Apa
pun yang terjadi, jangan bilang apa – apa tentang negeri ini. Kami masih hidup
dan ingin hidup di sini, Pak Presiden. Aku tidak peduli berapa kali media masa
memberi makan pikiran kami dengan hal –
hal beracun. Negeri kami negeri baik dan milik orang – orang baik. Persetan
dengan kata - kata mereka yang
merendahkan negeri ini. Mereka hanya manusia korban kekecewaan yang tak punya
harapan. Mereka hanya manusia penebar bibit penyakit hati agar kami turut
membenci negeri kami sendiri. Ini negeri kami, siapa yang akan membela kalau
bukan kami. Terserah apa kata mereka, terserah mereka membandingkan dengan sudut
dunia mana pun. Ini negeri kami, negeri yang baik, TITIK.
Menghujat
tiada guna, ini negeri kami. Jika kami menghujat apa yang kami miliki bagaimana
orang lain akan menertawakan betapa bodohnya pemilik negeri ini. Sudah jangan bahas
kebobrokan, itu urusan pemerintah dengan Tuhan. Toh apakah kalian memberi dukungan atau olokan tak akan
berpengaruh bagi mereka. Sudah, tutup saja telinga kita. Jangan jadi orang yang
membabi buta karena kegalauan atas sakit hati dan krisis harapan. Jangan hanya
menjadi Abu Jahal Modern, yang hanya berani menyumbang olokan lalu sembunyi
ketika panggilan perang datang.
Ini
negeri kami, negeri yang baik. Biar kami mencoba merawat ulang, luka – luka
bekas sayatan penderitaan masa lalu. Harapan itu selalu ada, bagi jiwa yang
diliput cinta, hanya pecinta ulung yang kembali berdiri sesaat setelah air mata
patah hati itu mengering. Pecinta yang yang memberi bukan menuntut, yang selalu
ada harap dan gairah tanpa mengenal dendam dan kekecewaan. Belajar menyusun
kembali potongan – potongan hati yang terurai menjadi rangkaian kepercayaan.
Setidaknya, percayailah bahwa kami akan membaik. Kami akan membaik, TITIK.
Biar
kami menutup mata kami sekarang jika kilat – kilat selepas badai itu masih
menyilaukan, biar kami menutup telinga kami jika gemuruh petir musim kemarin
masih mendengung. Matikan racun itu, jangan sampai pada pembuluh darah cucu –
cucu kami nanti. Matikan sekarang, hanya kita yang dapat matikan. Percayalah,
semua akan membaik. Jika sulit kau percaya mereka yang duduk di sana, di atas
kemudi bahtera negeri ini. Percayalah pada Tuhan. Setidaknya, percayalah.
Terserah,
apakah kalian akan mengatakan bahwa kami hanya orang sok suci yang mau
tertindas. Saya ulangi, setidak kami percaya, bahwa harapan itu masih ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar