melihat
bintang alangkah jauhmu
melihat
biru alangkah dekatmu
melihat
hutan, melihat gunung
siapamenjagamu….
Allah.
(Opick,
Taffakur)
Kemudian
Allah menitipkan kita pada suatu tempat, lalu kita menyangkakan keburukan di
dalamnya. Padahal hanyalah, kita tidak mengetahui. Apakah pesan yang
disampaikan Allah lewat segala tanda alam yang ia cipta. Kemudian kita
terbentur pada suatu mata pelajaran sabar, lantas sejenak menyadari bahwa
segala luka adalah membawa energi penguatan. Membawa yang lemah menuju kuat,
membawa yang rapuh menjadi kokoh, memupuk yang layu menjadi bersemi. Hanya
saja, manusia selalu terlambat menyadari dan berucap syukur.
Semua
hal yang terlalu menyesakkan, andai kita menyisakan ruang pemahaman, disana
selalu ada penjelasan. Lalu semua berakar hanya satu tunggak, bernama
ketidaktahuan. Ketidaktahuan melahirkan kecurigaan, beranak pinak menjadi
kecemburuan, kedengkian, lalu kekufuran. Allah, maafkan, kami terlalu sering
berburuk sangka padaMu.
Selalu
ada benarnya, kecintaan pada dirinyalah yang membuat manusia buta. Baginya
Allah hanya tak adil padanya, baginya Allah memilih dalam berkasih, baginya
segalanya menjadi buruk oleh sebab kedengkiannya. Padahal andai kita tahu,
Allah menyayangi dengan banyak cara. Baik yang kita sukai atau benci. Terkadang
keras, untuk menguatkan, atau lembut untuk membesarkan. Allah, Ia selalu
mempunyai cara. Hanya kita tak pernah menduga. Bahasa romantisnya, kejutan
dalam berhubungan. Ketidaktahuan apabila terselimuti baik sangka, suatu saat
akan terbukalah tabir keindahan. Allah, caraNya selalu mengejutkan. Tapi
mempesonakan. Berbaik sangkalah.
#Entah,
kelas konstruktivisme hari kemarin menyadarku. Nikmat Allah membawaku kesini,
di Kota yang panas namun penghuninya membawa kesejukan di hati. Terimakasih ya
Allah mengenalkanku pada mereka (teman 2010, teman Muslim Youth Club,). Kalian
menempati tempat terbaik di hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar