Aku
tak peduli
sama
tak pedulinya rintik hujan dengan riak2 sungai yang berdesak – desakkan di
bawah sana
sama
juga tak pedulinya dengan perasaan apa yang kau punya untukku..
Aku
tak peduli berapa banyak aku menulis surat dan tak terbaca untukmu, aku akan
tetap menulis.
Terkadang
ketika hujan menyita kita untuk duduk lama – lama di bawah pohon quince
kesayangan, aku ingin mengatakan dengan berani. Bahwa sulit sekali mengerti
rencana Tuhan. Dia selalu membuatmu lebih hebat untuk melindungiku. Kenapa?.
Tapi selanjutnya aku mengingat. Bukan kah aku mengagumimu untuk tidak peduli
bagaimana perasaanmu.
Aku
memang tidak peduli, aku setia menungguimu di bawah bulan ke tiga belas yang
indah, sama setianya matahari terbit dari ufuk timur, meski kemudian ia harus
berjalan ke ufuk barat untuk tenggelam. Aku akan selalu datang lagi besok.
Aku
tidak peduli berapa lama dengung tawa anggrek bulan tentang perasaanku, aku
hanya tak peduli sekarang. Yah, hanya sekarang. Bukan karena aku takut untuk
melihat wajah memerahku yang menahan malu, bukan. Bukan pula untuk tak sanggup bahwa aku akan mendengar rasa yang kau punya
berbeda. Aku hanya takut satu, kemarahan Tuhan. Aku menulis ini sembunyi –
sembunyi lalu berharap malaikat sedang lalai mengawasiku, meski itu percuma.
Aku takut Tuhan marah padaku, atau Tuhan marah padamu karena aku. Aku takut
menjauhkanmu dariNya. Aku takut itu.
Surabaya,
06-07-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar