Untuk gerimis sore yang cantik sekali
Bila tetes-tetes lembut mulai menggelitiki pipiku,
serombongan pertanyaan datang berbondong merayapi bagian otak, apakah ini hujan
yang sama seperti sore-sore kemarin? atas evaporasi yang sama dari
sungai-sungai yang sama pula. Atau suatu saat akan bertukar peran, tak jatuh di
atas balkon terbuka kami, tapi di laut-laut lepas, di sawah-sawah hijau, atau
di jalan-jalan sesak lengkap dengan keluh tak berkesudahan manusia penggunanya.
Demi menggenapi segala imajinasiku, rintik kecil itu
menjawab, aku hujan yang berbeda, katanya. Meski sama indahnya, meski sama lembutnya
menyentuh pipimu, aku berbeda. Aku cantik karena kau melihatnya demikian,
melalui pagar-pagar besi, genting berlumut tetangga, kawat jemuran, ia genapi
segala tanyaku.
Tanya adalah sobekan menganga di ujung sepatu yang minta
kau jahitkan, biar tertutup sempurna. Mungkin Kecil, tapi cukup mengganggu.
Kukira cinta juga demikian. Aku bisa menjawabnya sesukaku, memainkan segala
imanjinasiku, pada malam-malam yang sunyi, pada hari-hari cerah, memainkan
segala imajinasi sekali lagi. Biar cinta hanya sebatas rasa, cukup damai yang
memeluknya.
Aku menyukai hujan, kapan pun ia datang. Saat tempiasnya
lembut menggelitiki pipi. Entah mengapa membicarakan hujan bersamamu tak pernah
selesai, aku menemukan hujan sebagai sesuatu yang sama-sama kita gilai. “Nanti
aku ingin memiliki istri penyuka hujan.” Katamu, bahkan sebelum kau tahu sukaku
pada hujan lebih banyak dari punyamu. Hatiku berdesir diam-diam, itu hal sama yang
sering kukatakan pada Tuhan. Saat itu, aku seperti benar-benar di tepi tebing,
menyeret kakiku dengan pelan kebelakang, berpegang seadanya, aku takut jatuh.
Kearahmu. Lima senti, aku hampir terjatuh lima senti lagi.
Aku menyukai hujan. Karena bagiku hujan adalah
kesederhanaan yang indah, yang kapan pun datangnya tetap hujan yang sama, sama
cantiknya. Hujan yang rela jatuh atas kongsi langit dan bumi dengan matahari. Tak
peduli betapa sibuk sehari itu, tak peduli berapa tumpuk jemuran basah. Aku
menyukai hujan. Menyukai hujan sama dengan menyukai kesederhanaan. Menatap
suatu yang biasa dengan cara luar biasa. Kau melakukannya.
Surabaya, Futri Zakiyah Darojat
220214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar