Rabu, 02 Januari 2013

Tentang Sosok & Bayang


“Kamu siapa?”
“Aku adalah kamu.”
“Bukan. Katakan kamu siapa?”

Dua kubu terus bersitegang, satu sisi ialah sebentuk bayangan dalam cermin, sisi yang lain berupa sosok, wujud yang berdiri di depan cermin. Entah, mana dari mereka yang berperan sebagai alter, mana yang host. Mereka terus saja berseteru, setiap kali sang sosok datang, si bayangan ketakutan menemukan gambar asing dalam hadapannya. Mereka, entah apa yang terjadi di antara mereka. Kadangkala, sosok itu mulai jengkel pada bayangan, dan lama – lama tak mengunjungi cermin gantung tempat bayangan bersemayam, bosan mungkin. Tapi itu tak kan berlangsung lama, ia lalu datang kembali pada kawannya, ah entah kawan atau musuh. Ia selalu mencoba menjelaskan bahwa mereka adalah senyawa, dan mengutarakan maksud damai. Tapi sang bayangan keras menyangkal, ia justru semakin takut pada sosok. Ia takut seperti bayi 5 bulan dalam gendongan orang asing.
“Seburuk itukah kau menilaiku.”
“Kau sendiri yang mewujud buruk di hadapanku.”
Terlihat, kian lama sosok itu semakin bingung. Apa hendaya yang mengenainya, hingga sang bayang begitu membencinya. Ia sering lama – lama diam. Lalu, entah mungkin bertafakur atau lainnya. Ia sadar, ia memang sekarang bukan sosok yang sering datang pada bayangan itu dulu. Ia menjelma menjadi sosok lain, lain tak lagi semurni bayangan itu. Sosok yang kian membiru, atau abu – abu, atau merahjambu tak pasti. Sosok pun semakin bingung. Kemana ia akan menemukan sosoknya dahulu, yang bayangan sangat mencintainya. Ia seperti anak kecil yang lupa jalan pulang. Entah siapa yang membuatnya begitu. Ia tak mampu menyebutkan inisial tersangka. Atau sekedar mengimajinasi suatu bentuk. Ia hanya terdiam, bayangan memang pantas membencinya.
Suatu malam ia datang pada bayangan, gelap tanpa lampu. Sehingga bayangan pun hanya memicing menatapnya. Sosok itu menangis, “Ku mohon jangan menjauhiku.” ia terus menangis dan bayangan itu hanya diam dalam gelap. “Aku akan kembali pada bentuk yang kau rindu, aku berjanji.” Bayang itu masih diam. “Ku mohon berkatalah, meski pun itu makian.” Sosok terus berkata di sela isak tangisnya. Kemudian ia berjalan mundur seraya berkata “Aku tahu, kau tak kan bicara sebelum menemukan sosok yang kau cari.”

n.b : jangan berubah sahabat, aku suka kau yang sekarang. jangan berubah karena kau punya janji padaku. tidak kecuali menjadi kupu - kupu

Tidak ada komentar: