Senin, 26 November 2012

Izinkan aku meminjam cintamu, wahai Salman (1)


 
Apakah arti cinta bagimu?
Seseorang menjawab,  “cinta adalah persahabatan.”
Apakah arti cinta bagimu?
“Cinta adalah katika kau merasa cemburu jika yang kau cintai mendua, cinta adalah rindu jika lama tak bersua.”  Jawab yang lainnya.
Cinta. Apa itu cinta?
Coba Tanya pada sahabat Rasulullah Salman Alfarisi. Kita akan memperoleh jawaban yang tidak pernah kita kira.
            Pemuda tampan keturunan Persia itu adalah Salman. Saat ini ia sedang jatuh hati pada seorang akhwat Madinah (mungkin akhwatnya bisa digambarkan seperti saya *plaaaak). Bagi Salman, tidak ada ikatan lain yang diridhoi Allah kecuali pernikahan. Namun ada sesuatu yang merisaukan hatinya. Dia adalah pendatang di negeri Madinah, mana mungkin ia berani dengan lancang melamar gadis pribumi. Itu bukan aral besar, Salman bisa membuktikan jiwa pemberani sebagai lelaki sejati. Ia mendatangi sababatnya dari golongan Anshar (orang Madinah). Sebutlah dia Abu Darda’. Seorang ahli ibadah yang tidak diragukan lagi.

“Subhannallah wal Hamdulillah ! Ayo saudaraku, mari ku antar menemui ayah gadis itu.” Girang Abu Darda’ menyambut niat Salman. 
Setelah menyelesaikan beberapa persiapan, dua sahabat itu segera mendatangi rumah gadis tersebut.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia.  Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah member isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Haaa what,????  lihat saudara saudara, bagaimana perasaan kita, jika seorang yang kita suka, kemudian dengan mengerahkan seluruh keberanian kita beranikan diri mengatakan cinta , bahkan dibela – belain minta bantuan teman. Dia menolak dan mengatakan, “Jika temanmu yang melamar, maka jawabannya adalah Iya.”  Saya tahu, mungkin rasanya seperti jatuh dari gunung merapi, terlempar ke semudera hindia, dan tersesat di dalam istana roro kidul. sakit sakit sakit. Tapi tunggu dulu!! bagaimana reaksi Salman?
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi
pernikahan kalian!”
???
ckckckck Subhannallah, terbuat dari apa hati Salman itu ya Allah, bukan hanya merelakan orang yang ia cintai, namun direlakannya pula mahar dan persiapan pernikahan. Salman…bagaimana ia mengartikan cinta itu sebagai Ta’liful Qulub (ikatan hati) yang bukan karena nafsu ingin memiliki. Bukan ajang hebat – hebatan karena telah berhasil mendapatkan hati sang terkasih, bukan. Ia mengutamakan ukhuwah, mengutamakan Allah. Bahkan kita tidak tahu bagaimana hatinya sedemikian ia tata, ia bahkan memberikan maharnya untuk sahabatnya. Oh Tuhan…Adakah Salman akhir zaman.
Marilah kawan kita tanamkan cinta semurni cinta Salam di hati kita, cinta yang mengutamakan redha Allah. Hal ini bukan hanya untuk lawan jenis, cinta pada saudari kita pula…Cinta yang redha jika yang dicintainya bahagia, cinta yang berkorban bukan menuntut pengorbanan. Salman, saya ingin memiliki cinta seperti cintamu, maka Salman, pinjimi aku cintamu…untuk ikhlas, untuk redha, untuk mengatakan, “aku mencintaimu benar karena Allah” :))


Tidak ada komentar: