Kalian pernah
mendengar kalimat “Kata-kata cinta itu omong kosong”. Justru bagi saya, kalimat itu lah yang omong
kosong. Memang benar adanya ketika cinta itu adalah berbuat. Tapi, hey apakah berkata
itu bukan berbuat. Hihihi kenapa saya
jadi terkesan sewot ya? Bukan-bukan.
Maksudnya, ayolah buka hati untuk menerima kata-kata. Bahwa sebenarnya tidak
ada kegombalan di dunia ini. Hanyalah kecerdasan kita menerimanya saja.
Karena di
didik dari keluarga yang ekspresif, sejak kecil bagi keluarga kami sudah biasa
saling mencium pipi atau memuji. Kemudian menjadikan saya menjadi ekspresif
pula, saya menyukai keindahan kata – kata, sama porsinya dengan menyukai
indahnya perilaku yang merupakan perwujudan dari sebuah kata-kata. Mungkin
kalau kalian mengenal saya baik, kalian akan sering mendengar, dimana saya akan
mengatakan “Ukhty, cantik hari ini.” atau menjawab pertanyaan “Ngapain
kesini ukh?” dengan “Kangen kamu Ukh.” hehehe mungkin mereka dan
kalian atau siapa pun mengiranya saya spesies penggombal sejati. Tapi, saya
rasa tidak sepenuhnya. Karena bagi saya, mendengar saya mengucapkan itu dan
kalian memanyun – manyunkan mulut, atau berkata “Preeeettt.” panjang.
Menghadirkan kebahagiaan tersendiri bagi saya.
Saya menyukai
pola kata-kata begitulah saya menikmati sastra. Saya bahkan jatuh cinta berat
dengan sebagian besar karya Sapardi Djoko Damono. Saya menyukai Hujan bulan
Juni, atau Yang Fana Adalah Waktu atau Pada Suatu Pagi Hari.
Puisi sederhana begitu menyentuh. Coba bayangkan, seseorang yang anda cintai dan
ia mencintai anda suatu waktu mengatakan “Dengan memilikimu aku tak pernah
merasa miskin, karena bagiku, kamu adalah harta karun terbesar yang pernah
kumenangkan.” Seperti yang dikatakan Santiago pada Fatima dalam novel
Al-Kemis nya Paulo. Bayangkan bayangkan coba gimana? Seseorang itu berkata di
depanmu, dengan mimic muka yang sangat serius. Saya yakin, anda akan membeku
lebih keras dari stalaktit atau stalakmit :D .
Karena
itulah, cinta adalah separuh perbuatan, dan separuhnya lagi perkataan. Kata-kata
ringan yang tulus akan mampu mengobrak-abrik tatanan hati pria berhati beku.
Karena itulah, sastra itu lembut menyentuh. Tapi jangan samakan dengan
kepalsuan memang. Sastra tidak ada yang palsu. Karena sastra itu tulus, yang
palsu adalah manusia.
Saya berkata
begini bukan untuk memperluas gerakan penggombalan loh, hanya saja ingin
mengajak banyak orang menikmati kehidupan dengan cara sederhana, salah satunya,
berbahagia hanya dengan kata-kata. Atau bisa jadi, saya berkata begini karena saya
belum pernah menjadi korban penggombalan atau PHP (Pemberi Harapan Palsu).
Hehehe bisa jadi bisa jadi. Karena itu, Bedakan dengan cerdas dalam bersastra.
Bisa jadi, anda korban gombal karena mudah digombali, hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar