Allah,
dengan ini. Biarlah pelan-pelan kami lepaskan. Apa yang dipegang erat-erat oleh
hati. Biar Engkau yang memelihara. Semoga segalanya selalu terjaga, dengan
segenap definisi indah. Di dalam asuhan kekuatan iman.
Saya
ingat kata-kata Ustadz Yusuf Mansur. Berapa pun kita punya uang, biasakan
beli sesuatu dengan doa. Seberapa pun yakin kita, minta pertimbangan Allah
dengan doa. Karena segala sesuatu bisa saja bermuara menuju tempat yang tak
pernah kita kira-kira. Munkin inilah ilmu tauhid secara sederhana. Tentang
ke-esa-an Allah, tentang ke-hamba-an manusia. Tiada daya dan kekuatan, selain
daripada Allah yang menjagakan.
Saya
menulis ini untuk seorang kawan. Semoga Allah memberinya kekuatan, lebih banyak
dari yang pernah ia perkirakan. Memberinya hati yang semakin kokoh, iman yang
semakin lurus, dan harapan yang senantiasa terbit. Semoga waktu berlipat-lipat
dalam bekerja, membasuh luka subuh kemarin dengan segera.
Hakikat
mencintai adalah merelakan. Baik, meskipun ini terdengar menyedihkan. Mari kita
memakai kacamata Tuhan, memakai sisi pandang atau cara berpikir jitu seorang
guru. Mengapa mereka? Saya tidak berupaya menyamakan mereka. Tidak sedang menyamakan
Tuhan dengan guru. Tapi sering kali kepada mereka lah kita salah dalam
berprasangka. Paling tidak, mereka seringkali melakukan hal terkadang sulit
sekali kita mengerti. Apa mau mereka?
Kawan,
mengapa Tuhan diam saja ketika semua hal menyakitkan itu terjadi? Mengapa tidak
Dia keluarkan kekuatan Mahadaya milik-Nya untuk melindungi kita dari hal-hal
yang menyedihkan. Mengapa tidak Dia jaga kita jika Dia sayang pada hamba-Nya?
Bukan kah kita adalah hamba yang senantiasa berusaha taat? jungkir balik
menjaga iman dan sekuat tenaga menahan godaan setan demi bukti kita cinta
pada-Nya. Lalu?
Begini,
kau pernah ikut ujian? entah kenaikan kelas atau perpindahan semester. Dimana
guru kita saat soal-soal sulit di bagikan? dia diam di pojok ruangan. Dia tidak
merecoki ujianmu dengan memberi tahu jawaban karena yakin. Kau cukup pintar
untuk melaluinya. Karena membantumu hanya akan merecoki kemampuanmu menuntaskan
jawaban. Ingat, guru yang baik tidak akan melakukan hal bodoh dengan
membocorimu jawaban sebelum kau tau soal. Itu tidak mendidik, bukan?
Ahh
apa aku terlalu muluk-muluk dan sok tahu menjelaskan ini. Sederhana saja, bisik
kan pada telingamu sendiri. “Tenang, kau punya Allah.” Dia diam, seperti
diamnya guru di pojok kelas. Semoga kau baik-baik dan lulus ujian. Naik ke
kelas baru dengan harapan yang lebih bersinar. Yang perlu kau ingat: harapan
itu kewajaran, mimpi itu keharusan, doa itu
kewajiban. Tapi yang paling utama dari semua itu adalah penerimaanmu,
kerelaanmu, keikhlasanmu atas segala keputusan Allah.
Blitar,
21 Desember 2014