Dulu aku ingin menjual adikku seperti ini |
“Hai adik
tetangga” kataku menggodamu
“Hai kakak
palsu” sautmu.
“Hai
njela…sana pergi ke rumah tetangga.
pergi anak tetangga. pergi anak tetangga. hahahaha.” aku mencibir
memainkan lidahku menggodamu.
“ibuuuuuk.
Mbak Njleput nakaaal huhuhuhu” kemudian kamu menangis kea rah ibuk . Lalu aku
sembunyi di belakang pintu.
Hahahaha. Kau
boleh tertawa sekarang. Aku tak kan menggodamu lagi. Kau, monster perusak rumah
mainanku, empat belas tahun lalu aku terkejut, mengapa kau yang datang. Aku
selalu minta pada Allah adik laki – laki. Hahaha. Kenapa kau yang datang.
Aku selalu
berpikir ibu lebih sayang padamu. Dan kau selalu berkata padaku “Kau beruntung
jadi anak kesayangan ibu.” kita aneh. Ya kita aneh, di saat orang –orang selalu
rukun dengan adik atau kakak mereka. kenapa kita selalu sibut bertengkar.
Tentang siapa yang akan menyiram bunga, tentang kaus kaki ku yang kau hilangkan
satu, tetang siapa yang akan melipat selimut. hahaha. Sehingga ketika waktu kau
bilang kau rindu aku. Aku hampir pingsan. hehehe
Hari ini kau
ulang tahun ya…aku tidak menyangka, vitamin yang disiramkan ibu padamu lebih
manjur sehingga kini kau membesar melebihiku. Dulu sewaktu kecil, saat kita
berebut perhatian abi, aku pasti yang akan menang. Karena kau kecil. Tapi
monster, ah kenapa kau lebih cepat tumbuh. Aku tak bisa lagi menganiayamu
dengan mudah sekarang.
Ah,
terkadang, kau sangat menyebalkan. meminjam sandalku dan pulang –pulang tinggal
satu, kau meninggalkan bungkus ciki di kamar kita, kau meninggalkan jemuran
basah di dalam mesin cuci sehingga membuatku harus rela menjemur pakaianmu yang
berjibun. Tapi kau, aah…kau merapikan kamar yang terbiasa berantakan itu ketika
aku pulang. Membelikanku bakso goreng sepulang sekolah. Kau telah menungguku di
atas bebek putih itu setibaku turun dari
atas bis. Ahh…kita selalu bertengkar tapi kita saling melindungi dengan sembunyi
– sembunyi.
Dulu aku
berpikir, kalau saja ada penjual bayi, aku akan menjualmu karena aku malas
menjagamu yang suka berkeliaran di rumah tetangga. Tapi kalau saja dulu aku
jadi menjualmu, tidak akan ada adik perempuan yang kugodai saat ia mulai
belajar dandan. Tidak ada teman join jilbab. Tidak ada sekutu dalam rangka
merayu abi untuk wisata keluarga ke tempat – tempat indah. Untunglah… hehe
Kau tumbuh,
lebih baik dari aku. Kau tumbuh di saat abi telah lebih mampu berdiri, sehingga
membaiklah karena itu. Kakak tidak terlalu bisa membuat abi bangga, buatlah abi
bangga lebih dari yang kakak lakukan. Kalau pun kau harus merantau lebih awal.
Pergi lah, dunia luar itu begitu indah. Kau akan menemui warna pelangi tak
sekedar mejikuhibiniu. Indah…gapailah mimpimu sayang. Kau lebih siap amunisi
daripada kakak, kalahkan musuhmu, jangan biarkan hal – hal remeh mengalahkanmu.
Cinta…ah simpan dulu itu, biar ia tumbuh seperti teratai, tersembunyi namun
sangat indah. Orang – orang akan tercengang saat melihatnya kemudian.
Barakallah
fii ‘umrik, uhibbuki fillah ya ukhty…
Mari bersama
– sama membawa keluarga kita menuju surga.
amin :))
Dear : Nala
Nafilata Fadilah
Sincerely :
Me, Your old Sister, Futri
Nala & me |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar