ukur segala sesuatu.

Surabaya, 020214

Tidak ada komentar: