Beberapa
hari yang lalu, saya mendapat sms dari seseorang yang minta saran. Dia adalah
orang yang sama sekali tidak saya kenal yang dapat dapat nomer saya dari
temannya yang kebetulan teman saya namun beda jurusan. Teman saya itu mulia
sekali hatinya, setelah sebelumnya dia mengajak teman-teman kostnya datang ke
kontrakan saya buat curhat sama saya, sekarang dia saranin ke temannya yang
lain untuk curhat juga sama saya. Mungkin besuk gentian tetangganya yang curhat
sama saya.
Saya
bukan apa-apa, saya belum Psikolog yang kompeten. Mungkin kalau asal dengerin
dan kasih sarannya asal njeplak saya bisa. Tapi masalah terakhir ini sedikit
rumit. Orang asing itu minta saran, bagaimana agar dia bisa berhenti jatuh
cinta sama perempuan? sepertinya sepele, menjadi tidak sepele jika ternyata dia
adalah perempuan juga TT__TT. Jadi dia minta saran ke saya bagaimana caranya
berhenti jadi lesbi.
Awalnya
saya kaget, harus saya apakan ini orang? saya selalu teringat kata dosen kelas
konseling, jangan memberi solusi pada klien, tapi bantulah dia menemukan
solusi. Saya pancing dia bercerita, dia terbuka sekali hingga sedetailnya
diceritakan sama saya, tapi tetap saja ujungnya saya bingung harus bilang apa. Karena
sungguh tidak mungkin saya balas sms “HENTIKAN PERBUATAN SESUNGGUHNYA LESBI
ADALAH HAL YANG DILAKNAT ALLAH.” dia pasti bisa jawab, “MAKANYA KASIH SAYA
SARAN, BUKAN MALAH DAKWAH.” daaan saya masih bingung.
Hingga
terjadilah percakapan diantara kita,
dy :
Saya trauma disakiti laki-laki. Jadi biar aman, saya pacaran dengan teman cewek
saya.
sy :
Jadi perempuan yang pacar kamu ngga pernah nyakitin kamu?
dy :
Pernah, Mbak.
sy :
Nah, buat apa kalau gitu kalau sama-sama pernah?
dy :
Lebih baik saya jadi player aja Mbak, biar tidak disakitin.
sy :
tidak apa-apa, jadilah apa yang kau suka, selama kamu tenang (saya sempat ragu
mau kirim ini.)
Tapi aneh, sms saya yang terakhir itu ditanggapi dia luar
biasa. Sedih katanya ingat orangtua, mau tobat aja, mau serius kuliah, mau
macem-macem yang baik-baik lain, hufft dia sadar. Namun saya salah, besuknya
dia sms lagi udah punya pacar lagi dan masih berupa perempuan, alamaaak. Saya
biarkan saja. Dua hari setelah itu, dia sms dibikin patah hati karena ternyata
pacar barunya udah punya pacar, wih riweuhnya ternyata dalam kalangan lesbi juga
ada perselingkuhan. Terus dia bingung minta nasehat saya.
Huuuffffff banget kan? terus saya bilang, “Kalau kamu mau
berubah, kamu harus serius, nurut apa kata saya, inshaAllah saya akan bantu
kamu, tapi kalau kamu plin-plan seperti ini, saya nggak yakin bisa bantu.” Saya
agak nyesel ngirim sms itu, selain karena antara saya bingung, kalau dia nurut
pun juga mau saya apakan? dan merasa salah karena tidak memakai jalur
kelembutan untuk mengambil hatinya, karena saya kemakan jengkel.
Ternyata dia memilih tidak melanujutkan curhatnya ke saya.
Tidak apa-apa, dia minta solusi, saya memang belum pantas belum memberikan
solusi, selain itu, terapi dimana pun atau proses modifikasi perilaku, bacalah
buku apa pun, yang pertama adalah komitmen. Selama tidak ada komitmen, proses
akan sia-sia.
Berubah memang berat, tapi tidak selama kita memiliki
kesungguhan. Dalam tempat kerja saya yang peserta terapi-nya adalah anak-anak,
Ibu mereka rela membiarkan anak-anak dibuat menangis berulangkali selama proses
terapi, karena mereka tahu, ini cara terbaik untuk merubah sesuatu, yaitu
dipaksa. Jika cara halus tidak bisa, paksa dengan kasar jika memang mau
berubah.
Dua hari ini, saya ketiduran ketika membaca. Dulu ketika di
Surabaya, tidur habis Isya adalah hal yang tidak pernah saya lakukan, secapek
apa pun. Akhirnya hari ini ketika saya
mengantuk lagi ketika belajar, dengan merem saya berjalan ke kamar mandi, saya
guyur muka saya. Saya tahu, kalau nggak dikejami gini bakalan keterusan. Berubah
memang harus ada niat, jika memang cara yang harus kita lakukan adalah kejam,
lakukanlah demi kebaikan.
Blitar 26 September 2014
3 komentar:
menarik mba ceritanya.. iya memang terkadang ada hal-hal yang harus dipaksa untuk berubah ya..jika jalan pelan-pelan tidak bisa ditempuh jg..
Heu euh pemaksaan di awal ngga apalah, lama2 juga kebiasa :3
Heu euh pemaksaan di awal ngga apalah, lama2 juga kebiasa :3
Posting Komentar