Sabtu, 14 September 2013

Beri Sedikit Ruang

Berilah sedikit ruang untuk kerinduan, biarlah ia menunjukkan kebaikan yang luput terlihat kala berdekatan. Selalu ada bagian saat kita bersama yang menyesakkan dada, lalu biarlah kerinduan memupuskannya. Biarkan sejenak kita tercekik perasaan sepi, agar kita sadar berapa harga yang patut kita bayar untuk sebuah kebersamaan.

Minggu – minggu pertama setelah pe-rolling-an selalu seperti ini. Mungkin aku, yang dasarnya melankolis selalu seolah – olah tidak bisa bertemu kalian lagi. Padahal, heloo…kita masih kuliah di kampus yang sama, tinggal di asrama MY club ter cintah ini juga, cuman beda rumah aja, cuman beda beberapa gang aja. Tetapi, kerinduan memang telah menempati celahnya. Ia menjadikan moment mengingat kalian menjadi begitu indah, padahal dulu seringnya berantem, apalagi sama penghuni kamar 3 (Ayu, red), padahal dulu seringnya sebel kalo – kalo kalian mandinya lama, atau kalian nyuci baju terus – terusan sampai nggak dapat tempat buat jemur. ahh….memang kerinduan, membuat yang dulunya menyebalkan menjadi saat paling indah.
Aku tahu, setiap orang cuman satu dan nggak ada yang sama, begitu juga kalian bidadari – bidadari khonsa. Dan ini seperti sebuah pemahaman baru bagiku, bahwa setiap orang itu mempunyai sisi istimewa mereka, yang ketika  berjarak pasti itu yag kita ingat. Kakak Dyah, bu mas’ul yang cantik jelita tapi juga alay-nya nggak ketulungan, yang kemudian membawa kita menjadi asrama paling ceria, yang selalu datang dengan nggak capeknya bercerita panjang kali lebar kali tinggi, seperjuangan buat syuro (rapat, red) kemana – mana, nebengin, ngajak jalan, ngajak nge-mal, tapi juga seperjuangan bangun malam – malam, sholat terus paginya nyiapin tempat buat rapat. Ahh setiap orang cuma satu, begitu juga kakak Dyah-ku.
Lalu Ayu, kenapa pula ya tukang tambal ban depan indomart pake panggil kita mbak kembar gara – gara sama pake jaket merahnya, padahal kan cantikan aku. Makasih Ayu, masih sering nengokin meskipun udah pindah rumah, dulu panggilnya “ciput” sekarang “beb” muahahaha. Ayu yang baik, udah kaya kakak sendiri, yag suka tak suruh-suruh ngambilin handuk yang ketinggalan, yang paling sering dijadiin tempat sampah sama futri, yang selalu dan paling sering ngajak berantem bahkan cuman gara – gara garam dapur. Ayu baik – baik ya, semoga Allah selalu sayang Ayu.
Mina sang surya, alias ukhti mince. Yang meski pun kadang sebel banget saat anti nggak nyambung kalo diajak ngomong, tapi Mina selalu jadi penghibur setia bagi kita, koki yang baik, yang bicaranya khas banget lamongannya. Kangen deh ukh. Lalu dek Wid kecil yang imut, suka banget ingat – ingat waktu kita sering begadang gara – gara browsingin cerita – cerita sejarah, kita sealiran banget suka Disney. Makasih dek Wid, Mbak Futri jadi nambah banyak vocab-nya kalo sama dek Wid. Andai ada yang bisa membawa kita ke Neverland seperti Peter Pan ya.

Banyak sekali kenangan tentang kalian, di rumah kecil kita yang ceria, rukun, aman tentram. Yang pada suka travelling, bagaimana bisa kita memutuskan pergi ke Bromo cuman dalam waktu seminggu. Apalagi ke Kelud cuman tiga hari. Banyak sekali hal indah tentang kalian. Yang juara umum U-cup, yang paling nggak mau telat kalo Kanvas. ahh kalian, Dek Fitri yang jago masak teman seperjuangan di BEM yang semangat sekali, Mbak Futri salut sama semangatnya dek Fitri, Dek Ula sang sleeping beauty yang kalo pulang kampong bawa jajan banyak. Dek Fierda, yang kalo kita ngomong harus pake EyD (Ejaan yang Disempurnakan) yang istiqomah selalu dalam kebaikan, Dek Dahlia yang rame, yang giat bekerja, yang kadang bawain makanan waktu pulang ngelesin. Kalian telah memiliki celah di hatiku untuk menempati sesuatu yang bernama kerinduan. Kalian hanya satu. Dan Istimewa, tapi kita akan menemukan orang – orang istimewa lain di dekat kita, percaya lah itu. Semua selalu sulit di awal. Karena hanya waktu yang mampu menjelaskan tentang keberartian seseorang. Keep Istiqomah semua, tetep jaga sholat malamnya ya, puasa senin – kamis yang udah pada keren, lanjuuuuut :D. Semoga Allah menyatukan lagi kita di surganya aamiin

Berhitung

Berhitung

“Bagaimana.”
“Hmmmmm…?”
“Bagaimana jika orang yang kau suka berjodoh dengan orang lain.”
Fai sempurna menolehku, menyelidik sedikit kea rah mataku, lalu berjalan tanpa memedulikanku. Kami sibuk dalam pikiran masing – masing.
“Kau tidak perlu bersusah payah mencari jawabannya di otakmu, Fai.” Sepuluh menit keterdiamannya mengangguku. “Aku hanya ingin mengucapkan apa yang terlalu sesak di hati, membuangnya sedikit ke tempat sampah. Bukan kah kau selalu bangga menjadi tong sampah ajaib.”
Fai masih diam, berjalan lebih pelan. Ia seperti benar – benar tidak merasakan kehadiranku. Aku bahkan sempat memastikan apakah kakiku masih menyentuh tanah. Fai masih terus berdiam. Sebegitukahnya dia memikirkan kata – kataku.
“Aku tidak bertanya tentang diriku, Fai.” Drama dimulai.
Fai menoleh, “Manusia selalu bodoh dengan matematika. Bahkan jika itu ilmuan sekali pun, ia tidak akan mampu mengkalkulasi misteri Tuhan. Karena itulah, jangan buru – buru terlalu menyukai makhluk. Karena kita tak akan bisa menafsirkan, apakah di langit sana, tertulis namamu dalam bukunya. Bukan kah kita tidak pernah diperintah mencintai orang lain. Lalu, apakah kita akan menyalahkan Tuhan tentang rencanaNya.”
Sekarang aku yang diam. Menjejali otak dengan puluhan pertanyaan.
“Kau tidak sedang ketakutan jika aku berjodoh dengan orang lain, bukan?”
“………..”
“Kau melupakan satu hal, Fai.” Kataku kemudian, aku tidak mau menanggapi gurauannya. Fai selalu begitu, mencairkan suasana dengan memojokkan lawan bicara. Bicara dengan begitu bijak dengan ending yang sangat menjengkelkan pendengarnya. Fai, ia teman baikku. Entah mengapa nama kami hampir sama. Aku Fay. Faya. Dan dia, Fai. Faizal. Aku suka sekali berbicara dengannya. Meskipun aku belum pernah mengaku jika dia bijak. Tapi entah, dia adalah tong sampah yang baik. Dia selalu menampangkan langit cerah di wajahnya. Sayangnya, Fai adalah phlegmatic. Ia pintar sekali menyimpan rapi apa yang terjadi dalam otak dan hatinya.
“Kau pasti akan membela diri jika dalam menyukai orang lain pun ada misteri yang tak bisa kau pecahkan.” Balas Fai cepat – cepat. “Kau selalu lupa, kau seharusnya berterima kasih pada dia.” Fai tersenyum puas.
“Dia?”
“Iya, dia yang kau sukai itu. Setidaknya, dengan dia berjodoh denga orang lain, kau bisa belajar menguatkan hatimu. Hingga suatu saat, ketika kau menemukan separuh hati yang telah lama ditakdirkan bersamamu. Kalian akan menjadi kesatuan yang benar – benar kokoh.”
Aku tersenyum. Okay Fai. Kau banyak benarnya.
“Jangan, Fay.” Katanya kemudian.
“Hah?”
“Jangan memintaku menggantikan orang yang berjodoh dengan orang lain itu.”

Bukuku sempurna menggeplak bahunya.

Minggu, 18 Agustus 2013

ERDOGAN, 17 Agustus 2013

Saya sungguh mengutuk serangan atas tempat ibadah, apakah itu masjid atau gereja, karena itu TEMPAT SUCI. Mereka telah membakar, menghancurkan tempat-tempat ibadah di Suriah dan Mesir. Apakah itu Bashar ataupun Sisi, tidak ada bedanya mereka. Tidak akan diselamatkan orang-orang zalim.
Orang-orang yang mengatakan “Kami meminta pilihan suara kami dihormati, kini disebut TERORIS.” Tetapi perlu saya tegaskan bahwa TERORISME NEGARA tengah terjadi di Mesir.
Kini di Mesir hanya ada dua jalan: Mereka yang mengikuti Fir’aun dan mereka yang berpihak kepada Musa. Sejarah yang akan menunjukkan siapa pemenangnya.
Mereka yang diam atas kudeta di Mesir TIDAK PANTAS berkhotbah tentang demokrasi kelak. Dewan Keamanan, Uni Eropa dan OKI terlampau malu melihat dirinya dalam cermin karena sikap mereka (yang diam) atas kudeta dan pembantaian atas aksi  damai. Mereka yang TERUS diam, setuju dan bahkan mendorong PEMBANTAIAN sungguh darah para demonstran telah menutupi KESADARAN (mata hati) MEREKA.
Mereka (negara-negara Teluk dan AS) yang mengucurkan 16 milyar dollar untuk rejim kudeta Mesir maka mereka adalah partner dalam kejahatan.
Saya ajak para perusak tempat ibadah untuk rasional. Saya serukan kepada semua pihak. Tapi lihat konspirasi apa yang tengah dimainkan: Ketika Ikhwanul Muslimin melindungi gereja, mereka sebaliknya mengatakan: “Ikhwanul Muslimin membakar 30 gereja.” Padahal faktanya, merekalah yang melindungi gereja.”
#Fir’aun dan Bala Tentaranya akan Jatuh (Erdogan mengangkat jari empat simbol duka atas pembantaian di Raba’a al Adawiyya).                                          Sumber: wordbulletin, HurriyetEnglish.

Rabu, 17 Juli 2013

Tentang Dua



Bukan kah hidup hanya tentang dua.”
Dua?” Aku menoleh, wajahnya takzim menatap langit sore Paddington, di sana burung gereja riuh bercicit, mungkin itu nyanyian pulang mereka.
Ya, dua. Satu mengambil kesempatan, yang lainmelewatkannya.”
Bukannya tiga?” Jawabku cepat, bahkan tanpa terskenario otakku.
Tiga?” Ia balik bertanya, matanya masih tertuju kerumunan burung gereja.
Sisanya adalah penyesalan. Adakah sesuatu yang lebih kita sesalkan selain kesempatan emas yang terabaikan.” huff…
Ia menoleh ke arahku, mungkin terkejut dengan jawabanku. Aku bukan tipe filsuf sepertinya. Dan teorinya hari ini terevisi olehku. Ini aneh memang, aku juga bingung.
Dan yang lebih menyedihkan, kau tak pernah peka tentang sesuatu bernama kesempatan itu.” tambahku.
Hhhh….Ia tergelak. “Kau punya bakat berfilsafah.” Katanya kemudian, “Aku bahkan tidak terpikir tentang hal ke-3 itu.”
Karena kau belum pernah merasakan teramat menyesali sesuatu.” Jawabku ragu kemudian takut. Takut umpan balik yang akan ia berikan. Takut aku akan membeberkan sesuatu yang kurahasiakan.
Tapi ia hanya diam, aku juga. Kami sibuk dalam pikiran masing – masing.
Kau akan tidak akan pernah menyesalinya lagi jika kau memiliki sesuatu.”
Apa itu?” seperti biasa, aku selalu terpancing untuk bertanya.
Keyakinan.” Ia masih memandang burung gereja yang kini tinggal beberapa. “Jika kau yakin pada Tuhanmu, Ia kan memberitahumu radar kesempatan itu. Ia akan membuatmu begitu cemas jika tak memedulikannya. Bahkan Ia akan mengatur cara, agar kau bisa mengambilnya dengan jalan terbaik. Kau tahu apa yang sangat membuatku ketakutan?”
Apa?”
Ketika aku tak mepertimbangkan Tuhan dalam memilih.”
Kali ini aku yang hanya diam, ia terus bergeming, entah tentang apa. Aku sudah sibuk merutuk beberapa hal di masa lalu.


Blitar, 22:45 17072013
Aku punya rencana, tapi rencana Allah lebih baik untukku :')



Rabu, 10 Juli 2013

-

Elegy
sampai kapan kita akan bernyanyi seperti ini
mendiami nada – nada yang tak teringinkan
bercanda, tertawa, pada birama yang berbeda
sulit sekali meletakkan jemari pada tuts yang tepat
hingga setiap langkah kita seirama, sulit
sesulit mengerti rencana Tuhan tentang kita
walaupun dawai memaksa, pada keputusannya
kita masih berbeda mengalun nada
mengapa?
mungkin karena gubahanmu memaksaku bermain pada nada tinggi,
aku tak mampu, atau terlalu rendah kau bila mengikutiku,
kau tak mau, pasti.
sudahlah, kita ikuti saja permainannya…
meski dalam elegy yang terpaksa untuk dinikmati
seperti do yang kehilangan si, ia tiada…

11:55 pm < Surabaya 7 juli 2013


Quince
Aku menyukaimu, ini tak berlebihan bukan?
aku menyukaimu tanpa sengaja
saat aku mengintip dari kelompak mama
dahan kekarmu menaungi kami pada siang yang terik
kau selalu bilang, ah aku tidak merasa
mungkin seperti itulah kau tak merasa kusukai
aku menyukaimu dan ini tak sederhana
aku tahu, matahari terlalu kejam untuk kita
ia mampu membakarmu, lalu menjadikanmu kerontang tak bernyawa
namun jika nanti sampai pada saat itu
aku akan tetap menyukaimu
dengan tidak peduli seperti saat dahanmu memeluk warna merah jambuku
hujan, selalu bukan alasan baginya

Surabaya, 8 Juli 2013


Hujan
aku ingin bilang
Hujan
aku ingin bilang
Hujan
aku ingin bilang
Hujan
aku ingin bilang
aku ingin bilang
bahwa…..
tidak jadi…….

SBY, 8 Juli 2013


Hujan…
ini rasa yang tertahan kemarin
ada negosiasi dengan hati
bahwa aku boleh mengatakan padamu
hujan, kenapa kau selalu datang berbanyak
membuatku tak mengerti…
sama tak mengertinya hati pada persepsi
yang kerap membenarkan bahwa rasa itu adalah cinta
jangan membelanya hujan, ku mohon
aku sudah cukup habis kehilangan teman
ketika semua kenyataan berpihak padanya
terkadang, aku mencari dalam kotak pencil
disana adakah penyusut..
aku ingin menghilang untuk tak memikirkannya…
atau muncul kembali ke bumi sebagai alien yang tak perlu mengenalnya…

sby-080713


*ini blitar. ini hujan sangat riuh di luar sana. ini seseorang memberiku panggilan. memberiku suatu masalah baru. tapi aneh, aku masih setenang ini. semoga ini pertanda baik. radarku menangkap sinyal solusi. #prayforPKL

Minggu, 07 Juli 2013

Desau

Aku tak peduli
sama tak pedulinya rintik hujan dengan riak2 sungai yang berdesak – desakkan di bawah sana
sama juga tak pedulinya dengan perasaan apa yang kau punya untukku..
Aku tak peduli berapa banyak aku menulis surat dan tak terbaca untukmu, aku akan tetap menulis.
Terkadang ketika hujan menyita kita untuk duduk lama – lama di bawah pohon quince kesayangan, aku ingin mengatakan dengan berani. Bahwa sulit sekali mengerti rencana Tuhan. Dia selalu membuatmu lebih hebat untuk melindungiku. Kenapa?. Tapi selanjutnya aku mengingat. Bukan kah aku mengagumimu untuk tidak peduli bagaimana perasaanmu.
Aku memang tidak peduli, aku setia menungguimu di bawah bulan ke tiga belas yang indah, sama setianya matahari terbit dari ufuk timur, meski kemudian ia harus berjalan ke ufuk barat untuk tenggelam. Aku akan selalu datang lagi besok.
Aku tidak peduli berapa lama dengung tawa anggrek bulan tentang perasaanku, aku hanya tak peduli sekarang. Yah, hanya sekarang. Bukan karena aku takut untuk melihat wajah memerahku yang menahan malu, bukan. Bukan pula untuk tak sanggup  bahwa aku akan mendengar rasa yang kau punya berbeda. Aku hanya takut satu, kemarahan Tuhan. Aku menulis ini sembunyi – sembunyi lalu berharap malaikat sedang lalai mengawasiku, meski itu percuma. Aku takut Tuhan marah padaku, atau Tuhan marah padamu karena aku. Aku takut menjauhkanmu dariNya. Aku takut itu.



Surabaya, 06-07-13