Senin, 17 Desember 2012

Aku, kamu, kavaleri #2



“Mana pedangku,?” Katamu membuka percakapan di depan bangkuku
“Aku sudah bilang, ku buang.”
“Ambil lagi dan bawa itu besok. Kau tak bisa menjaga sesuatu yang berharga.” Makimu kasar.
“Pedang itu tak berharga buatku. dia hanya pedang mainan dari batang pisang yang mungkin sekarang sudah rusak.” Bela ku.
“Tapi itu bukan punyamu.”
“Aku tidak pernah menyuruhmu menitipkannya padaku.”Bantahku.
“Egois. Karena sore itu kau bertanya bagaimana jika aku yang melukaimu, maka kuberikan pedang itu padamu. Ternyata menjaga dirimu sendiri pun kau tak bisa.”Kau beranjak dan kembali kearah bangkumu.
Ini pertama, aku melihat kau benar – benar marah. Hanya karena pedang mainan. Aku diam, aku sudah tidak berani menjawab ketika kau marah. Ini sulit dimengerti. Kita selalu beda persepsi.
“Aku tidak pernah butuh buku – buku ini.” Kau datang dan membanting buku – buka ceritaku di atas meja. Prakk!!! aku bergidik kaget. Dan aneh, kau terkejut melihatku terkaget. Aku diam, kuyakinkan diriku, aku tidak salah.

****
Kamu tidak datang, hari itu pengambilan raport. Ayahmu juga tak datang. Aku tidak mau mencarimu. Kau masih tergambar menyeballkan di pikiranku karena peristiwa kemarin. Tapi aku cemas. Kau belum datang atau tidak pernah datang lagi.
.....

Tidak ada komentar: