Kami,
duduk diam lama – lama. Bertahan bahkan ketika cahaya sunset itu nyaris tak
nampak lagi, kau masih di tempatmu, begitu juga aku. Aku, pasir pantai yang lembut,
lalu kau, kau karang kokoh sahabatku. Yang pada suatu saat, ketika gelombang
jahat datang hendak membawaku hanyut ke samudra, kau menarikku untuk
bersembunyi dibalik cadasmu yang keras. Kau karangku yang kokoh, aku selalu tak
sempat berterima kasih padamu, terima kasih, untuk terlahir sebagai karang
untukku.
Nita adalah
temanku, sahabatku, saudara perempuan bahkan kakak yang melindungi, yang kalau
aku sms “lagi sedih :( ” dia pastinya langsung telfon. “Sedih nyapo?”. Lalu
percakapan telepon berlanjut hingga berjam – jam, hingga kegalauanku luntur.
Atau, kalau nggak gitu, saat nggak punya pulsa buat telepon, malemnya langsung
datang ke rumah, bawa se tas keresek besar jajan dari indomart. Lalu kita
bercerita sambil makan. Dia paling tahu, kalau segala kegundahan, kesedihan,
kegalauanku sebesar apapun, penyelesaiannya cuman satu : cerita panjang lebar
sampe elek, sampe capek nangisnya, sampe ilang tanpa alasa sedinya.
Pernah suatu
kali, kita punya acara nangis bareng di beberapa tempat, di kamar, di
perpustakaan Bung Karno, di kereta waktu pulang. Dan whatever pandangan orang,
ketika selalu melakukannya ketika kita nyaman. Kita aneh sekali yaa…. :*
Dia Nita
sahabatku, hari ini dia tepat 22 tahun. semoga Allah senantiasa melindungi
Nita-ku yang baik, membarakahi ilmunya, melapangkan rizekinya, memperlancar
pencarian jodohnya *loh. Terima kasih untuk terlahir dan menjadi sehabat sebaik
Nita.
at Perpustakaan Bung Karno |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar