Apakah arti cinta bagimu?
Seseorang menjawab, “cinta adalah persahabatan.”
Apakah arti cinta bagimu?
“Cinta adalah katika kau merasa
cemburu jika yang kau cintai mendua, cinta adalah rindu jika lama tak bersua.” Jawab yang lainnya.
Cinta. Apa itu cinta?
Coba Tanya pada sahabat Rasulullah
Salman Alfarisi. Kita akan memperoleh jawaban yang tidak pernah kita kira.
Pemuda
tampan keturunan Persia itu adalah Salman. Saat ini ia sedang jatuh hati pada
seorang akhwat Madinah (mungkin akhwatnya bisa digambarkan seperti saya
*plaaaak). Bagi Salman, tidak ada ikatan lain yang diridhoi Allah kecuali
pernikahan. Namun ada sesuatu yang merisaukan hatinya. Dia adalah pendatang di
negeri Madinah, mana mungkin ia berani dengan lancang melamar gadis pribumi.
Itu bukan aral besar, Salman bisa membuktikan jiwa pemberani sebagai lelaki
sejati. Ia mendatangi sababatnya dari golongan Anshar (orang Madinah). Sebutlah
dia Abu Darda’. Seorang ahli ibadah yang tidak diragukan lagi.
“Subhannallah wal Hamdulillah ! Ayo
saudaraku, mari ku antar menemui ayah gadis itu.” Girang Abu Darda’ menyambut
niat Salman.
Setelah menyelesaikan beberapa
persiapan, dua sahabat itu segera mendatangi rumah gadis tersebut.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini
adalah saudara saya Salman seorang Persia.
Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan
Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi
Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai
ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda
untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang
paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap
tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah
kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang
utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”
Tuan rumah member isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti
dengan segala debar hati.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Haaa what,???? lihat saudara saudara, bagaimana perasaan
kita, jika seorang yang kita suka, kemudian dengan mengerahkan seluruh
keberanian kita beranikan diri mengatakan cinta , bahkan dibela – belain minta
bantuan teman. Dia menolak dan mengatakan, “Jika temanmu yang melamar, maka
jawabannya adalah Iya.” Saya tahu,
mungkin rasanya seperti jatuh dari gunung merapi, terlempar ke semudera hindia,
dan tersesat di dalam istana roro kidul. sakit sakit sakit. Tapi tunggu dulu!!
bagaimana reaksi Salman?
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua
mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan
aku akan menjadi saksi
pernikahan kalian!”
???
pernikahan kalian!”
???
ckckckck Subhannallah, terbuat dari
apa hati Salman itu ya Allah, bukan hanya merelakan orang yang ia cintai, namun
direlakannya pula mahar dan persiapan pernikahan. Salman…bagaimana ia
mengartikan cinta itu sebagai Ta’liful Qulub (ikatan hati) yang bukan karena
nafsu ingin memiliki. Bukan ajang hebat – hebatan karena telah berhasil
mendapatkan hati sang terkasih, bukan. Ia mengutamakan ukhuwah, mengutamakan
Allah. Bahkan kita tidak tahu bagaimana hatinya sedemikian ia tata, ia bahkan
memberikan maharnya untuk sahabatnya. Oh Tuhan…Adakah Salman akhir zaman.
Marilah kawan kita tanamkan cinta semurni
cinta Salam di hati kita, cinta yang mengutamakan redha Allah. Hal ini bukan
hanya untuk lawan jenis, cinta pada saudari kita pula…Cinta yang redha jika
yang dicintainya bahagia, cinta yang berkorban bukan menuntut pengorbanan.
Salman, saya ingin memiliki cinta seperti cintamu, maka Salman, pinjimi aku
cintamu…untuk ikhlas, untuk redha, untuk mengatakan, “aku mencintaimu benar
karena Allah” :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar