Ini
tentang kampung kita. Tentang Surga.
Aku
bertanya-tanya, mengapa ujian-ujian hidup harus datang silih berganti seperti
tak memiliki cara untuk berhenti? Mengapa kita harus bersusah payah belajar,
harus sabar melatih diri berbuat baik, berpeluh-peluh berusaha mengentaskan
diri dari banyak peristiwa yang membuat frustasi lalu setelah selesai satu
peristiwa, peristiwa berikutnya yang lebih menghadirkan depresi datang
menyambut? Mengapa kita harus berjuang untuk banyak hal, mengapa harus memaksa
diri menahan hawa nafsu? Mengapa kita harus telaten menenangkan diri dengan
kata “Sabaaar.”, lalu berupaya mempercayai bahwa sabar memang tanpa batas.
Mengapa? Kita harus melakukan semua itu? Atau pertanyaan yang pasti sering
muncul di kepala banyak orang, “Mengapa yang enak-enak itu dilarang?”
Jawabnya
“Ya memang inilah hidup.” sepertinya kurang memuaskan. Lalu aku sadar, mengapa kau
dan aku harus terus berjuang seperti itu? Kawan, ternyata kita masih di dunia.
Nanti, ketika kita pulang pada kampung halaman, akan beda lagi aturan mainnya.
Mereka
dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas
dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa
saja yang mereka inginkan. (Yaasin :56-57)
Aku
teringat suatu cerita, saat seorang murid bertanya kepada Imam Ahmad yang
kira-kira seperti ini “Wahai guru, aku lelah. Kapan kita akan beristirahat?”
Lalu sang Imam menjawab “Anakku bersabarlah, kita akan beristirahat ketika
kaki kita menginjak pintu surga.”
Kau
lelah, atau ingin mengenggam segala sesuatu yang kau inginkan, melakukan apa
saja yang kau mau. Hanya satu kuncinya, bersabarlah. Kuatkan hati melalui
segala proses, karena kita masih di dunia. Tapi sekarang aku ingin bertanya
pada dariku dan dirimu. Apa yang sering kita mintakan pada Allah sambil
menangis? Mimpi-mimpi dunia, atau kampung kita surga? Kemudahan mengejar kemauan
atau keistiqomahan dalam kebaikan?
Sahabat,
ingatlah aku. Jika nanti kau sudah di surga sedang tidak ada aku di sana.
Mungkin tersandra Malaikat Malik di neraka. Tolong jemput aku, dan bawa aku
bersama kalian, aku juga ingin ke surga.
Ya
Allah jadikan kami telaten, sabar, dan berdamai dengan segala proses di dunia
ini. Aamiin
Dalam
kerinduan ukhuwah,
Blitar,
22 September 2014
2 komentar:
"Ya Allah jadikan kami telaten, sabar, dan berdamai dengan segala proses di dunia ini" --> Aamiin Ya Robbal alamin
Terimakasih ya :')
Posting Komentar