me & devi |
Ayah
menatapku dua jenak, lalu senyum terkembang di bibirnya. “Kau terlihat seperti
wanita dewasa.” Katanya kemudian, kutahan airmataku agar tak rompal terjatuh.
Ku yakin, ayah menguat – kuatkan hatinya pula. “Ayah,” Hanya itu kata yang
berhasil keluar dari mulutku, kelu sekali, seperti seluruh gerahamku menyatu. “Pergilah.”
Lalu pecahlah tangisku, ku peluk ayah erat sekali malam itu. Aku bingung
mengapa rasanya menjadi berlebihan seperti itu. Bahwa bagiku, tidak ada tangan
pundak sekokoh pundak ayah, bahwa tidak ada yang sehangat genggaman ayah. Aku
tidak tahu bagaimana cara mencintai laki – laki selain ayah. Aku belum
membayangkan tangan yang akan mengenggamku ketika aku kedinginan adalah bukan
telapak tangan ayah yang kasar namun sangat hangat.
Ini untuk
devi, my deskmate…kaget banget waktu dapat sms “Put, aku mau married.” Ha?
nggak nyangka (nggak nyangka aku diduluin :D). Yah, kenal ketika semester akhir
– akhir saat nggak sempet banyak bermain, hanya si rajin macam devi banyak
membawa perubahan. Kangen kamu dev. kangen beli cilot, aku isi urat, kamu isi
telur. Kangen godain kamu yang nggak bisa bilang “s”, bisanya “ts” hara – hara pas
waktu kecil sama guru TPA suruh ngapalin “tsa” sampai bener. Kangen beli bakso
sama es pleret di alun2, kangen kamu nasehatin kaya dulu. Dan tiba – tiba, kamu
berubah menjadi permainsuri. Barakallahulakuma wa barakah ‘alaikuma bil khair…Doain
aku segera nyusul, hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar