Putri Salju? Hahaha tawanya hingga memegangi perut. Memang beginilah jika
berbicara dengan orang yang tak punya daya imajinasi, batinku. Kau tak pernah
mengerti posisiku teman. Kau tak pernah merasakan bagaimana menjadi Snow White.
Bagimana disaat ia sangat ingin menemui William tapi ia justru tersesat di
dalam Gua Peri bersama Quert, Gus, Coll dan para kurcaci lain. Bagimana rasanya
menjadi satu – satunya orang yang dapat menyelamatkan negara sedang kau merasa
tak bisa melakukan apa pun. Ahh perkara ini terlalu sulit untuk kuuraikan.
“Kau harus belajar dari minus.”
Katamu kemudian, yang kuiyakan dengan anggukan . Aku memang, ah aku gengsi
untuk menyebut kondisi ini dengan ‘bodoh’, kurasa aku hanya belum belajar. Tapi
aku akan mudah mengerti dalam sedikit pelajaran saja. “Kau tahu, Putri Salju
pun tetap belajar meski ia terkurung di dalam menara utara.” Kau memang sahabat
baik, batinku. Tapi bukan dengan engkau aku dapat belajar. Aku perlu belajar
permainan pedang, teknik siasat perang dan hal yang sama sekali kau tak tahu.
“Jika dapat memilih, mungkin aku tak
mau terlahir sebagai putri salju. Biar aku menjadi gadis lain yang hidup normal.”
Eluhku malas. “Tapi peran seringkali tak kompromi. Kau boleh mengelak tapi
hanya sebatas itu.” Jawabanmu selalu ada benarnya. “Banyak yang iri padamu.”
lanjutmu. “Karena mereka belum merasakan menjadi aku.” jawabku. Hahaha konyol,
karena aku pun juga belum merasakan menjadi mereka. Kau bangkit dan memandangku
sejenak. “Selamat berjuang putrid, selamatkan rakyatmu.” Kau berjalan tanpa
menoleh bahkan untuk menjawab pertanyaan kemana kau akan pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar