Saya
tidak bermaksud menjelaskan secara lebih mendalam mengenai DS. Selain karena
saya belum ahli, juga kerana memang belum memiliki pengetahuan yang mumpuni
tentang hal tersebut sehingga takut menyesatkan. Namun ada karakteristik pada
anak DS yang ingin saya bahas disini. Ahli Psikologi menamainya Pencil Down
Syndrome.
Pencil
Down Syndrome adalah semacam hambatan pada anak DS dalam hal motivasi belajar yang
disebabkan karena terlalu sering mereka gagal dalam mempelajari sesuatu,
sehingga sering lah mereka mengalami demotivasi. Saya tidak mengerti mengapa para ahli Psikologi menamainya demikian tapi saya kira, bukan anak
DS saja yang mengalami Pencil Down Syndrome ini, manusia pada umumnya
juga demikian. Mereka berpikir, jika sebelum-sebelumnya tidak bisa, ya akan
terus tidak bisa.
Tapi
kemudian saya membayangkan, bagaimana jadinya jika Edisson mengalami Pencil
Down Syndrome lalu memilih untuk berhenti pada percobaan bola lampunya yang
ke-999. Barangkali mungkin tetap ada bola lampu, tapi bukan dia penemunya.
Manusia
seringkali mendapat ujian terdahsyat ketika ia hampir mencapai puncak usaha. Di
sini saya kira, setan gencar-gencarnya menggoda dengan berbisik di telinga kita
“Udahlah…kamu engga akan berhasil.” atau “Ngapain ngabisin waktu,
nyoba yang lain aja yang lebih menarik.”
Terapist
dan ahli psikologi menyiasati Pencil Down Syndrome dengan cara
memberikan stimulus yang berbeda agar anak DS merasa tertarik. Ini mungkin bisa
kita tiru, yang biasanya malas belajar matematika karena dengar namanya saja
sudah mual (curcol xoxo) bisa memberikan ragam berbeda dalam belajar, ubah nama
matematika, tulis di buku matematika menjadi buku matemacinta mungkin (-__-“), itu
hanya contoh.
Yang
jelas, yang paling penting dari segala proses pembelajaran, pengejaran, atau
dalam fokus menginginkan sesuatu adalah kesabaran dalam bertahan. Tidak peduli
jatuh bangun aku mengejarmu --__-- kalau kita yakin dan fokus, usahakan sampai
titik darah penghabisan. Mengutip kata-kata Coach Taylor dalam film Facing the
Giants “Don’t quit till you got nothing left.” Jangan berhenti hingga
tidak ada yang tersisa. Kalau kita mudah sekali demotivasi karena sering gagal,
mungkin kita harus terapi sama-sama dengan anak-anak special Down Syndrome.
Blitar,
26 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar