Maaf Ustadz …
Tahun 2003 sempat berkirim pesan
Menanyakan hal ihwal studi di Jerman
Ustadz merespon tanpa segan
Padahal kita belum sempat kenalan
Maaf ustadz …
Kini engkau mendekam di jeruji
Atas tuduhan yang tak pernah terbukti
Katanya suap kebijakan dagang sapi
Hingga sangkaan money laundry
Maaf ustadz …
Karena ustadz bukan Jenderal berbintang
Harkat-martabat ustadz ditendang-tendang
Difitnah, dibully, ditangkap di tengah malam
Tak sempat pamitan apalagi jalan-jalan
Maaf ustadz
Karena ustadz bukan anak mas seperti Mas Anas
Yang tahu rahasia orang-orang berjas
Ustadz dipenjara tanpa alasan yang jelas
Entah kapan ustadz bisa menghela bebas
Maaf ustadz …
Karena ustadz bukan tim sukses seperti Mas Andi Mallarangeng
Yang tahu sumber kampanye yang amat ngejreng
Ustadz dikerangkeng laksana Gepeng
Diblow up media begitu ngejreng
Maaf ustadz …
Saya orang desa hanya bisa memanjatkan doa
Agar Allah membuka 1001 hikmah yang pasti ada
Agar ketamakan yang zhalim segera sirna
Seiring malam yang berganti warna
Doa rabithah sahut
menyahut terus bergetar
Dari Meulaboh hingga negeri Gibraltar
Mengetuk ‘Arasy memohon kepada Allah Maha Ghaffar
Agar di balik tabir terbuka jalan keluar
Kami tak ridha ustadz menjadi tumbal keadilan yang ditukar
Saya tidak tahu...entah kenapa pengen nangis bawaannya kalau tahu 'kasus' ustadz Luthfi...Karena sedikit banyak...Saya pernah merasakan bagaimana sakitnya terkena Fitnah. Mungkin tidak sehebat itu perihnya kalau saya yang terfitnah. Mereka berkata tentang hal yang tidak sebenarnya tentang ayah saya di atas mimbar masjid. Semua orang saya yakin tidak akan pernah rela ayah mereka di fitnah. Saat itu, rasanya hanya ingin lari ke arah abi, memeluk abi dan menangis dalam pelukannya. Dan kini, kasus Ustadz Luthfi ini hampir mirip dengan yang pernah saya alami. Saya yakin, kalau ustadz Lutfi mempunyai anak perempuan. Ia pasti jauh lebih merasakan rasa sakit seperti yang saya rasakan. Abi, ingin rasanya menjumpal mulut mereka. Mereka hanya manusia bermulut kotor yang gila penghormatan (astagfirullah).
#maaf sedikit kasar di ending. benar - benar ndak kuat Y.Y
Aku ingat
hari dimana aku terlalu bersemangat menyuarakan keceriaan masa muda
Aku ingat
hari dimana kita berebut membanyakkan daftar mimpi
aku ingat
hari saat saling meneriaki diri sebagai calon pemenang
aku ingat
hari dimana kita benar – benar percaya saat tak ada satu pun pemberi kepastian
aku ingat
hari dimana lingkar mata semakin menghitam karena lelah
aku ingat
hari dimana seringkali dalam sujud kudengar lirih isakmu
aku ingat
hari kala kita memandang betapa susunan kata -kata itu tetap sama
aku ingat
hari dimana kita seringkali menghadapi seorang pembunuh bernama kenyataan
aku ingat
hari kala kita merasa benar – benar ingin mati dan berhenti
aku ingat
hari dimana seringkali tak ada yang dapat kita lakukan selain saling menghapus
airmata
aku ingat hari
saat aku sangat ingin berlari menujumu, memelukmu dan sambil menangis
mengatakan “aku ingin menyerah.”
aku ingat
hari dimana kau menggenggam erat jemariku dan mengatakan “semua baik – baik
saja”
aku ingat
hari saat tertawa pun kita tak sempat
aku ingat
hari saat aku tak lagi menyukai cerita kematian Heraklius yang konyol
aku ingat
hari saat kita lebih suka menulis daripada melukis
aku ingat
hari dimana hari demi hari berubah lemonade, blush, ochre, yellow, mustard,
gold hingga menuju pumpkin
aku ingat hari
saat sisa – sisa kepercayaan itu masih benar – benar kita pegang
aku ingat
hari bahwa kita sadar, kita adalah manusia hebat yang mampu bertahan sejauh ini
aku ingat
hari dimana dengan tiba – tiba rasanya ingin belajar bermain sepeda seperti
dulu, denganmu Ayah
aku ingat
hari saat malu itu muncul untuk sekedar merengek kepadamu meminta kembang api
seperti dulu
dan hari itu
pun aku ingat, aku telah menua…
Kau bilang
“kau masih gadis kecilku.”
sungguh Ayah,
aku ingin mengatakan, “Andai aku menjadi gadis kecilmu selamanya.”
dan Kau
menjawab, “Ya, kau bisa.”
Kemudian kita
terdiam Ayah, lalu tertawa serempak, kita hanya sadar, bahwa betapa pun kau
akan membela perkataanku, aku tetaplah menua. Dan ternyata Tuhan memberiku
hadiah sebuah perasaan, bahwa menjadi dewasa itu lebih indah.
#Hujan membuka hari ke 23 dengan indah, saat menulis ini ibuk sms, tepat pukul 00:05, Barakallah fii umrik, wa barakah fii ilmik, wa barakah fii rizqik, aamiin #kengen ibuk, pengen pulang T.T