‘didiklah dirimu, demi mendidik anakmu’
Bekerja boleh menjadi apa yang kau hendaki, yang harus bagi
perempuan adalah menjadi Ibu terhebat. Aku pernah mendengar, jihadnya perempuan
adalah menjadi Ibu terhebat.
Allah menitipkan kekuatan ajaib yang hanya dianugerahkan pada
seorang Ibu. Biarlah sedikit ku gambarkan. Ibu kami (putra-putri Ibu) adalah
Ibu galak. Setidaknya apabila dibandingkan dengan Ibu teman-teman kami menurut
cerita mereka. Sese atau dua kali Ibu menjewer telinga kami ketika kami
terlambat shalat. Atau mengomel habis-habisan ketika pulang mengaji seragam TPA
kami kuyub penuh noda kecoklatan air hujan. Tapi Ibu kami Ibu ajaib, sebanjir
apa pun kami menangis kena marah Ibu, ujung akhirnya kami tertidur di pelukan
Ibu. Atau sejengkel apa pun atas peraturan tidak masuk akal (menurut kami) yang
dibuat Ibu, kami tetap berebut tidur siang dengan Ibu. Ibu, Ibu kami memang
ajaib.
Itulah mengapa, aku ingin menjadi Ibu terhebat. Yang paling
dicintai anak-anakku, yang pertama ingin ditemui ketika mereka pulang sekolah.
Membahas soal matematika mereka. Lalu menceritai mereka kisah pahlawan-pahlawan
zaman lama.
Aku ingin menjadi Ibu terhebat, yang memiliki waktu paling
banyak bersama anak-anak. Aku ingin menjadi Ibu terhebat, Ibu terhebat bukan
Ibu sempurna, hanya Ibu yang selalu ada. Karena anakku, adalah seperti adanya
aku. Karena itu, aku ingin mendidik diriku demi mendidik anak-anakku. Aku ingin
menjadi Ibu hebat, yang melahirkan dan membesarkan anak-anak hebat.
Surabaya, 11 Maret 2014
Futri Zakiyah Darojat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar