Minggu, 10 Maret 2013

Menyambut.....


Ini berawal dari aksi nekat saya dan beberapa teman asrama saya, ketika hari itu Sabtu  9 Maret 2013 pagi – pagi benar berangkat dari pojok selatan kota Surabaya menuju kawasan Keputih Sukolilo, tempat kampus ITS bertengger, lebih spesifik menuju masjid Manarul Ilmi dalam rangka menghadiri seminar pranikah (hehe) dengan pembicara Ustad Salim A Fillah yang diadakan teman – tean JMMI ITS. Sempet di ledek sih sama mbak – mbak di asrama, masih kecil kok udah pada ikut seminar pranikah, tapi What’s wrong? hehe.
Dengan berbekal catetan yang kurang lengkap berhubung lebih sering ditinggal ketawa daripada nyatet, tapi tidak apa – apa, semoga yang sedikit ini dapat memberikan manfaat.

Ustad Salim membuka kalimatnya dengan mengutip hadist Rasul, “Barangsiapa menikah, maka ia telah memenuhi separuh agamaNya….” belum berhenti sampai disini, “Karena itu, penuhilah separuh yang lain dengan bertaqwa,”
Sebenarnya sederhana saja kiat dalam menyambut sehabat sejati itu, hanya saja seringkali orang – orang tidak tahu akan kuncinya. Manusia seringkali berfokus pada “who” karena itulah mereka sering pula berbakat dalam kegagalan. Namun bagi yang berfokus pada “why” dan “how” akan sukses melalui kehidupan yang pernikahan yang penuh tantangan, karena ia mempunyai visi yang jelas dan tahapan yang diperhitungkan.
Untuk tahu lebih lanjut, inilah persiapan – persiapannya:
©       Persiapan Spiritual
Ini meliputi kesiapan kita untuk mengubah sikap mental menjadi lebih bertanggung jawab, sedia berbagi, meluntur ego, dan berlapang dada. Ada penekanan juga untuk siap menggunakan dua hal dalam hidup yang nyata, yakni sabar dan syukur. Ditekankan di titik lain bahwa hidup ini tidak sama sekaligus jauh berbeda dengan negeri dongeng, dimana sang pangeran akan menikah dengan sang puteri selanjutnya happy ending live happily aver after. Itu mustahil! karena kehidupan itu tidak pernah lepas dari masalah, kecuali pangeran dan puteri yang soleh dan solehah sehabis menikah terus meninggal sehingga life happily ever afternya di surga :D
©       Persiapan Ilmu Intelektual
Banyak sekali ilmu yang harus digunakan menjadi dasar dalam berumah tangga, di antaranya ilmu komunikasi, ilmu parenting, ilmu ekonomi dan bermacam – macam cabang ilmu yang lain. Entah kemarin bagaimana intonasi yang dipergunakan sang ustad tapi saya nyatetnya dalam buku pake tanda petik kalimat ini. “Mulailah pernikahan jangan dengan ekspektasi , tapi mulailah dengan obsesi.” Dahulu waktu saya masih muda (sok dewasa hehe), seringkali saya menemukan kalimat anak alay berlagak romantis seperti ini, “Aku mencintaimu, karena itu aku tidak ingin merubahmu, biar kamu menjadi dirimu sendiri.” Ini yang namanya salah kaprah, mencintai seharusnya bisa merubah menjadi lebih baik, masak orang yang dicintai jelek dibiarin jelek ya dibiarin jelek aja . Kita harus terobsesi memberi  bukan berekspektasi (berharap) tentang pasangan yang muluk – muluk.
©       Persiapan Fisik
Mungkin ini sudah cukup jelas, yaitu menjaga kesehatan seluruh tubuh, dan menyembuh penyakit menular (seperti panu hehe). Dan lain lain
©       Persiapan Material
Catatan saya kurang lengkap di sini, tapi dapat sedikit saya gamblangkan, intinya setiap manusia membawa rezeki masing – masing, jadi tidak ada ceritanya kamu menikah lantas kamu miskin gara – gara pasangan. Itu memang sudah rezeki kita, manikah pun dengan kakek – kakek kaya raya sebatang kara juga tetap miskin kalau belum rezeki. Ditekankan di titik lain, bahwa istri itu tidak sama dengan tukang masak, tukang laundry,dsb karena itu. Jangan jadikan itu penghalang yang berarti.
©       Persiapan Sosial
Artinya, siap untuk bermasyarakat, faham bagaimana bertetangga, mengerti bagaimana bersosialisasi dan mengambil peran di tengah masyarakat. Kita di tengah masyarakat adalah motor perubahan, jadilah yang paling bermanfaat bagi tetangga – tetangga kita. Karena yang paling bermanfaatlah yang mampu merubah mereka.

Semoga bermanfaat, terakhir akan saya tutup dengan doa ketika istikharah: “Ya Allah, aku meminta pilihan dengan ilmuMu, bukan ilmuku. Karena itu tetapan aku pada kekuasaanMu, bukan kekuasaanku.”

Tidak ada komentar: