Senin, 04 Januari 2016

Mengelola Rasa



Hi World! Maaf atas ketidak nongolan hampir setahun ini. Hari ini aku ingin memperkenalkan buku baruku yang diterbitkan oleh Quanta Elekmedia Komputindo. Judul a da lah....

telah tersedia di TB Gramedia @Rp. 47.800



Buku ini ada untuk bersama belajar mengelola rasa. Rasa cinta yang hadirnya sering tanpa sengaja dan bandelnya luar biasa, agar tetap pada batasnya, agar mampu menyikapinya, agar tak turut tersesat dalam kubangan maksiat, tapi terus berjalan dalam koridor taat. Tidak melalui banyak teori, karena kita tahu teori tentang cinta selalu tidak valid, karena kita tau teori cinta adalah tidak ada teori.



SINOPSIS
Kalau sedang jatuh cinta, tidak apa-apa, jatuhlah. Tapi jatuhlah seperti cara hujan, jatuh yang menumbuhkan.

Banyak yang mengatakan, bangunlah cinta, jangan jatuh cinta. Tapi siapa yang dengan mudah bisa membangun di hati yang masih amburadul. Buku ini, adalah untuk kami yang ibadahnya belum selangit, tapi berupaya bangun setelah peristiwa jatuh cinta. Karena bangun ketika pada awalnya kita tidak jatuh itu mudah, yang sulit adalah bangun dari peristiwa jatuh. Kami harus merayu paksa perasaan kami yang diluluh-lantakkan oleh hati kami sendiri, kami harus pontang-panting mengerahkan segenap kekuatan untuk bangun dan bertumbuh, karena meski kadang bermasiat, kami berupaya membentengi diri dari agar tetap berjalan pada koridor taat.
Cinta adalah anugerah, yang datang bukan untuk dilarang. Cinta adalah hak asazi rasa, biarlah kita menemukan cara untuk mengelola. Meski ada rasa dalam dada, walau terselip cinta dalam hati, semoga Dia senantiasa kami taati.
Cinta adalah fitrah. Tapi  kita selalu memiliki kesempatan mengelola rasa agar tetap terarah.


Bila menginginkan buku ini bisa langsung ke toko buku online atau hub. wa 085755101223

Kamis, 26 Februari 2015

Barangkali yang Indah



Barangkali, suatu saat Allah akan menjebak kita untuk jatuh cinta. Pada suatu hari yang awalnya tidak ingin kita lalui. Pada seseorang yang tidak  kusangka akan bertemu dengannya. Dalam sebuah tempat yang barangkali awalnya sangat tidak ingin kita datangi. Allah akan menitipkan kepada seseorang, sebuah rasa untuk kita seorang yang -bahkan jika menggunakan istilah hiperbola- tidak mempan jika dilakukan siapa pun di dunia ini.

Selanjutnya, seolah alam berkonspirasi mulai menyusun potongan kisah. Mengambil sekeping-sekeping mozaik yang tercecer sejauh ini. Barangkali dengan tiba-tiba, kita akan digerakan oleh sebuah kekuatan di luar nalar. Jalan terbentang, Allah melembutkan hati-hati di sekeliling kita untuk merestui. Tentang seseorang, yang sangat takut kusebut namanya dalam doa pun. Tapi aku lupa, Allah mendengar apa yang tidak aku katakan.

Kita akan menapak sebuah jalan yang orang-orang sebut pernikahan. Dengan seseorang yang selanjutnya membuat kita sadar : Allah terlampau. Meski dengan kekurangannya, dan serba keterbalikannya dengan kita. Persis cara Yin terhadap Yang, dia menyeimbangkan.
Barangkali benar, pernikahan tak pernah mudah. Dia mungkin saja menjadi orang paling keras kepala untuk kita takhlukkan. Semua bisa saja menjadi begitu sulit. tapi jika mau belajar, dialah orang yang karenanya kita mau belajar lebih banyak lagi. Dia barangkali menjadi manusia paling sulit, tapi paling ingin kita bahagiakan. Melakukan hal seremeh apa pun mempertimbangkan perasaannya, dan memperlakukannya lebih special dari siapa pun di bumi ini.

Kita (kamu dan dia) akan terus menua. Jika kita hidup dengan baik, kita akan saling jatuh cinta setiap hari. Bukan karena apa, tapi karena kita sama-sama tahu bahwa cinta bukan untuk dicari, tapi untuk diciptakan. Lalu pelan-pelan kita sadar, kuasa Allah mengatur segalanya. Kekuranganmu di sisi ini, untuk melengkapi kekurangannya di sisi yang lain, terus seperti itu.

Lalu kita sama-sama menyadari, kesuksesan keluarga telah kita miliki jauh-jauh hari. Kita sudah sukses, hanya kita belum sadar. Bahwa sejauh kita berhasil membanyakkan terimakasih atas apa yang Allah beri, kita akan menjadi orang yang paling sukses.

Hingga pada ujungnya, ketika kita sama-sama benar-benar tua. Hal yang diam-diam kita khawatirkan adalah kehilangan satu sama lain : itu lebih menakutkan dari sebuah kematian itu sendiri. Mungkin kita akan saling berharap, agar mati lebih dahulu saja agar tak perlu mengalami sakitnya kehilangan. Kita akan takut, takut, takut sekali berpisah. Hingga kita berdoa, berdoa, dan berdoa. Bukan untuk dijauhkan dari kematian, tapi disatukan kembali setelah melalui kematian, di sebuah alam keabadian : surge-Nya Yangmaha Agung.
Pada akhirnya kita sama-sama sadar, saling mengingatkan, menguatkan, membaik satu sama lain. Agar Allah berbaik hati mengumpulkan kita di Jannah-Nya.

Blitar, 26 Februari 2015

Membahagiakan Perempuan



Write her a letter, send her a flower, love only gets old if you let it” William Chapman

Bahagia itu sederhana, apalagi bagi perempuan. Jika tahu seninya, cukup mudah membahagiakan makhluk yang katanya perasa itu. Several days ago, teman saya cerita yang intinya kira-kira seperti ini : Andai laki-laki tahu, hadiah paling mahal bagi perempuan adalah waktu. Menganggapnya ada dengan selalu memberi kabar adalah lebih menyentuh daripada sepatu atau baju mahal yang di bungkus tas tenteng kertas.
Ini membuat saya berpikir, sederhana dan nriman sekali sih perempuan, hahaha. Tapi tidak salah, kurang lebih memang seperti itu. Paling tidak bagi perempuan yang masih berhati perempuan. Hal itulah kemudian membuat saya berinisitif membocorkan beberapa hal lain yang sederhana namun berhasil membuat seorang perempuan bahagia. Sederhana, lebih sederhana dari sekedar sebuah surat atau seikat bouquet mawar seperti kutipan William Chapman di atas.

©      Waktu
Sudah saya gambarkan di atas, betapa pentingnya waktu bagi perempuan. Waktu itu = kamu penting buat aku = kamu baik-baik saja kan atau jangan khawatir aku baik-baik saja. Dan segala jenis perhatian bisa terangkum dengan memberi waktu. Jika memang tidak bisa memberi waktu banyak, usahakan merelakan sedikit waktu mu untuk memberi kabar. Itulah akhirnya saya tahu kenapa Ibuk saya sering uring-uringan ketika Ayah keluar pulang larut ndak bilang-bilang, padahal Ibuk tahu kemana Ayah setiap harinya (ke pengajian :D )

©      Ucapan Maaf
Barangkali memang benar jika perempuan adalah makhluk yang emosional. Bahagianya mudah tapi sedih atau marah  juga tidak kalah mudah dengan hal-hal sepele. Tapi cukup mudah membeli hati perempuan dengan penjelasan yang diawali dengan kata “maaf, aku yang salah.” “maaf, buat kamu menunggu.” “maaf, buat kamu khawatir.” Kalimat itu sepele tapi lumayan mampu membeli hati perempuan. Ia mungkin tak langsung bilang “Iya, aku maafin.” tapi akan membuat si yang kena marah lebih mudah menjelaskan perkara atau duduk masalahnya. Tentunya asal nggak sering-sering salah lagi dan lagi lalu minta maaf. Bisa nggak mempan kata di atas.

©      Diperjuangkan
Itulah mengapa saya setuju dengan kalimat novelis Tereliye “Jika harus memilih, sebaiknya perempuan menikah yang mencintainya daripada yang dicintainya.” Ingat pilihannya cuma dua (mencintai atau dicintai). Mengapa? Karena perempuan itu mudah tersentuh, mudah luluh, apalagi melihat seseorang  telah berkorban banyak hal untuk dia. Itulah mengapa, ada cerita awalnya perempuan enggak mau sama si laki-laki. Tapi karena si laki-laki gigih deketi dia, akhirnya klepek-klepek ahaha. Cerita itu adalah kisah Raffi dan Gigi.

©      Perhatian
Perempuan adalah ahli sejarah, ia pengingat yang baik. Terutama untuk hal yang berkaitan dengan emosinya. Mengingat sedikit hal kecil tentangnya akan membuat perempuan bahagia. “Aku bawakan martabak, acarnya nggak pake wortel, seperti kesukaanmu, kan?” Hmm bagi perempuan, meskipun martabaknya beli di depan gang, udah berasa belinya di Prancis. Ingat hal-hal kecil tentangnya, maka hatinya akan sepenuhnya milikmu.

Mungkin itulah hal-hal yang bisa saya simpulkan tentang hal kecil yang bisa membuat perempuan bahagia. Lepas benar atau salah, hanya pendapat. Manusia adalah makhluk yang relative dan banyak hal sering lebih beragam. Itulah pendapat saya, kalian boleh beda (boleh banget J)

Blitar, 11 Januari 2015

Rabu, 24 Desember 2014

Tenang, Kau Punya Allah


Allah, dengan ini. Biarlah pelan-pelan kami lepaskan. Apa yang dipegang erat-erat oleh hati. Biar Engkau yang memelihara. Semoga segalanya selalu terjaga, dengan segenap definisi indah. Di dalam asuhan kekuatan iman.

Saya ingat kata-kata Ustadz Yusuf Mansur. Berapa pun kita punya uang, biasakan beli sesuatu dengan doa. Seberapa pun yakin kita, minta pertimbangan Allah dengan doa. Karena segala sesuatu bisa saja bermuara menuju tempat yang tak pernah kita kira-kira. Munkin inilah ilmu tauhid secara sederhana. Tentang ke-esa-an Allah, tentang ke-hamba-an manusia. Tiada daya dan kekuatan, selain daripada Allah yang menjagakan.
Saya menulis ini untuk seorang kawan. Semoga Allah memberinya kekuatan, lebih banyak dari yang pernah ia perkirakan. Memberinya hati yang semakin kokoh, iman yang semakin lurus, dan harapan yang senantiasa terbit. Semoga waktu berlipat-lipat dalam bekerja, membasuh luka subuh kemarin dengan segera.
Hakikat mencintai adalah merelakan. Baik, meskipun ini terdengar menyedihkan. Mari kita memakai kacamata Tuhan, memakai sisi pandang atau cara berpikir jitu seorang guru. Mengapa mereka? Saya tidak berupaya menyamakan mereka. Tidak sedang menyamakan Tuhan dengan guru. Tapi sering kali kepada mereka lah kita salah dalam berprasangka. Paling tidak, mereka seringkali melakukan hal terkadang sulit sekali kita mengerti. Apa mau mereka?
Kawan, mengapa Tuhan diam saja ketika semua hal menyakitkan itu terjadi? Mengapa tidak Dia keluarkan kekuatan Mahadaya milik-Nya untuk melindungi kita dari hal-hal yang menyedihkan. Mengapa tidak Dia jaga kita jika Dia sayang pada hamba-Nya? Bukan kah kita adalah hamba yang senantiasa berusaha taat? jungkir balik menjaga iman dan sekuat tenaga menahan godaan setan demi bukti kita cinta pada-Nya. Lalu?
Begini, kau pernah ikut ujian? entah kenaikan kelas atau perpindahan semester. Dimana guru kita saat soal-soal sulit di bagikan? dia diam di pojok ruangan. Dia tidak merecoki ujianmu dengan memberi tahu jawaban karena yakin. Kau cukup pintar untuk melaluinya. Karena membantumu hanya akan merecoki kemampuanmu menuntaskan jawaban. Ingat, guru yang baik tidak akan melakukan hal bodoh dengan membocorimu jawaban sebelum kau tau soal. Itu tidak mendidik, bukan?
Ahh apa aku terlalu muluk-muluk dan sok tahu menjelaskan ini. Sederhana saja, bisik kan pada telingamu sendiri. “Tenang, kau punya Allah.” Dia diam, seperti diamnya guru di pojok kelas. Semoga kau baik-baik dan lulus ujian. Naik ke kelas baru dengan harapan yang lebih bersinar. Yang perlu kau ingat: harapan itu kewajaran, mimpi itu keharusan, doa itu  kewajiban. Tapi yang paling utama dari semua itu adalah penerimaanmu, kerelaanmu, keikhlasanmu atas segala keputusan Allah.

Blitar, 21 Desember 2014