“Kamu
tidak capek menggendong ransel berat itu kemana-mana?” Katamu suatu hari.
Aku
menggeleng, “Tidak apa-apa aku tidak bertambah tinggi, asal aku bisa membawa
buku cerita dan laptopku kemana-mana.” Jawabku lalu nyengir.
Menulis itu
merangkaikan huruf-huruf menjadi sepotong kata, lalu meletakkan mereka seperti
tatanan birama. Hasilnya seperti alunan nada, kadang elegy kadang senandung
ceria. Menulis adalah cara saya menegur diri sendiri, bahwa setiap kalimat
adalah pengingat ada sesuatu yang harus saya pertanggungjawabkan. Mengapa
begitu? saya, adalah satu dari beberapa jenis orang mudah terinspirasi,
terutama dengan cerita. Dan tidak bisa
saya sangkal, jika diantara kalian banyak juga orang seperti saya. Karena itu,
saya harap meskipun itu sedikit sekali, ada hikmah dari setiap kalimat yang
saya tata dengan susah payah. Iya, susah payah. Meski mencintai menulis, saya
bukan mereka yang menulis semudah bernafas. Sehingga saya berusaha menatanya agar
kalian mengerti apa yang saya maksud.
Saya
mencintai menulis sama porsinya dengan mencintai membaca dan mencintai psikologi.
Menulis terkadang memang menimbulkan ambiguitas, apa yang ingin kita sampaikan
diterima berbeda oleh orang lain. Tapi, adakah yang membuat kita menjadi lebih
berani selain daripada menulis.
Beberapa hari
lalu ada teman meng-inbox, “kenapa jarang update status di facebook, kangen
deh dengan tulisanmu.” hanya bisa senyum membaca pesan teman saya itu.
Alhamdulillah ada yang suka tulisan saya. Lalu saya jawab, “Takut disangka
jatuh cinta, kalau nulis tentang cinta, takut disangka galau kalau nulis
sedih-sedih. hehehe”
Memang sih,
ujungnya serba salah kalau tipe menulis orang melankolis macam saya. Bikin yang
baca punya prasangka. Bukan salah mereka sih, karena kebanyakan menulis memang
sewajarnya terinspirasi dari kondisi emosi penulis, tapi kan juga tidak
sepenuhnya seperti itu. Seharusnya hal itu bukan menjadi hambatan yang berarti,
hemmmm apa ya? mungkin semacam mekanisme pertahanan ego ketika tidak ada
inspirasi jatuh dari langit. Yah, meskipun kesel juga menerima pesan “Lagi
galau ya?” “Ciee jatuh cinta….” “Sama siapa sama siapa?” :D
:D :D Tapi apa pun tanggapan pembaca, seutuhnya menulis itu sangat
menyenangkan. Jadi mendapat teman banyak, meskipun tulisan status di facebook
pun cuma sepotong, ada beberapa unknown people kemudian kirim
message via inbox fb dan memberi apresiasi. Bahkan ada beberapa yang
menyarankan untuk membuat novel, hehehe saya belum sepandai itu *nyengir unyu.
Surabaya, 18
Januari 2014
Futri Z.
Darojat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar