Senin, 04 Agustus 2014

Dear Rasulullah, We miss you :(


 
Pagi ini 27 Ramadhan.
Saat menulis ini, hatiku diliputi gemuruh, antara rindu dan ketakutan, juga tentang banyak lain, yang masih saja bedesak-desakan, dan ingin ku luahkan pada seseorang saja. Seseorang  yang aku rindu sekali padanya. Seseorang yang sulit kubayangkan gambarnya, bahkan dalam mimpi. Seseorang yang sinarnya seteduh rembulan, yang lakunya lembut ,bicaranya santun, keputusannya tegas. Yang di detik-detik nafas terakhirnya memilih  menyebut namaku, bukan nama istri tersayangnya Khadijah, bukan puteri kesayangannya Fatimah, bukan karibnya Abu Bakar. Seseorang itu Rasulku, Muhammad.
Ya Rasulullah. Sedang apa kau pagi ini? Aku hanya bisa berandai-andai, sambil berharap semoga ini tidak dosa. Aku tidak bermaksud iri, meskipun sesungguhnya iya. Sesungguhnya aku iri pada generasi terbaik yang terlahir pada masamu. Yang semangat ibadahnya mem-baja seperti Abu Bakar, Yang keberaniannya laksana singa seperti Umar, Yang begitu mencintai Islam meski pun semuda Ali, Yang kaya raya dan mempersembahkannya untuk agama seperti Abdurrahman dan Utsman. Sedang kami?
Kami terlalu sibuk dengan cita-cita dunia kami. Terlalu repot beradu argument dan tertipu ketidaktahuan kami. Sibuk memamerkan ilmu kami melalui perdebatan padahal belum seberapa. Marah kah engkau, Ya Rasulullah? Kecewakah engkau pada kami, umat yang terlalu kau cintai ini?
Ya Rasulullah, kau terlalu istimewa. Pagi yang dingin ini, aku ingin mewakili beberapa teman-temanku, mengatakan bahwa kami rindu padamu. Sangat Rindu. Aku membayangkan, andai kau di sini, duduk bersila di antara kami, menghirup udara dingin Indonesia kami. Kami tentu akan memberondongkan padamu tentang banyak hal, ya Rasulullah.
Ya Rasulullah, nasehati kami. Kiranya apa yang harus kami lakukan menghadapi zaman yang seperti ini? Saat ketidaktahuan menguasai kami, saat kami takut berperasangka, sedang kami juga lebih takut jika tak melakukan apa-apa. Kami takut, jangan-jangan kami mencintaimu dengan cara yang salah. Menjadi duta-duta yang membawa risalahmu dengan cara yang tak kau sukai.
Ya Rasulullah, ajari kami caramu. Yang tak gentar bahkan ketika penduduk Thaif melemparimu dengan batu dan membuat gigimu rompal. Yang lembut menyuapi seorang Yahudi tua, hingga membuatnya terpesona. Yang tetap menjenguk tanpa rasa dendam pada seseorang yang bahkan dengan lancang meludahimu ketika kau sedang khusyu dalam shalat. Yang membiarkan tubuh sendiri beralas tikar kasar hingga membentuk bekas di pipi, karena kau habiskan hartamu untuk umat. Ya Rasulullah, bukan kah itu Islam yang kau kenal kan pada kami? Sedang kami?
Ya Rasulullah, pagi ini, aku mewakili teman-temanku, ingin menghaturkan rindu padamu. Semoga kami senantiasa berproses menjadi umat yang lebih baik. Semoga kami mampu menjadi duta-dutamu, model-model penyeru Islam sesungguhnya.
Allahumma Solli ‘Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad

Tidak ada komentar: