Sejak
pagi, saya direpotkan berbagai macam hal, karena ada salah satu orang yang
biasanya membantu Ibuk sedang absen. Jadilah pekerjaan mulai menyapu, mencuci
segunung pakaian kotor, ngantar si bungsu ke sekolah, potong-potong cabe, beli
lpg, fotokopi, ngantar bahan ke warung, saya sendiri yang melakukan. Jujur, itu
sangat melelahkan. Saya baru bisa merebahkan diri pukul 12.30.
Ritual
yang biasa saya lakukan sambil rebahan adalah utak-atik gadget, buka bbm atau mainan
wasap. Scroll down saya menemukan status bbm agak janggal dari tetangga
saya Delia (Anak nomer dua Mbak Ndar). “Selamat jalan bunda, sampai bertemu
di surga :’(“ Tapi karena tidak menyangka alias nggak mikir sampai sana,
saya nggak respon, nggak kasih komentar. Mungkin bunda orang lain, batin saya.
Toh kemarin saya ketemu Mbak Ndar di jalan, senyum sama saya sehat-sehat saja.
Saya tutup hape lalu merem, lupa status tadi.
Belum
sampai benar-benar merem, tetangga depan rumah saya gedor-gedor pintu. “Wi..wi…(nama
Ibu saya)…Ndar ninggal wis ngerti?” Budhe Widji teriak-teriak dari balik pintu.
Saya langsung terduduk di kasur. Ibuk keluar buka pintu, abi juga. Kami kaget.
Mbak Ndar?
Sekian
menit kami tertegun, enggak percaya. Saya masih ingat, kemarin nyapa Mbak Ndar
di depan rumah beliau, masih jelas senyumnya. “Kok bisa ya Buk?” Kata saya, Ibu
tidak menjawab. Jadi status Delia tadi beneran?
***
Sepulang
ta’ziah saya semakin tertegun, dua hari lalu salah satu tetangga kami yang lain
kecelakaan (nabrak orang gila). Kepalanya bocor, kondisinya kritis, sudah
dioperasi tapi belum kunjung siuman. Ada lagi, tetangga yang lain RT seberang,
sebelum lebaran kemarin anaknya berusia 3 tahun meninggal karena tenggelam di
kolam ikan lele milik keluarga mereka dan seminggu sebelum itu salah satu
keluarga mereka meninggal juga karena jatuh dari jembatan kayu yang roboh. Ya
Allah.
Apabila
kita renungkan, kita buat bahan muhasabah, peristiwa-peristiwa di atas hanya
berujung pada satu benang merah, tidak ada yang dapat menduga kapan dan dengan
cara bagaimana kita akan menghadap-Nya. Mungkin atas alasan jalan takdir yang
beginilah, maka kita sebagai muslim diperintahkan ber-fashtabiqul khoirot,
berlomba dalam kebaikan. Tidak hanya berbuat baik, tapi berlomba berbuat baik.
Sebanyaknya mengumpulkan bekal karena tidak ada yang tahu, when our time
will get over.
Peristiwa-peristiwa
berkabung di atas bisa jadi adalah bentuk peringatan Allah, bahwa tujuan hidup
manusia adalah untuk menghadap-Nya. Sehingga sederet panjang daftar mimpi, atau
sekeras apa pun kita mengejar target. Jika Allah menetapkan titik ujung
perjalanan kita di dunia, kita akan berhenti.
Dunia
ini seperti game zone, Allah pemberi koin-koin atau kartu yang dapat kita
gunakan untuk bermain. Dan kita harus ingat. Koin atau kartu untuk bermain itu
memiliki limit. Jika kita sudah game over dan koin kita habis, mau tidak mau,
seingin apa pun kita melanjutkan permainan, kita harus berhenti.
Semoga
kita menjadi manusia yang dapat memanfaatkan dengan sebaiknya jatah waktu untuk bermain di dalam
planet bernama bumi ini.
Blitar,
11 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar