“Kamu
siapa?”
“Aku
adalah kamu.”
“Bukan.
Katakan kamu siapa?”
Dua kubu
terus bersitegang, satu sisi ialah sebentuk bayangan dalam cermin, sisi yang lain
berupa sosok, wujud yang berdiri di depan cermin. Entah, mana dari mereka yang
berperan sebagai alter, mana yang host. Mereka terus saja berseteru, setiap
kali sang sosok datang, si bayangan ketakutan menemukan gambar asing dalam
hadapannya. Mereka, entah apa yang terjadi di antara mereka. Kadangkala, sosok
itu mulai jengkel pada bayangan, dan lama – lama tak mengunjungi cermin gantung
tempat bayangan bersemayam, bosan mungkin. Tapi itu tak kan berlangsung lama,
ia lalu datang kembali pada kawannya, ah entah kawan atau musuh. Ia selalu
mencoba menjelaskan bahwa mereka adalah senyawa, dan mengutarakan maksud damai.
Tapi sang bayangan keras menyangkal, ia justru semakin takut pada sosok. Ia
takut seperti bayi 5 bulan dalam gendongan orang asing.
“Seburuk
itukah kau menilaiku.”
“Kau
sendiri yang mewujud buruk di hadapanku.”
Terlihat,
kian lama sosok itu semakin bingung. Apa hendaya yang mengenainya, hingga sang
bayang begitu membencinya. Ia sering lama – lama diam. Lalu, entah mungkin
bertafakur atau lainnya. Ia sadar, ia memang sekarang bukan sosok yang sering
datang pada bayangan itu dulu. Ia menjelma menjadi sosok lain, lain tak lagi
semurni bayangan itu. Sosok yang kian membiru, atau abu – abu, atau merahjambu
tak pasti. Sosok pun semakin bingung. Kemana ia akan menemukan sosoknya dahulu,
yang bayangan sangat mencintainya. Ia seperti anak kecil yang lupa jalan
pulang. Entah siapa yang membuatnya begitu. Ia tak mampu menyebutkan inisial
tersangka. Atau sekedar mengimajinasi suatu bentuk. Ia hanya terdiam, bayangan
memang pantas membencinya.
Suatu malam
ia datang pada bayangan, gelap tanpa lampu. Sehingga bayangan pun hanya
memicing menatapnya. Sosok itu menangis, “Ku mohon jangan menjauhiku.”
ia terus menangis dan bayangan itu hanya diam dalam gelap. “Aku akan kembali
pada bentuk yang kau rindu, aku berjanji.” Bayang itu masih diam. “Ku
mohon berkatalah, meski pun itu makian.” Sosok terus berkata di sela isak
tangisnya. Kemudian ia berjalan mundur seraya berkata “Aku tahu, kau tak kan
bicara sebelum menemukan sosok yang kau cari.”
n.b : jangan
berubah sahabat, aku suka kau yang sekarang. jangan berubah karena kau punya
janji padaku. tidak kecuali menjadi kupu - kupu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar