Pagi
ini 27 Ramadhan.
Saat
menulis ini, hatiku diliputi gemuruh, antara rindu dan ketakutan, juga tentang
banyak lain, yang masih saja bedesak-desakan, dan ingin ku luahkan pada
seseorang saja. Seseorang yang aku rindu
sekali padanya. Seseorang yang sulit kubayangkan gambarnya, bahkan dalam mimpi.
Seseorang yang sinarnya seteduh rembulan, yang lakunya lembut ,bicaranya
santun, keputusannya tegas. Yang di detik-detik nafas terakhirnya memilih menyebut namaku, bukan nama istri
tersayangnya Khadijah, bukan puteri kesayangannya Fatimah, bukan karibnya Abu
Bakar. Seseorang itu Rasulku, Muhammad.
Ya
Rasulullah. Sedang apa kau pagi ini? Aku hanya bisa berandai-andai, sambil
berharap semoga ini tidak dosa. Aku tidak bermaksud iri, meskipun sesungguhnya
iya. Sesungguhnya aku iri pada generasi terbaik yang terlahir pada masamu. Yang
semangat ibadahnya mem-baja seperti Abu Bakar, Yang keberaniannya laksana singa
seperti Umar, Yang begitu mencintai Islam meski pun semuda Ali, Yang kaya raya
dan mempersembahkannya untuk agama seperti Abdurrahman dan Utsman. Sedang kami?
Kami
terlalu sibuk dengan cita-cita dunia kami. Terlalu repot beradu argument dan
tertipu ketidaktahuan kami. Sibuk memamerkan ilmu kami melalui perdebatan
padahal belum seberapa. Marah kah engkau, Ya Rasulullah? Kecewakah engkau pada
kami, umat yang terlalu kau cintai ini?
Ya
Rasulullah, kau terlalu istimewa. Pagi yang dingin ini, aku ingin mewakili
beberapa teman-temanku, mengatakan bahwa kami rindu padamu. Sangat Rindu. Aku
membayangkan, andai kau di sini, duduk bersila di antara kami, menghirup udara
dingin Indonesia kami. Kami tentu akan memberondongkan padamu tentang banyak
hal, ya Rasulullah.
Ya
Rasulullah, nasehati kami. Kiranya apa yang harus kami lakukan menghadapi zaman
yang seperti ini? Saat ketidaktahuan menguasai kami, saat kami takut berperasangka,
sedang kami juga lebih takut jika tak melakukan apa-apa. Kami takut,
jangan-jangan kami mencintaimu dengan cara yang salah. Menjadi duta-duta yang
membawa risalahmu dengan cara yang tak kau sukai.
Ya
Rasulullah, ajari kami caramu. Yang tak gentar bahkan ketika penduduk Thaif
melemparimu dengan batu dan membuat gigimu rompal. Yang lembut menyuapi seorang
Yahudi tua, hingga membuatnya terpesona. Yang tetap menjenguk tanpa rasa dendam
pada seseorang yang bahkan dengan lancang meludahimu ketika kau sedang khusyu dalam shalat. Yang
membiarkan tubuh sendiri beralas tikar kasar hingga membentuk bekas di pipi,
karena kau habiskan hartamu untuk umat. Ya Rasulullah, bukan kah itu Islam yang
kau kenal kan pada kami? Sedang kami?
Ya
Rasulullah, pagi ini, aku mewakili teman-temanku, ingin menghaturkan rindu
padamu. Semoga kami senantiasa berproses menjadi umat yang lebih baik. Semoga
kami mampu menjadi duta-dutamu, model-model penyeru Islam sesungguhnya.
Allahumma
Solli ‘Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar